29.9.07

Mengoptimalkan Jalur Busway 2

Mas Putra, usulannya sangat menarik sekali.

Integrasi manajemen operasional trunk-feeder memang sangat mutlak dilakukan
guna menjamin suksesnya penerapan sistem busway sebagai primadona angkutan
massal dki, khususnya bila kita semua ingin melihat terjadinya perubahan
yang nyata dari wajah angkutan umum DKI yang kini kusam, porak poranda dan
carut marut disana-sini. Sasaran dari integrasi ini telah dituangkan secara
seksama pada 2 item teratas dari Prasyaratnya Mas Putra. Pada konsep
integrasi ini, operator feeder diharapkan akan memperoleh manfaat yang
besar, antara lain:

1) memperoleh "kepastian revenue" bahkan dengan tingkat kepastian dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan setoran yang saat ini mereka terima dari para sopir

2) Mereka tidak lagi digaji oleh sopir, melainkan menggaji sopir

3) Resiko usaha menjadi kecil, dan resiko inipun tidak akan lagi berada dipundak sopir, namun dilimpahkan sepenuhnya ke pemerintah (cq. BLU) yang memang berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada rakyatnya

4) Biaya operasi dan perawatan kendaraan menjadi lebih kecil karena bus2 mereka dioperasikan dengan praktek operasi yang lebih baik, tidak ugal2an, tidak kebut2an, dan memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi, serta resiko kecelakaan yang kecil

5) Usia kendaraan menjadi jauh lebih panjang karena dikemudikan dengan cara mengemudi yang baik dan benar

6) Bus-bus mereka akan terbebas dari beban Pungli, vandalism dan premanisme jalanan karena tidak adanya atau minimnya transaksi uang di dalam bus. Dengan demikian, pengeluaran operasi akan menjadi lebih rendah

7) Penggunaan bahan bakar menjadi lebih irit karena para sopir menerapkan praktek mengemudi yang baik, tidak memacu akselerasi dan melakukan deselerasi mendadak, tidak ngetem di sembarang tempat, dll.

8) Keuntungan (profit) yang diperoleh menjadi lebih tinggi karena terciptanya penghematan-2 sebagaimana diatas disamping insentif tambahan dari pemerintah

9) Memperoleh tingkat kelayakan usaha yang lebih tinggi dengan tingkat kelangsungan hidup perusahaan yang jauh lebih baik dan secure

10) Memperoleh rekognisi dan kebanggaan yang tinggi sebagai operator feeder busway yang mampu menerapkan manajemen usaha yang lebih professional

11) "Naik Kelas" menjadi pengusaha/operator bus yang sesungguhnya dan professional. Harapannya, di masa datang mereka bisa menjadi world class operators yang bisa disejajarkan dengan operator bus kelas dunia lainnya

Namun ada sedikit pendapat saya, yaitu bahwa integrasi manajemen operasional diatas tidaklah harus semata dilakukan dengan cara memanfaatkan jalur busway yang ada untuk digunakan oleh angkutan umum lainnya, namun dapat pula dilakukan dengan menerapkan pendekatan seperti yang saya sampaikan pada bagian akhir dari email ini.

Sedikit ilustrasi kecil, untuk mencapai kapasitas busway ideal sebesar 30.000 penumpang per jam per arah pada trunk line akan membutuhkan headway dikisaran 17 detik (single bus) dan 30 detik (articulated bus).

Atau bila diterapkan konsep bus convoy, headway tersebut dapat meningkat maks. 2-3 kalinya. Dengan demikian sedikit sekali ruang headway yang tersisa pada jalur busway apabila kapasitasnya telah mencapai kondisi ideal seperti yang kita harapkan nantinya. Sebagai alternative dapat diterapkan konsep double busway (busway ganda) atau overtaking lanes pada segmen halte apabila angkutan umum lainnya ingin dimasukkan ke dalam jalur busway.
Pendekatan ini pada umumnya akan terkendala oleh terbatasnya lahan yang tersedia.

Disisi yang lain, apabila kita coba amati frekuensi bus regular/patas/patas ac/metro mini/kopaja yang ada dengan mengambil sepenggal segmen sudirman atau thamrin misalnya, tidak kurang dari 250-300 bus per jam per arah kini memadati jalur lambat yang ada.

Memasukkan mereka ke dalam jalur busway akan membutuhkan headway dikisaran 12 sampai 15 detik. Dengan demikian Interupsi feeder terhadap sistem trunk menjadi sangat signifikan dan akan mendeteriorasi kapasitas trunk sangat signifikan sekali seperti halnya penyerobotan oleh kendaraan pribadi yang saat ini dialami oleh semua koridor busway yang ada, kecuali koridor 1.

Oleh karena itu integrasi manajemen operasional ini tidaklah harus dengan cara memanfaatkan jalur busway untuk digunakan oleh angkutan umum lainnya, namun dapat dilakukan melalui penyediaan infrastruktur dan fasilitas feeder yang lengkap dan modern oleh pemerintah (halte & platform khusus yang terkoneksi baik dengan halte busway, sistem ticket elektronik, access ramp, bus turnstile, akses khusus bagi disables, sistem informasi & monitoring, sistem komunikasi, settlement & clearing house, dll) yang mampu mendukung agar terciptanya integrasi manajemen operasional dari kedua sistem trunk dan feeder busway tersebut secara efektif.

Wass-DA
[deddy arief di suaratransjkarta]
more

27.9.07

Mengoptimalkan Jalur Busway

Sekedar ide dan coret2an....

Maksud dan Tujuan
- Memaksimalkan fungsi jalur busway sebagai prioritas u/ angkutan umum
- Mengurangi kepadatan pada jalur non-busway

Prasyarat
- Merubah sistem angkutan non-transjakarta (angkot, metromini, kopaja, dll) menjadi bagian transjakarta feeder (di take over BLU) --> Supaya gak kejar setoran dan terjadwal

- Sekumpulan operator (pengusaha) dibentuk dalam satu konsorsium untuk setiap trayek --> Pertanggung jawaban jelas pada satu entitas

- Bisa memakai armada lama yang direstorasi, atau armada baru

- Memakai supir lama

p
[putra di suaratransjkarta]
more

26.9.07

Busgandeng menebar ancaman

Organda Ancam Mogok Bila Bus Gandeng Tetap Ditahan

beritajakarta.com — Belum dikeluarkannya surat izin pengoperasian 10 unit armada bus gandeng dari pelabuhan Tanjung Priok yang akan digunakan untuk busway koridor V (Kampung Melayu-Ancol) oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyebabkan pengoperasian bus gandeng itu menjadi terkatung-katung.

Salah satu penyebabnya karena Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklasifikan bahwa 10 unit bus gandeng itu termasuk barang mewah sehingga harus dikenakan bea masuk sebesar 40 persen dari harga bus gandeng sebesar Rp2,6 miliar/unit atau sebesar Rp1,1 miliar.

Padahal, menurut Herry, pajak bea masuk yang diberlakukan terhadap 306 unit armada busway koridor II-VII hanya sebesar 5 persen. “10 bus gandeng merek Huang Hai buatan China itu sudah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok sejak 27 Juni 2007 dimana 7 bus untuk Mayasari Bakti dan 3 bus untuk Pahala Kencana sebagai konsorsium busway,” kata Ketua DPD Oraganda DKI Jakarta Herry JC Rotty kepada wartawan, Rabu (26/9).

Kondisi tersebut dinilai sangat merugikan program pola transportasi makro (PTM) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebab busway merupakan angkutan publik yang harus dibebaskan pajak bea masuk.
“Bagi kami kondisi itu juga sangat memberatkan karena anggota konsorsium harus tetap membayar suku bunga bank karena mereka meminjam uang dari bank untuk membeli bus gandeng itu,” ujarnya.

Selain itu, kata Herry, dengan masih ditahannya 10 bus gandeng itu selama 3,5 bulan di Pelabuhan Tanjung Priok itu akan mengakibatkan bus menjadi rusak.
Dan bila Menteri Keuangan tetap bersikukuh bahwa bus gandeng itu tetap dikenakan bea masuk sebesar 40 persen, lanjut Herry, pihaknya akan menginstruksikan seluruh operator busway untuk tidak mengoperasikan armadaya. “Kita akan stop operasi,” tegasnya.

Herry menuturkan, sebenarnya Menteri Perhubungan Yusman Syafii Djamal telah mengirim surat ke Menteri Keuangan pada tanggal 29 Juni 2007 perihal intensif fiskal untuk 10 bus tempel/gandeng untuk busway. “Tapi permintaan itupun tidak diterima,” ucapnya.
Kemudian pada 4 Juni 2007 giliran Menteri Perindunstrian melayangkan surat tentang permintaan keringanan bea masuk bus gandeng busway. Selanjutnya pada 6 September gubernur DKI Jakarta Sutiyoso juga melayangkan surat yang sama kepada Menteri Keuangan. “Namun surat permohonan dari Menteri Perindustrian dan Gubernur Sutiyoso juga tetap tidak dikabulkan,” terangnya.

Secara terpisah Gubernur Sutiyoso merasa kecewa dengan keputusan Menteri Keuangan yang tetap menolak permohonan penghapusan bea masuk bagi 10 unit bus gandeng itu.
“Saya sangat kecewa, seharusnya mereka kan tahu bahwa bus gandeng itu digunakan untuk angkutan umum sehingga seharusnya tidak dikategorikan sebagai barang mewah,” tegas eks Pangdam Jaya ini. | wawan
more

Busway dipaksakan?

Warga Pluit protes karena tersiksa oleh pembangunan jalur koridor 9. Warga Pondok Indah mulai memasang portal-portal untuk mencegah rumahnya dilewati kendaraan asing. Dan atas nama kepentingan umum, Pemerintah bagaikan kafilah tetap berlalu dan warga bagaikan anjing terus mengonggong.
Sementara para pengguna busway sabar mengantri dan berdesakan sebentar untuk kemudian menikmati privilege melaju mendahului kemacetan. more

23.9.07

Solusi pondok indah

Mencari Solusi di Pondok Indah

MEDIA INDONESIA | DUA kepentingan yang sama-sama mengatasnamakan masyarakat saling bersitegang di Pondok Indah. Kedua kepentingan itu kini berada di ujung yang ekstrem. Yang satu akan terus membangun apa pun perlawanannya, sementara yang lain akan menghentikannya apa pun risikonya.

Itulah perseteruan yang tengah terjadi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta versus sebagian warga Pondok Indah berkaitan dengan pembangunan jalur busway koridor VIII. Koridor ini bakal melayani trayek Harmoni-Lebak Bulus. Warga menolak pembangunan ini lantaran bakal mengenyahkan ratusan pohon palem yang telah berpuluh tahun menjadi keindahan median Jalan Metro Pondok Indah.

Mereka meminta pembangunan busway dihentikan lantaran belum ada analisis mengenai dampak lingkungannya. Warga khawatir pembangunan busway koridor VIII bakal merusak lingkungan. Selain itu, bakal menambah kemacetan dan polusi kawasan Pondok Indah.

Sementara itu, menurut Pemerintah Provinsi DKI, busway koridor VIII tak bisa ditunda. Proyek ini harus jalan karena akan menggenapi koridor-koridor lain yang terlebih dahulu beroperasi. Tujuannya untuk mengurangi kendaraan pribadi yang jumlahnya sangat tidak berimbang.

Berdasarkan data, dari 5 juta kendaraan bermotor yang ada di Ibu Kota, 98% kendaraan pribadi dan hanya 2% kendaraan umum. Ini belum ditambah 600.000 unit kendaraan yang berasal dari Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bogor yang setiap hari merayapi jalan-jalan Jakarta. Jumlah kendaraan yang bejibun itu diperparah lagi dengan 2.407 titik infrastruktur jalan yang berpotensi menimbulkan kemacetan.

Angka kerugian akibat kemacetan di Jakarta sudah berulang kali pula disebutkan. Menurut LSM Pelangi, kerugian akibat kemacetan di Jakarta mencapai Rp12,8 triliun. Perinciannya Rp3,9 triliun akibat pemborosan BBM, Rp7,1 triliun akibat kehilangan waktu produktif, dan Rp1,8 triliun akibat polusi.

Jakarta memang ketinggalan kereta dalam menata angkutan umum massalnya. Bangkok dan Manila, yang dulu dikenal sebagai dua kota di Asia Tenggara yang kemacetannya luar biasa, telah mengatasinya dengan angkutan umum massal subway dan light rail train. Sedangkan Jakarta baru memulainya pada 2004 dengan pengoperasian busway koridor I yang melayani rute Harmoni-Blok M.

Berdasarkan penelitian The Institute for Transportation and Development Policy yang dirilis Juni 2005, penyelenggaraan busway koridor I merupakan yang terbaik di Asia untuk pola transportasi berbasis bus rapid transit. Dari 65.000 penumpang yang diangkut, bus Trans-Jakarta setiap harinya berhasil memindahkan 14% penumpang yang sebelumnya memakai mobil pribadi, 6% sepeda motor, dan 5% menggunakan taksi. Tentu angka peralihan ke busway akan lebih besar lagi dengan dioperasikannya koridor II hingga koridor VII.

Karena nilai pentingnya busway sebagai sistem transportasi yang aman, nyaman, dan efisien, sebaiknya pembangunan koridor VIII dilanjutkan. Tetapi, tentu jangan mengabaikan aspirasi warga Pondok Indah. Misalnya pohon-pohon yang terkena pembangunan harus dipindah ke tempat lain yang tidak terlalu jauh. Syukur-syukur bisa menambah ruang hijau. Intinya fungsi paru-paru kota harus tergantikan.

Warga Pondok Indah memang bakal melakukan langkah hukum jika proyek itu tetap diteruskan. Ini langkah bagus daripada aksi lapangan yang berpotensi bentrok fisik. Tetapi, alangkah elok jika sebelum menginjak ke proses hukum, dialog yang telah buntu dilanjutkan lagi. Tanpa harus diwarnai ancam-mengancam dari kedua belah pihak.

Dengan sama-sama mengatasnamakan demi kepentingan masyarakat, seharusnya semua pihak menimbang mana bobot kepentingan masyarakat yang lebih berat. Itulah yang harus menjadi pilihan
more

22.9.07

Monopoli busway

The city administration will today (Saturday) close off Jl. Sudirman and Jl. Thamrin, Jakarta's main thoroughfare, to private vehicles from morning until evening.

Only public transportation vehicles, including busway buses, will be allowed onto these streets.

This limited no-car day -- which eventually will become a monthly event -- is aimed at encouraging Jakartans to abandon their cars and take public transportation.

Few, if any, middle and upper-class Jakartans will be taking the normal public buses that other residents must make do with. They will instead make use of the TransJakarta, or busway, buses.

These buses, especially those plying the Blok M-Kota route, have become quite popular with many white-collar employees working along the routes.

With so many people already using the busway, and more expected, we support the expansion of the system, but only if the operator can maintain the level of service.

We are especially concerned by the recent rapid expansion of the busway, not because of the opposition offered by residents of upmarket enclaves like Pondok Indah, but because the expansion has been pursued at the expense of service.

The busway is no longer comfortable for many. Take a look at any of the busway corridors during rush hour and you will crowded stations and passengers crammed into buses.

When you use the busway service outside the Blok M-Kota route, traffic congestion along some sections of the busway's special lanes and at many intersections will disrupt the journey. Hundreds of desperate motorcycles take over the busway lanes, and when the traffic gets really bad cars start joining them.

Traffic police sometimes give up or pretend not to see these violations. All the busway lanes, except the Blok M-Kota route, experience this problem. What's the point of creating special busway lanes if other vehicles can illegally use them and go unpunished?

Even if the busway lanes are free from other vehicles, often the TransJakarta buses get stuck at intersections. This is exacerbated by the absence of yellow lines to keep the intersections free from vehicles at all times.

Consequently, the quality of service on the busway is declining. This situation is aggravated by the fact that on some routes, there are not enough buses. And with more and more corridors opening, the busway operator is simply unable to keep up with demand.

We are especially anxious about the sustainability of good busway service, considering that the system falls under the monopoly of TransJakarta, a unit under the city's transportation agency. The problem with TransJakarta is its lack of transparency in its finances, even to the independent Jakarta Transportation Authority.

Any entity that receives public subsidies must be open to public scrutiny. Otherwise, people inside TransJakarta could abuse their power and pocket the public money.

Despite the huge subsidy for TransJakarta, totaling slightly more than Rp 200 billion this year, it has been unable to maintain busway facilities at the level of public expectations. Some electronic ticketing booths do not work at some stops, including along the Blok M-Kota line. On the new routes ticketing is still done manually at some stops, which is open to abuse.

Also, at many stops passengers must wait much longer than the maximum five minutes it is supposed to take for a new bus to arrive.

We bear the responsibility to prevent TransJakarta from becoming a failed entity that will sap the city budget and fail to deliver a decent service to the public. To make TransJakarta a healthy entity, we suggest the city administration transform it from a public service board into a profit-oriented limited liability company and subject it to market competition.

We suggest the busway service be opened to market competition by tendering each corridor to bus or any land transportation operators. If necessary, we could open the service to foreign participation.

Our support for the concept of the busway is certain, but we want a better service. There is much that must be done by the busway operator to deliver a better service, including clearing the lanes of all other vehicles, improving the punctuality of buses and, most of all, opening itself to market competition.

The challenge is huge, but we all have an interest in seeing a successful busway system. [Jakarta Post - Busway monopoly]

more

21.9.07

Informasi, koordinasi, sosialisasi diabaikan 3

Lalin Jakarta Macet Lagi

Laporan Wartawan Kompas Pascal S Bin Saju

KOMPAS- Lalu lintas di sejumlah sudut Metropolitan Jakarta macet lagi pada Jumat (21/9) pagi hingga petang. Tidak hanya terjadi di jalan arteri di kawasan Sunter, Kelapa Gading, Pluit, Jembatan Tiga, dan Ancol, Tomang-Grogol, Slipi serta Cawang tetapi juga merambat hingga ke jalan tol Cawang – Taman Mini, dan Ancol - Pluit.

Kemacetan terparah di Yos Sudarso depan Artha Gading hingga Boulevard Barat. Pada pukul 13.30, laju kendaraan pada dua arah di kawasan itu sangat lambat. Untuk menembus 200 meter, Kompas perlu waktu 30 menit. Pada pukul 15.30 – 17.00, kendaraan tak bisa bergerak. Sebagian pengemudi mematikan mesin kendaraannya.

Stagnasi arus lalu lintas di sini sebenarnya sudah terasa pada waktu pagi hingga siang. Persoalannya, pada ruas sepanjang hampir satu kilometer di dua arah antara Plumpang hingga depan PT Toyota Astra (Sunter Jaya), terdapat banyak putaran, serta ada proyek busway Koridor X, juga proyek penataan taman, dan jalan layang (fly over).

Kawasan tersebut menjadi simpul lalu lintas yang paling macet. Kendaraan yang hendak turun dari tol Cawang di ramp off Pulogadung dan Sunter juga tidak bisa bergerak, dan ekor kemacetan menjalar hingga gerbang tol Dalam Kota di Cililitan, sejak pagi hingga menjelang pukul 12.00, dan itu terjadi lagi petang harinya.

Arus lalu lintas juga tersendat di Pluit Raya, Pluit Selatan, Gedong Panjang dan Jalan Pakin akibat pengecoran busway Koridor IX. Kemacetan juga dipicu penyempitan jalan tol di ruas Ancol – Pluit pascakebakaran pada 7 Agustus. Pada hari Jumat, Kompas memerlukan waktu 3 jam untuk mencapai Slipi dari arah Tanjung Priok.
more

Undangundang menolak busgandeng

Bea Masuk

[SUARA PEMBARUAN] Departemen Keuangan tidak dapat memenuhi keinginan importir bus transjakarta agar memberikan pembebasan bea masuk atas 10 bus transjakarta yang ditahan di Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai. Pasalnya, sesuai dengan Undang-undang Nomor 17/2006 tentang Kepabeanan, Menteri Keuangan tidak bisa lagi membebaskan bea masuk barang-barang impor seperti itu. Kendati demikian, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menegaskan pihaknya akan mengupayakan penyelesaiannya.

"Masalah bea masuk, itu karena ada perubahan Undang-undang Pabean. Kita coba tangani nanti ya, kebijakannya agak complicated karena undang-undangnya berubah. Tapi kita akan coba atasi. Kita sedang mengupayakan dengan DPR maupun dari mekanisme yang ada," kata Menkeu, baru-baru ini di Jakarta.

Bisa saja solusinya adalah diberikan subsidi atas importasi tersebut, tetapi hal itu juga tidak dianggarkan di APBN-P 2007, sehingga permasalahannya adalah apakah harus menunggu sampai 2008. Tetapi menurutnya, pemerintah akan mencoba mengatasi hal tersebut. [L-11/MDM/L-10]

Pembebasan Bea Masuk Bus TransJakarta Masih Diupayakan

KOMPAS - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sedang mengupayakan masalah pembebasan bea masuk bus Transjakarta dengan DPR terkait dengan masih tertahannya kendaraan kota Jakarta tesebut di Pelabuhan Tanjung Priok karena masalah bea masuk.

"Kita coba tangani nanti ya. Kebijakannya agak rumit karena undang-undang-nya (UU Kepabeanan) berubah. Tapi kita akan coba atasi. Kita sedang mengupayakan dengan DPR maupun dari mekanisme yang ada," katanya seusai rapat koordinasi antara Menteri-Menteri Ekonomi dan Bank Indonesia di Jakarta, Rabu malam.
Ia mengatakan pihaknya tidak bisa membebaskan bea masuk bus Transjakarta yang didatangkan dari Korea Selatan begitu saja karena terkait dengan undang-undang. "Pembebasan bea masuk tak bisa lagi dilakukan Menkeu, karena diatur dalam UU," tegasnya.

Untuk itu, saat ini pihaknya sedang memikirkan cara untuk mengeluarkan bus tersebut, termasuk kemungkinan menggunakan subsidi. "Ya semacam itu. Tapi kan tidak dianggarkan di 2007, jadi komplikasinya adalah apakah menunggu sampai 2008. Kita sedang lihat beberapa mekanisme solusinya ya," katanya.
UU Kepabeanan no 17 tahun 2006 tentang kepabeanan memperbarui UU no 10 tahun 1995. Dalam UU kepabeanan yang baru tersebut, menteri keuangan tidak lagi memiliki kewenangan untuk pembebasan bea masuk. (ANTARA/GLO)

10 Bus Transjakarta Masih Ditahan


Liputan6.com, Jakarta: Hingga Jumat (21/9), Bea dan Cukai masih menahan 10 bus gandeng yang diimpor dari Cina oleh PT Bali Dufri Indonesia. Bus yang rencananya melayani jalur busway di Koridor V jurusan Kampung Melayu-Ancol itu belum bisa dikeluarkan karena bea masuknya belum dibayar.

Sebenarnya, PT Bali Dufri Indonesia telah meminta keringanan bea masuk dengan alasan bus yang memiliki 160 penumpang itu untuk kepentingan umum. Namun, permintaan tersebut ditolak. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Anwar Supriyadi mengatakan, keringanan hanya berlaku untuk kepentingan umum yang tak menghasilkan uang. Akibatnya, 10 bus itu ditahan Bea dan Cukai sejak Juni silam.

Bea dan Cukai berharap persoalan ini bisa cepat selesai. Importir segera membayar bea masuk sesuai peraturan yang berlaku.(BOG/Christina Odorus dan Nofrianus Barens)

10 Bus gandeng Transjakarta ditahan

Bisnis Indonesia | Sepuluh unit bus gandeng Transjakarta tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok karena tidak dilengkapi dokumen impor khusus kendaraan. Selain itu, importasi bus itu dinilai melanggar UU Kepabeanan No. 17/2005.
"Importirnya meminta pembebasan dan keringanan bea masuk, padahal dalam UU Kepabeanan itu belum diatur soal pembebasan bea masuk terhadap kegiatan impor seperti ini. Jadi tetap kami tahan," ungkap Dirjen Bea dan Cukai Anwar Supriadi kepada Bisnis, kemarin.

Saat ini 10 bus gandeng merek Dandong Huanghai yang diimpor dari Shanghai-China tersebut di parkir di lahan penumpukan 113X dermaga konvensional Pelabuhan Tanjung Priok.
Anwar mengatakan pihaknya tidak akan memberikan pembebasan maupun keringanan bea masuk sebagaimana permintaan importir. "Importasinya oleh perusahaan importir umum dan ternyata diketahui tidak memiliki izin melakukan importasi mobil." (Bisnis/k1)
more

Koridor 9 dan 10

Macet

[SUARA PEMBARUAN] Pembangunan Busway Koridor IX (Cililitan-Pluit) dan Koridor X (Cililitan-Tanjung Priok) masing-masing sepanjang 15 km, terus dilakukan secara intensif oleh Pemprov DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso sepertinya berusaha menepati janjinya untuk menyelesaikan jalur busway hingga Koridor X, sebelum meninggalkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta

Namun, sempitnya ruas jalan yang dilalui menimbulkan kemacetan parah di sejumlah titik. Di perempatan Prumpung, Jl Ahmad Yani misalnya, jalur yang mengarah ke Tanjung Priok macet parah. Betonisasi di lajur kanan jalan menghasilkan bottle neck yang menyebabkan tersendatnya arus kendaraan. Jalan yang biasanya terdiri dari empat lajur, saat ini menjadi sekitar 2,5 lajur saja.

Kemacetan parah juga terjadi karena perempatan Prumpung merupakan titik temu kendaraan yang melaju dari arah UKI Cawang dan arah Bekasi. "Parah Mas macetnya, biasanya UKI-Prumpung cukup 20 menit, sekarang menjadi 40 menit," ujar Wawan, warga Cililitan yang hendak ke Tanjung Priok. Menurut Wawan, kemacetan terjadi sepanjang tujuh kilometer.

Kemacetan parah juga terjadi di perempatan Cempaka Putih karena ada dua pekerjaan berbarengan di sana, yakni pembangunan fly over yang belum selesai hingga sekarang ditambah pembangunan Busway Koridor X. "Kalau bisa, pembangunannya jangan memakan waktu terlalu lama, kemacetannya cukup parah," harap Hartono warga Cipinang yang hendak ke Sunter.

Gubernur Sutiyoso meminta masyarakat memaklumi dampak kemacetan yang timbul akibat pembangunan sejumlah koridor busway. Menurut Sutiyoso, saat ini busway telah menjadi primadona angkutan warga Ibukota. Kalau pembangunan tiga koridor busway itu dapat dilaksanakan pada tahun ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian di Jakarta.

Seperti diketahui, pembangunan jalur Busway Koridor VIII (Pondok Indah-Harmoni), IX (Cililitan-Pluit), dan X (Cililitan-Tanjung Priok) pada tahun 2007 diperkirakan menghabiskan anggaran Rp 300 miliar. Jalur Busway Koridor VIII sepanjang 18 km, Koridor IX 15 km, dan Koridor X 15 km.

Koridor VIII trayeknya meliputi Pondok Indah via jembatan layang Permata Hijau- Jalan Panjang-Jalan Daan Mogot (Grogol)-Harmoni Central Busway. Sedangkan Koridor IX melewati Cililitan-Letjen Sutoyo-MT Haryono-Gatot Subroto-Semanggi-Grogol-Pluit. Untuk Koridor X melewati Cililitan-Letjen Sutoyo-DI Panjaitan-A Yani-Yos Sudarso-Tanjung Priok.
more

20.9.07

Park and Ride Ragunan

Parkiran Ragunan Mulai Laris

KOMPAS--Lahan parkir di Kebun Binatang Ragunan kini laris diminati ratusan pengendara mobil dan motor. Mereka saban hari memarkir kendaraannya di KB Ragunan untuk kemudian menggunakan bus Transjakarta. Warga sekitar pun mulai tertarik menjadikan jasa penitipan kendaraan di rumahnya, sebagai bisnis yang menjanjikan.

Saat ini, ratusan mobil dan motor tampak parkir di lahan parkir berkonblok seluas hampir empat hektar. Sebagian tampak mobil-mobil mewah seperti Mercedes dan BMW seri baru. Mobil dan motor itu mulai parkir sejak pukul 06.00 hingga 20.00. Tarif untuk parkir mobil seharian sebesar Rp 5.000 dengan asuransi Rp 500. Sementara, tarif motor Rp 2.800, termasuk asuransi.

Menurut Humas KB Ragunan Marzuki, sejak bus Transjakarta Koridor VI jurusan Ragunan-Dukuh Atas beroperasi, setiap hari sekitar 400 mobil dan 200 motor terparkir di Ragunan. Kapasitas lahan parkir di Ragunan mencapai hingga 2000 mobil. ”Berarti yang terpakai baru 20 persen. Sebelum ada busway, parkiran baru penuh akhir pekan,” kata Marzuki.

Rivelino Eka Putra, salah satu pengguna busway, mengaku sudah tiga bulan terakhir dia memarkir mobilnya di KB Ragunan. ”Dengan busway, perjalanan ke kantor di Kuningan bisa hemat satu jam. Saya bisa lebih santai, enggak stres di jalan, bisa sambil kirim data lewat internet,” tutur Rivelino, yang tinggal di Cileungsi, Kabupaten Bogor.

Taufan Hidayat, karyawan di salah satu perusahan asing di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat menuturkan hal serupa. Taufan sebelumnya adalah pengendara motor. Sejak busway koridor VI beroperasi di menitipkan motornya di jasa penitipan motor milik warga di Jalan Saco, sekitar 50 meter dari halte busway Ragunan. Di tempat itu, waktu titip bisa lebih malam yaitu hingga pukul 23.00 dengan ongkos Rp 3000. Taufan pun kerap menginapkan motornya saat keluar kota.

”Saya bisa lebih segar sekarang. Enggak perlu berjuang dan maki-maki lagi di jalanan. Bisa baca buku di bus, buka internet,” ujar Taufan, warga Ciganjur, Jakarta Selatan.

Rudi Chandra, warga Cinere Depok, mengatakan, seharusnya seluruh koridor membangun perpakiran yang layak. Sistem tiket pun suatu saat harus dibuat terintegrasi dengan monorail dan Mass Rapid Transit. (SF)
more

Brisbane Busway

Busway brings public transport flexibility

Construction of Brisbane's Boggo Road Busway's final section is well on its way to providing a dedicated connection to the Eleanor Schonell Bridge says the Queensland Premier Anna Bligh.
And an updated report on the impact of the $226 million bus way concludes it won't significantly increase air pollution for students at the nearby Dutton Park State School.

From the Park Road Busway Station, the bus way will continue in a tunnel below the former Boggo Road jail, Annerley Road and Gair Park to emerge at Dutton Park where it will connect with the Eleanor Schonell Bridge and local road network.

Bligh says the new project will save people time and money.

"People from Brisbane's south and east will be able to travel direct to the University of Queensland without going through the city,"
Bligh says.

"Other passengers will connect with train services at the Park Road busway station, including the Gold Coast line and Airtrain, which will start usin g the station from 2009.

"Still others will transfer at key stations and stops in the corridor to connect to services elsewhere on the network, including the South East, Inner Northern and Eastern busways."

A site office will shortly be established at Dutton Park in preparation for construction activities.

Minister for Transport, Trade, Employment and Industrial Relations John Mickel says
while the updated air quality report confirmed an earlier assessment a planned busway station at Park Road was designed so it could be covered if necessary.

"An independent study investigating the impact of the busway on the health of students at the school was released in February this year.," he says.
"This addendum to that report addresses issues raised during public consultation.
"It is based on models of air pollution concentration that could be attributed to the busway - and it concludes the project will not increase the existing risk in any significant way."

The original report and its addendum were prepared by Professor Lidia Morawska, a consultant to the World Health Organisation on air quality and a member of the Clean Air Society of Australia and New Zealand. Professor Michael Moore from the University of Queensland analysed the health risk posed by the busway.

Mickel says clean bus technology was contributing to this outcome.
"A full bus produces 11 times less greenhouse gas emissions per person, per kilometre, than an average car with just the driver," he says.
"More than one third of Brisbane Transport's buses now run on compressed natural gas, and we plan to gradually replace the remaining older diesel buses with compressed natural gas or alternative, cleaner-fuel buses."


The entire busway between the Princess Alexandra Hospital and the Eleanor Schonell Bridge is due for completion in mid-2009. [from Bus+Coach]
more

19.9.07

JET tidak profesional

Pemprov DKI akan Kaji Kerja Sama BLU dengan PT JET

REPUBLIKA -- Gubernur DKI Sutiyoso mengungkapkan pemerintah akan mengkaji usulan DPRD DKI yang meminta kerjasama Badan Layanan Umum (BLU) TransJakarta dengan PT Jakarta Ekspress Trans (JET) ditinjau ulang. Namun, di sisi lain pemerintah menghormati kontrak perjanjian antar kedua organisasi tersebut yang berakhir hingga tahun 2011.

''Kalau memang ada alasan yang pas untuk memutus hubungan kerja sama antara BLU dengan PT JET, bisa saja hal itu dilakukan,'' ujar Sutiyoso di Jakarta, Selasa (18/9). Pernyataan Sutiyoso diungkapkan menjawab pertanyaan apakah pemerintah berani mengambil sikap tegas mengevaluasi kerjasama BLU dengan PT JET. Ini terkait penilaian kinerja PT JET sudah tidak profesional. ''Akan saya cek dulu bagaimana kerja sama itu,'' tambahnya.

Kepala BLU TransJakarta, Dradjad Adyaksa, mengatakan sangat mungkin kerja sama dengan PT JET bisa diakhiri. ''Tapi kontrak kami sampai 2011, jadi kalau berhenti atau tetap lanjut setelah tahun akhir kontrak,'' paparnya. Karena itu, lanjutnya, yang mungkin bisa dilakukan saat ini adalah mengevaluasi aturan dan kebijakan yang dimiliki PT JET terhadap pramudi (sopir) dan karyawan lain.

Tindakan PT JET memecat pramudi Pupud secara sepihak menyebabkan Komisi E DPRD DKI Jakarta berang dan menganggap keputusan itu sebagai bentuk kesewenang-wenangan terhadap para pramudi dan pegawai. Komisi E bahkan mengusulkan supaya Dinas Perhubungan (Dishub) DKI mengkaji ulang kerjasama BLU dengan PT JET. Bahkan, sejumlah anggota Komisi E mendesak supaya kerjasama itu dicabut karena merugikan anggaran.

Sutiyoso juga menyayangkan tindakan PT JET yang gegabah memecat pramudi, Pupud Saripudin, hanya alasan melakukan tindakan menyalip tiga bus TransJakarta pada 20 Agustus 2007 lalu di sepanjang Halte Olimo menuju halte Harmoni (tujuan Blok M). ''Kalau cuma menyalip doang, nggak tepat dipecat. Mungkin perlu diberi peringatan dulu kecuali kalau sopirnya benar-benar brengsek,'' tutur Sutiyoso. [n zak]
more

Busgandeng tertahan di pelabuhan

Sutiyoso Minta Keringanan Pajak Bus Gandeng TransJakarta

SINAR HARAPAN - Gubernur Jakarta Sutiyoso meminta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberi keringanan pajak bea masuk 10 bus gandeng TransJakarta yang sudah dua bulan berada di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dia berharap segera ada jawaban dari Menkeu agar bus gandeng bisa dioperasikan dan dinikmati warga Jakarta.
“Saya sudah kirim surat dan meminta keringanan. Belum ada jawaban. Semoga cepat ada keputusan sehingga bus gandeng bisa digunakan,” kata Sutiyoso di Balai Kota, Salasa (18/9) siang.

Secara terpisah Ketua Organda Jakarta, Herry C Rotty kepada SH mengatakan, Departemen Keuangan (Depkeu) diminta jangan menghambat pelayanan masyarakat khususnya di bidang transportasi terutama terkait dengan masih belum keluarnya 10 bus gandeng dari Pelabuhan Tanjung Priok.

Pemda Jakarta akan mengoperasikan bus gandeng. Untuk itu dipilih koridor V Kampung Melalyu-Ancol dengan rencana 30 bus gandeng. Kampung Melayu-Ancol dipilih karena jalannya lurus sehingga tidak sulit mengoperasikannya.
Realisasi bus gandeng secara bertahap. Tahap pertama 10 unit yang semula dioperasikan Juni 2007. Sampai sekarang belum terealisasi karena busnya masih tertahan di gudang Tanjung Priok karena hingga kini belum ada keputusan, apakah masuk barang mewah atau barang untuk pelayanan masyarakat.
(andreas piatu)

10 Bus Transjakarta Ditahan di Priok
Laporan Wartawan Kompas Pascal S Bin Saju

JAKARTA, KOMPAS- Sepuluh bus gandeng atau articulated bus eks Cina untuk melayani jalur khusus bus atau busway transjakarta pada Koridor V, Jakarta masih ditahan pihak Bea dan Cukai Tanjung Priok. Penahanan terkait belum tuntasnya pembayaran kepabeanan, tetapi juga sekaligus mengganggu pelayanan angkutan masal transjakarta.

Atin Sutisna, Direktur Utama PT Jakarta Megatrans selaku importir dan Rene Nunumete, Manajer Pengendalian Badan Layanan Umum Transjakarta mengungkapkan itu secara terpisah, Rabu (19/9) di Jakarta. Kepala Bagian Penyelidikan dan Pencegahan Bea dan Cukai Tanjung Priok, Heru Sulastyo mengakui adanya penahanan 10 bus itu.

Menurut Atin, 10 bus gandeng itu diimpor utuh dari Cina dan tiba di Tanjung Priok pada 21 Juni 2007, atau sekitar 2,5 bulan silam. Bus-bus tersebut merupakan bagian dari rencana untuk mengimpor 30 unit sesuai perjanjian kerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta dan rencana impor, yang dilakukan pada Desember 2006.

Kata Atin, saat perjanjian dibuat, bus yang diimpor utuh itu diberi keringanan khusus yakni bea masuk lima persen. Meski demikian, karena busnya baru tiba pada Juni lalu, pihak BC malah mengenakannya dengan tarif normal yang jauh lebih tinggi, sekitar 40 persen. “Hal itu sangat memberatkan kami,” katanya.

Rene menjelaskan, bus gandeng itu hendak dioperasikan pada Koridor V yakni Kampung Melayu – Tanjung Priok. Penggunakan bus ini untuk meningkatkan kapasitas angkut, yakni mencapai 160 penumpang. Atin juga menambahkan, bus gandeng ini menggunakan bahan bakar gas yang lebih ramah lingkungan.

Keduanya mengakui, dengan tertahannya 10 bus itu jelas mengganggu pelayanan umum dengan bus transjakarta. Heru tidak merinci alasan penahanan bus-bus itu, kecuali mengatakan, “Urusan administrasi kepabeanan belum dituntaskan oleh pihak perusahaan pengimpor bus.”
more

18.9.07

Laporan palsu

Sutiyoso Diduga Terima Laporan Palsu tentang Busway
Masyarakat "Dipaksa" Naik Transjakarta

[SUARA PEMBARUAN] Membludaknya jumlah penumpang bus transjakarta saat ini, lebih dikarenakan masyarakat "dipaksa" untuk naik transjakarta karena tidak ada pilihan lain.

"Sebab, angkutan bus pada jalur yang sama sudah dilikuidasi Dinas Perhubungan DKI Jakarta," kata ahli transportasi kota, Darmaningtyas kepada SP di Jakarta, Selasa (18/9), menanggapi ketidakpuasan warga atas layanan transjakarta yang dinilai semakin buruk.

Salah satu indikasinya, penumpukan penumpang di halte semakin menjadi-jadi. Penyebab utamanya adalah karena kurangnya armada transjakarta sehingga tidak bisa mengangkut penumpang tepat waktu atau sesuai jadwal. Akibatnya, penumpang bisa menunggu berjam-jam di halte.

Menurut Darmaningtyas, pengelola angkutan transjakarta akan sulit menarik pengguna kendaraan pribadi, terutama mobil, untuk pindah menggunakan busway, jika pelayanannya tidak dibenahi. Padahal, keberhasilan program busway terletak pada kemampuannya menarik pengguna mobil pribadi ke busway, sehingga ruang jalan yang ada bisa dikembangkan untuk optimalisasi angkutan massal lainnya serta pembangunan jalur kendaraan tidak bermotor, seperti sepeda ataupun pedestrian.

"Jika program busway gagal menarik minat pengguna mobil pribadi, maka kemacetan di Jakarta akan semakin menjadi-jadi tanpa penyelesaian tuntas," katanya.

Dikatakan, kondisi saat ini, transjakarta baru mampu memindahkan pengguna bus sebelumnya pada jalur yang sama, namun belum mampu menarik pengguna mobil pribadi untuk pindah ke jalur busway.

Palsu

Sementara itu, aktivis Yayasan Pelangi Indonesia, Andi Rahmah menduga, Gubernur Sutiyoso telah menerima laporan palsu terkait layanan busway, khususnya waktu tunggu di halte.

"Saat rapat evaluasi beberapa waktu lalu, Bang Yos sempat marah karena dalam laporan dikatakan rata-rata kedatangan bus selama lima menit, namun berdasarkan laporan masyarakat dan juga media massa, ternyata sampai 30 menit," katanya. [Andi Rahman]
more

17.9.07

Layanan dan fasilitas buruk

Penumpang Menumpuk di Halte "Busway"

[SUARA PEMBARUAN] Antusiasme warga Ibukota terhadap jasa bus transjakarta (busway), sayangnya tidak diikuti perbaikan layanan, bahkan kondisinya makin buruk. Buruknya layanan bukan hanya menyangkut keberadaan sarana- prasarana, tetapi juga lamanya waktu tunggu di halte yang berakibat pada menumpuknya calon penumpang. Akibatnya, banyak penumpang tidak terangkut di beberapa halte.

Pelayanan dan fasilitas yang buruk juga terlihat dari kualitas pelayanan karyawan yang sangat rendah dan sering bersikap kasar terhadap penumpang, kualitas halte, dan jembatan penyeberangan yang sangat kotor.

Demikian rangkuman pendapat calon penumpang yang ditemui SP di sejumlah halte di beberapa koridor busway.

Di halte Kampung Melayu dan Senen misalnya, penumpang mengeluhkan lamanya waktu tunggu dan menumpuknya calon penumpang di halte. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi pada saat jam-jam sibuk, namun juga di siang hari yang bukan jam sibuk. "Sering kali kami harus menunggu selama 30 menit atau lebih dengan kondisi berdesak-desakan akibat terlalu banyak calon penumpang," ujar Heru yang ditemui SP di halte Kampung Melayu, Jakarta Timur, Senin (17/9) pagi.

Dia pernah mencoba naik busway di siang hari dengan harapan tidak banyak penumpang. Namun kondisinya tidak jauh berbeda dibanding pagi atau sore.

Kondisi yang paling memberatkan penumpang, menurutnya, terjadi pada sore hari, terlebih saat mayoritas penumpang sedang berpuasa. Heru menduga sedikitnya armada busway sebagai penyebab buruknya sistem pengangkutan di setiap halte.

Keluhan yang sama juga diungkapkan Ria yang biasa naik bus Transjakarta dari halte Senen (Koridor V) menuju UKI (koridor VII). Menurutnya, layanan busway saat ini hampir menyamai layanan angkutan umum lainnya yang terkenal tidak manusiawi. Kondisi berdesak-desakan tidak hanya terjadi di halte, namun juga di dalam bus. "Belum lagi gaya nyetir sopir yang sering kali ngerem mendadak membuat penumpang terombang-ambing," ujar Ria. Bahkan, menurut karyawan toko di bilangan Senen itu, di beberapa halte, seperti Pal Putih dan Salemba, banyak penumpang yang tidak terangkut, padahal mereka sudah menunggu lama. Informasi tersebut ia dapat dari pengakuan temannya yang bekerja di kawasan Kramat Raya.

Belum Memuaskan

Aktivis Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi membenarkan buruknya layanan busway saat ini. Berdasarkan penelitian YLKI, layanan busway terbukti belum memuaskan konsumen, baik petugas loket, satuan tugas, pengemudi transjakarta, kondisi bus, hingga kondisi halte. Pasalnya, mayoritas konsumen (598 responden/62,36 persen) mempunyai pengalaman buruk saat menggunakan bus transjakarta, misalnya padatnya penumpang, terutama pada jam sibuk, dan 23,15 persen (222 responden) mengeluh sering terlambat.

Kendati tidak terlalu banyak, penumpang pun mengaku merasa tidak aman dan tidak nyaman saat menggunakan busway (46 responden/4,80 persen) serta yang pernah kecopetan bahkan mengalami tindakan kriminal lain sebanyak 24 responden (2,50 persen).

"Jika sudah begini, apa bedanya busway dengan metromini atau kereta rel listrik Jabodetabek?" tanya Tulus. Keluhan konsumen terhadap kondisi halte juga sama saja. Hanya 376 responden (38,84 persen) yang menjawab kondisi halte nyaman, bersih, dan rapi, sedangkan 399 responden (41,22 persen) menyatakan kondisi halte tidak nyaman, karena halte sudah mulai rusak, tidak terawat, dan kotor, serta jembatan untuk menuju halte terlalu panjang dan berputar-putar.

Yang lebih menjengkelkan adalah perilaku pengemudi. Terbukti, 311 responden (33,15 persen) mengatakan bahwa pengemudi sering mengerem secara mendadak dan 270 responden (28,78 persen) mengatakan bahwa pengemudi sering tidak pas dalam memberhentikan bus.

Ketidaktepatan pemberhentian ini sangat membahayakan, karena penumpang bisa terperosok. Selain itu, pengemudi sering ugal-ugalan atau ngebut (55 responden/5,90 persen), mengalami kecelakaan lalu lintas (20 responden/2,13 persen), serta melanggar rambu-rambu lalu lintas (70 responden/7,04 persen). [L-11]
more

15.9.07

Puasa di Balik Kemudi TransJakarta

Namanya Neneng Hasanah. Pada hari-hari puasa seperti ini ia harus bersegera menyiapkan makanan sahur untuk anak-anaknya. Ia sendiri tak sempat menikmati makan sahurnya di rumah karena harus segera berangkat ke tempatnya bekerja.

Neneng, perempuan asli Depok itu segera menuju pool bus TransJakarta di kawasan Hek, Jakarta Timur. Setiap dinihari, pukul 03.15 WIB, dia meninggalkan rumah dan anak-anaknya menuju pool bus. Perempuan berwajah manis dengan bola mata besar itu merupakan satu dari puluhan pramudi bus TransJakarta busway koridor IV. Sehari-hari ia berada di balik kemudi yang cukup besar untuk ukuran seorang perempuan.

Tapi, Neneng tak melewatkan kewajiban puasa pada bulan Ramadhan ini. ''Saya makan sahur di pool. Semua pramudi makan sahur di pool,'' kata dia. Di rumah ia hanya sempat membangunkan puteri-puterinya untuk bersantap sahur, menemani sebentar dan kemudian berangkat kerja. Persiapan makan sahur di rumah pun menurut dia tidak repot. Jika tak sempat memasak, ia membeli makanan yang diinginkan anaknya. ''Supaya anak-anak semangat, saya tanya dulu apa yang mereka inginkan untuk makan sahur.''

Jam kerja tidak berubah. Neneng mengaku tak merasa berat menjalankan puasa dari balik kemudi. ''Pekerjaan saya memang di balik stir ini,'' katanya. Dan ia mengaku amat menikmati pekerjaannya. Hanya bedanya, jika hari-hari biasa ia banyak minum maka pada saat puasa, seharian dia tidak minum.

Neneng mengaku puasa kali ini dia lebih mudah menyiapkan makan sahur. ''Dulu sering telat dan harus selalu pasang alarm,'' kata ibu tiga anak yang masih tampak belia itu. Sekarang, kata dia, setelah terbiasa bangun dinihari untuk berangkat kerja, maka tubuhnya secara otomatis menyesuaikan. ''Pokoknya setiap jam 02.00 WIB, saya sudah pasti bangun. Tanpa pasang alarm sekalipun,'' kata dia. Neneng memang baru dua bulan menjadi pramudi TransJakarta. Sebelumnya selama lima tahun ia bekerja di perusahaan biro jasa.

Neneng mengaku sebagai pramudi perempuan, perusahaan PT JTM memberikan perlakuan khusus. Pramudi perempuan hanya bekerja pada shift pagi. Jadi mereka mulai hadir di pool pukul 04.00 WIB dan selesai bertugas rata-rata pukul 13.30-14.00 WIB. Setelah itu Neneng kembali ke rumah. Dia masih sempat menyiapkan menu buka puasa untuk keluarganya sebelum istirahat.

''Saya senang jadi pramudi. Apalagi jika bisa lolos membawa bus dari lalu lintas yang semrawut seperti di Jl Tambak dan Terminal Pulo Gadung. Rasanya seneng banget bisa lolos,'' tambah perempuan yang mengaku bisa menyetir mobil sejak usia remaja. Menurut Neneng, menjadi pramudi busway butuh perhatian ekstra.

Jalur busway sering diserobot kendaraan roda dua dan juga pejalan kaki yang menyeberang tidak pada tempatnya. ''Ini bus besar. Apalagi kalau banyak penumpang, bus tidak bisa direm mendadak.'' Sedangkan, sepeda motor dan penyeberang jalan kadang masuk jalur busway secara tiba-tiba. Karena itu, dia meminta perhatian pengguna jalan untuk menaati rambu karena bukan hanya pengendara motor atau pejalan kaki yang dirugikan tapi juga pengemudi. [tid] - REPUBLIKA
more

12.9.07

Busway dan waterway Surabaya

Surabaya Segera Miliki Busway dan Bus Air

KOMPAS, Rabu--Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Timur merencanakan kota metropolitan Surabaya akan segera memiliki "busway" pada 2008 dan bus air yang melintasi Kalimas pada 2009.

"Bagi Surabaya, transportasi massal itu suatu keniscayaan, karena panjang jalan tidak bertambah, tapi jumlah kendaraan sudah naik 9,7 persen per-tahun," kata Kepala Dishub Jatim DR Hari Sugiri di Surabaya, Selasa.

Ia mengemukakan hal itu dalam seminar "Analisis Dampak Lingkungan Lalu Lintas Di Kota Surabaya Sebagai Parameter Pembangunan Transportasi di Jawa Timur" untuk memperingati Lustrum V Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya.

Menurut Ketua I Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu, laju kendaraan secara rata-rata di Surabaya sudah mencapai 19 kilometer/jam, yang berarti sudah sangat macet.
"Hal itu juga terlihat dari isi mobil yang umumnya satu mobil berisi 1,1 orang. Padahal 60 orang itu tidak perlu 60 kendaraan, tapi cukup dengan satu bus untuk 60 orang," katanya.

Selain itu, kepadatan arus lalu lintas menyebabkan lingkungan tercemar, kecelakaan lalu lintas meningkat, penggunaan BBM menjadi boros, tarif angkutan kota naik terus, dan disiplin berlalu lintas cenderung menurun.
"Karena itu, moda transportasi massal harus ada di Surabaya, sehingga kami berencana akan menerapkan ’busway’ pada 2008, bus air pada 2009, dan menambah KA komuter yang saat ini masih KA komuter Susi (Surabaya-Sidoarjo) dan Sulam (Surabaya-Lamongan)," katanya.

Ia mengemukakan, "busway" yang akan dimulai 2008 dari terminal bus Purabaya ke Tanjung Perak itu, membutuhkan dana Rp210 miliar untuk pembangunan depo, halte, koridor, dan pengadaan bus.
"Biaya sebesar itu mendapat dukungan dari pemerintah pusat Rp78 miliar dan sisanya dibagi Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya melalui APBD setempat," katanya mengungkapkan.

Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga menerima usulan dari konsultan perkeretaapian Perancis (SNCF) untuk merekayasa ulang rel kereta api dari Lamongan, Kandangan, Pasar Turi, Kota Surabaya, Sidotopo, Gubeng, Wonokromo, Waru (bandara Juanda), Sidoarjo, Tarik, hingga Mojokerto.
"Tapi, biayanya cukup mahal, yakni Rp7,14 triliun, sehingga kami melakukan rekayasa lain terlebih dulu yakni "busway", bus air, KA komuter, dan sebagainya," katanya.

Senada dengan itu, Kasubbid Administrasi dan Supervisi Ditlantas Polda Jatim, AKBP Nurhadi Y SIK MSi selaku pembicara lain menyatakan, kemacetan tertinggi di Surabaya terjadi di Jalan Ahmad Yani.
"Kami pernah melakukan survei pada rentang waktu pukul 09.00-10.00 WIB di depan supermarket Alfa tercatat 50.000 kendaraan melintas dalam waktu hanya 5-10 menit," katanya mengungkapkan.
"Karena itu, kami melakukan berbagai rekayasa mulai dari kanalisasi, "safety riding", dan sebagainya," katanya menegaskan.

Sumber: Antara - Penulis: jodhi
more

22 pramudi mogok

Tindak Tegas Pengemudi Busway yang Brengsek
Penulis: Selamat Saragih

MEDIA INDONESIA: Gubernur DKI Sutiyoso minta kepada operator dan Badan Layanan Umum (BLU) Trans-Jakarta agar mengambil tindakan tegas, bahkan pemecatan bagi pengemudi busway yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik termasuk melakukan mogok kerja.

"Saya setengah mati membangun busway. Lowongan kerja tertutup jadi terbuka dan menerima maki-makian dari orang. Eh, sopirnya macam-macam. Pecat saja. Banyak orang antre mau jadi pengemudi busway," tegas Sutiyoso di Balai Kota DKI, Rabu (12/9).

Ia mengungkapkan hal ini menanggapi mogok 22 dari 225 sopir busway koridor I Blok M-Kota. Para sopir melakukan mogok sebagai bentuk solidaritas bagi rekan kerja mereka yang dipecat dan juga menuntut kenaikkan gaji.

Sutiyoso menyayangkan kenapa harus melakukan mogok kerja hanya untuk menyampaikan solidaritas terhadap rekannya dipecat. "Apakah teman mereka itu dipecat tanpa kesalahan. Tidak mungkin. Berarti sopir-sopir yang mogok sudah siap dipecat. Kalau soal tuntutan naik gaji 40% dari Rp1.050.000 gaji pokok, itu tergantung kemampuan keuangan PT Jakarta Ekspres Trans (JET) sebagai operator koridor I," ujar Sutiyoso.

Ia menambahkan, bagi pengemudi yang berprestasi sebaiknya diberikan penghargaan. Sebaliknya, berikan sanksi berat bagi sopir brengsek dan tidak berprestasi.

Menanggapi pernyataan Sutiyoso, Wakil Presdir PT JET Darius mengatakan belum bisa mengambil keputusan. Sebab, ada tiga kriteria pelanggaran di lingkup kerja operator yakni berat, sedang, dan ringan. Pelanggaran berat bisa dipecat. Tapi Darius mengaku belum tahu mogok apa masuk kategori berat.

"Nanti kita tanya dulu ke BLU Trans-Jakarta, apakah mogok itu masuk klasifikasi pelanggaran berat," ujar Darius.

Ia juga setuju soal pemberian penghargaan bagi pengemudi berprestasi. "Kita bicarakan nanti, karena ada sistem, aturan, dan ikatan mengenai apa yang boleh dan tidak," jelasnya. (Ssr/OL-06)

Pramudi TransJakarta Jurusan Blok M-Kota Berdemo

REPUBLIKA -- Bus TransJakarta koridor I jurusan Blok M-Kota, kemarin sore (12/9) mulai pukul 15.30 WIB berangsur normal. Sebelumnya sempat tersendat lantaran para pramudi melakukan aksi demo terkait adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) salah satu rekan mereka.

Manajer Operasional Badan Layanan Umum TransJakarta, Rene Nunumete, mengatakan aksi demo sempat terjadi pada pukul 13.00-14.00 WIB sehingga operasional koridor I selama beberapa lama agak terganggu. "Saat ini sudah berangsur normal dan kami juga mengerahkan bantuan dari koridor II dan koridor III," kata Rene.

Dia membenarkan informasi tentang alasan keberatan pramudi atas keputusan PT Jakarta Ekspres Trans (JET) yang memberhentikan pramudi bernama Puput (50) dengan alasan indisipliner.

Manajer Operasional PT JET, M Hutabarat, mengatakan Puput diberhentikan karena tidak memenuhi standar operasional pelayanan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. "Kami sudah menetapkan adanya standar operasional untuk peningkatan pelayanan transportasi namun yang bersangkutan tidak memenuhi itu antara lain dengan menunjukkan cara mengemudi yang ugal-ugalan. Kami sudah berikan surat peringatan hingga akhirnya surat PHK," kata dia. Meski demikian, Hutabarat menambahkan saat ini permasalahan itu sedang dinegosiasikan antara pengemudi dan perusahaan untuk dicarikan solusi yang terbaik.

Koridor I TransJakarta yang menghubungkan terminal Blok M dengan Stasiun Kota mulai beroperasi sejak tahun 2004, disokong dengan 91 unit armada bus dan 225 pramudi.

Sementara Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta akan tetap melaksanakan pembangunan busway koridor 8 jurusan Lebak Bulus-Harmoni. Walaupun masih terjadi pro-kontra dengan sebagian warga Pondok Indah, Dishub DKI merencanakan akan mulai membangun tiga koridor baru termasuk koridor 8 pada akhir bulan ini.

"Pembangunan tiga koridor baru akan mulai dilaksanakan pada akhir September ini," kata Wakil Kepala Dishub DKI, Udar Pristono, Selasa (11/9). Dishub DKI merencanakan ketiga koridor baru yang akan menggenapi koridor TransJakarta yang ada dan sudah dapat dioperasikan pada awal 2008. Dengan demikian di Jakarta terdapat 10 koridor TransJakarta.
(ant/bud )


more

11.9.07

Informasi, koordinasi, sosialisasi diabaikan 2

Lalu Lintas Macet Total
Proyek Busway Menjadi Pemicu

Kompas - Sebagian jalan arteri dan tol dalam kota, Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta, Cikampek, dan Jagorawi menuju interchange Cawang, Senin (10/9), macet total lebih dari dua jam sejak pukul 07.00. Kemacetan terjadi akibat pengerjaan jalur bus khusus Koridor X di Prumpung, Jatinegara, Jakarta Timur.

Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Indra Jafar mengatakan, kemacetan ini sudah berlangsung sejak pagi hari dan tidak berkurang sedikit pun hingga pukul 15.00.

"Banyak warga yang tidak tahu di jalan ini ada pembangunan busway sehingga warga tetap lewat jalan bypass ini. Andai saja ada sosialisasi terlebih dahulu, tentu banyak warga yang akan menghindar dari jalan bypass ini," kata Indra.

Para pelintas di Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) Jatiasih-Cawang dan Pasar Rebo- Pondok Indah-Cawang juga terjebak di Pintu Tol Dukuh sejak pukul 07.00. Saat Kompas tiba di tol Dukuh dari arah Jatiwarna pukul 7.30, kendaraan dari belakang terus berdatangan, sedangkan yang di depan tak bergerak maju.

Kemacetan lalu lintas di Jalan Tol Jagorawi menuju ruas dalam kota di Gerbang Utama Taman Mini tidak terhindarkan. Stagnasi arus lalu lintas di ruas Dukuh-Taman Mini ke Cawang sempat membuat pelintas marah-marah. Sebab, pada jam-jam awal tidak ada informasi apa pun saat pelintas membayar tiket Rp 6.000 di gerbang awal JORR sebelum tiba di Dukuh. Begitu juga saat di gerbang Dukuh untuk masuk ke Jagorawi menuju tol dalam kota.

Direktur Operasi PT Jasa Marga Sarwono Oetomo mengatakan, para petugasnya sempat bingung dan mempertanyakan penyebab kemacetan itu. "Setelah diselidiki sejumlah petugas kami, dalam waktu yang cukup lama, akhirnya diketahui penyebabnya adalah pengecoran busway di Prumpung," katanya.

Kalau saja ada informasi, koordinasi, atau pemberitahuan soal itu, ujarnya, PT Jasa Marga juga dapat memasang pengumuman di setiap pintu tol atau mengalihkan jalur agar pelintas mencari jalan alternatif.

Sarwono menjelaskan, pekerjaan proyek busway di Prumpung itu telah mengganggu hampir semua ruas tol, baik di JORR, Jagorawi, Cikampek, dalam kota, maupun jaringan arteri yang terhubung ke tol. Untuk mengurai kemacetan, pihaknya menerapkan pengalihan arus pukul 08.30 sampai dengan 11.00.

Slipi-Grogol

Kemacetan parah dari dua arah juga terjadi di ruas Jalan Gatot Subroto-Jalan S Parman, menjelang perempatan Slipi hingga perempatan Grogol.

Dalam pantauan sekitar pukul 11.00, kemacetan parah di perempatan Slipi mengakibatkan ekor antrean memanjang hingga ke sejumlah ruas jalan seperti arteri Pondok Indah dan Jalan Pejompongan. Sementara kemacetan panjang dari Slipi, Slipi Jaya, Tomang, dan Grogol terjadi pada dua arah. (CAL/ARN/ONG/ECA)
more

Penumpang Transjakarta Sekarang Tidak Nyaman Lagi

Sekarang naik bus transjakarta sudah tidak nyaman lagi. Penyebab utamanya adalah jumlah armada yang sangat terbatas, terutama untuk koridor tiga jurusan, Kalideres, Jakarta Barat-Harmoni, Jakarta Pusat. Bus selalu penuh sesak, bahkan melebihi kapasitas yang tersedia.

Di samping itu, saya sebagai pengguna setia transjakarta melihat jalur bus khusus (busway) pada pagi hari dari Kalideres ke Grogol, Jakarta Barat, selalu dipenuhi sepeda motor. Akibatnya, arus lalu lintas menjadi tidak lancar dan semrawut. Belum lagi kalau ada kendaraan lain yang mogok di Jembatan Layang Green Garden-Pesing, Jakarta Barat, kemacetan tidak dapat dihindarkan.

Seharusnya pihak TransJakarta selaku penanggung jawab busway selalu mempersiapkan mobil derek, misalnya di daerah Pesing, sehingga kemacetan arus lalu lintas dapat diatasi.

Selain itu, busway arah balik ke Kalideres pada pukul 16.00-20.00 di Jalan Suryopranoto, Jakarta Pusat, sampai dengan lampu lalu lintas Tomang, Jakarta Barat, sudah dipenuhi dengan kendaraan pribadi.

Apabila pada waktu normal biasa ditempuh sekitar 20 menit, pada waktu tersebut jalur Harmoni-Grogol bisa ditempuh selama 60 menit dan bahkan lebih. Apabila kondisi seperti itu tidak segera diatasi, kepercayaan warga terhadap kendaraan umum yang nyaman dan aman akan menurun sehingga kendaraan pribadi akan bertambah banyak. Akibatnya, tujuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi jumlah mobil pribadi akan gagal.

Mohon agar Pemprov DKI Jakarta segera menertibkan dan menegakkan peraturan yang benar dan tegas tanpa toleransi. Hal itu dilakukan agar nasib angkutan umum yang menjadi andalan bagi warga seperti transjakarta tidak berujung seperti angkutan massal pendahulunya, yaitu bus kota, metromini, dan kopaja.

Soeprono
Jalan Cengkareng Indah,
Jakarta Barat

KOMPAS
more

Pramudi menuntut

Tuntutan Sopir Transjakarta Dibahas Manajemen

KOMPAS - Kepala Bagian Pengendalian BLU Transjakarta Rene Nunumete tuntutan para sopir Transjakarta sedang dirapatkan oleh manajemen BLU Transjakarta. Namun, kenaikan gaji sampai 40 persen dinilai terlalu tinggi, apalagi, pendapatan mereka baru dinaikkan 10 persen awal 2007.

”Gaji pokok pramudi bus Transjakarta Rp 1,2 juta per bulan. Pendapatan mereka masih ditambahi uang makan dan transportasi Rp 50.000 per hari sehingga pendapatan total Rp 2,5 juta per bulan. Itu, kan, sudah di atas UMR,” kata Rene.

Rene mengatakan, selain menuntut kenaikan gaji karena harga sembako sedang naik, para sopir juga menuntut dipekerjakan kembali seorang rekan mereka, sesama sopir. Sopir berinisial P dikeluarkan karena mengemudi dengan kecepatan terlalu tinggi dan tidak tertib.

Mogok kerja yang dilakukan sekitar 40 pramudi Transjakarta terjadi Selasa (11/9) siang di Jakarta Selatan. Mogok kerja itu membuat calon penumpang bus Transjakarta di koridor I Blok M-Kota telantar.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyesalkan aksi mogok itu karena mengganggu pelayanan. Gaji para sopir bus Transjakarta juga dinilai sudah lebih tinggi daripada para sopir bus lain.

Untuk mengangkut penumpang yang sempat telantar, BLU Transjakarta mengerahkan 12 unit bus dan sopir dari koridor II dan III ke koridor I. Para sopir reguler dan sopir cadangan dari koridor I 185 orang akan dikerahkan Rabu (12/9) agar pelayanan di koridor I kembali normal. (ECA)
more

10.9.07

Bangsa yang Gemar Mematikan Diri

Anif Punto Utomo - Wartawan Republika

Gugatan pailit oleh mantan karyawan terhadap PT Dirgantara Indonesia (DI) dikabulkan Pengadilan Niaga. Apa artinya? Dalam pengertian hukum maka perusahaan pembuat pesawat dan kompenan pesawat itu harus dibubarkan, seluruh asetnya dijual, dan hasil penjualan itu digunakan untuk membayar utang, termasuk terhadap mantan karyawannya.

Barangkali mantan karyawan yang menggugat itu puas dengan hasil keputusan itu, setelah bertahun-tahun nasibnya terkatung-katung. Tapi kepuasan secuil itu harus dibayar mahal. Ribuan pengangur tercipta karena karyawan di-PHK, aset intelektual terbengkelai, dan yang jelas salah satu masa depan bangsa telah dibunuh pelan-pelan.

Kasus yang nyaris serupa adalah impor bus dari Korea untuk busway. Kenapa untuk pembuatan bus tidak diberikan ke karoseri dalam negeri tetapi malah mendatangkan dari negeri lain.


Menjadi lebih sayang lagi, karena dalam dua-tiga tahun terakhir ini perusahaan tersebut sudah menunjukkan perbaikan kinerja yang berarti. Pesanan pesawat mengalir, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Mereka mengakui, pesawat bikinan PT DI sudah memenuhi kualifikasi. Belum lagi pesanan komponen pesawat dari Boeing dan sebagainya.

Setiap bangsa memiliki hak dan memiliki potensi untuk menjadi besar. Apalagi bangsa Indonesia. Sejarah menunjukkan, meski kita terdiri atas ratusan suku, ribuan bahasa lokal, dan sebaran geografis yang begitu terpencar, tetapi tetap bisa dipersatukan menjadi Indonesia. Landasan untuk menjadi bangsa besar sudah terposisikan dengan bagus. Tinggal bagaimana melangkah ke depan agar bisa benar-benar menjadi bangsa yang besar.

Sayangnya, kita teramat sibuk dengan egoisme sektoral. Terkadang egoisme kesukuan, terkadang egoisme kepartaian, egoisme kelompok, bahkan juga egoisme pribadi. Semua ingin menjadi nomor satu, semua ingin menguasai, semua ingin dimakan sendiri. Sedih jika melihat orang lain senang, sebaliknya senang jika melihat orang lain sedih.

Lantas apa hubungannya dengan kasus dipailitkannya PT DI oleh pengadilan? Disitulah letaknya. Bagaimanapun, dengan segenap kelebihan dan kekurangannya, PT DI adalah lambang pencapaian tertinggi dari teknologi di Indonesia. Tidak banyak bangsa di dunia ini yang bisa memproduksi pesawat terbang, dan kita bisa.

Tapi kembali ke tadi, ada yang tidak senang melihat keberhasilan kita sendiri. Terbukti ketika banyak orang bertepuk tangan karena uji terbang N-250 sukses, sekelompok lain justru geram. Lawan-lawan ideologi dan politik Habibie (sebagai penggagas pembuatan pesawat) itu justru berharap pesawat jatuh, dan mereka akan bersorak. Mereka tidak rela putra-putri bangsa ini membuat pesawat terbang. Mereka mematikan potensi bangsa.

Kini dengan dipailitkannya PT DI, lengkap sudah pembunuhan potensi bangsa. Entah bagaimana nanti hasil kasasi, yang jelas keputusan tersebut telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak peduli dengan teknologi. Kita hanya akan menjadi bangsa pemakai, bukan bangsa produsen, bukan bangsa yang inovatif.

Itu juga bisa dibuktikan dari berbagai kasus yang acap kali terjadi. Dalam hal pemenuhan kebutuhan gerbong kereta misalnya, kita merasa lebih bangga jika memakai gerbong buatan Jepang, sekalipun gerbong bekas berusia belasan tahun itu memang sudah dibuang di Jepang. Bukannya membesarkan PT Inka, tapi justru menerima sampah dari asing.

Begitu juga dengan pembangunan monorel di Jakarta. Sempat ribut-ribut mengenai pemakaian teknologi dari Korea atau Jerman, padahal teknologi monorel tidaklah rumit, kita pun bisa membuatnya. Ketika kita bisa membuat dan bisa menjual dengan harga yang minimal sama, sudah semestinya dipakai, kecuali, ingin mematikan potensi.

Kasus yang nyaris serupa adalah impor bus dari Korea untuk busway. Kenapa untuk pembuatan bus tidak diberikan ke karoseri dalam negeri tetapi malah mendatangkan dari negeri lain. Tidak sulit karoseri itu membuat bus. Lagi pula bagaimana kita bisa belajar jika tidak dimulai dari diri sendiri.

Sebetulnya waktu Suharto masih berkuasa pernah juga membuat kebijakan bagus bagi pengembangan otomotif nasional lewat mobil Timor. Sayang yang diberikan hak adalah anaknya sendiri, Tommy Suharto. Seandanya dulu diberikan secara fair, 10 tahun kemudian, atau tahun-tahun ini, mungkin Indonesia sudah memproduksi mobil sendiri. Tapi belum tentu juga, karena saat itu pemegang lisensi merek mobil asing juga bergerak dan bergerilya untuk menggagalkan mobil nasional tersebut.

Ketika terjadi diskusi yang sehat tentang perlu tidaknya teknologi nuklir untuk pembangkit listrik, tiba-tiba muncul fatwa haram dari NU Jateng. Indonesia sudah mampu mengembangkan energi listrik dengan nuklir dalam skala kecil, dan tinggal mengembangkan untuk skala komersial.

Posisi teknologi
Tolak ukur kemajuan sebuah bangsa salah satunya ditentukan oleh kemajuan dan penguasaan teknologi. Kebangkitan kembali Eropa pada masa Revolusi Industri karena mereka menguasai teknologi untuk mengembangkan industri mereka. Jepang, lewat Restorasi Meiji, mereka menggeluti teknologi sehingga mampu menguasai sebagian dunia. Amerika, yang kini menjadi superpower, bisa menguasai dunia karena teknologi yang mereka kuasai. Kemudian Cina yang diperkirakan pada tiga atau empat dekade ke depan akan menggantikan posisi Amerika sebagai pusat kekuasaan, tak lepas dari penguasaan teknologi.

Sekali lagi, sayang, ketika negara lain berlomba-lomba dalam pengembangan dan aplikasi teknologi, kita justru mematikan potensi. Dari sisi sumber daya manusia, kita memiliki manusia-manusia yang unggul, tetapi tidak dimanfaatkan optimal. Kita ingat, betapa banyak ‘alumnus’ PT DI yang sekarang bekerja di industri penerbangan di Eropa. Mereka adalah orang-orang yang mumpuni yang tersingkir di negeri sendiri.

Memang terkadang ada kepentingan asing yang bermain dalam pematian ini. Ketika dulu PT DI (waktu masih bernama IPTN) berkembang, banyak pihak asing mencela dan meremehkan, dengan harapan industri itu gagal. Selain khawatir bersaing, mereka juga tidak rela sebuah negara berkembang naik kelas ke industri hi-tech. Asing itu kemudian bekerja sama dengan komprador lokal yang secara politik dan ideologis berseberangan.
more

Informasi, koordinasi, dan sosialisasi diabaikan

Lalu Lintas Tol Kacau Balau

Kompas - Lalu lintas di ruas tol Dukuh - Taman Mini - Cawang macet total hingga menyebabkan kekacauan di jalan. Para pelintas dari arah Jatiwarna yang terjebak di Dukuh balik arah, sementara yang sudah berada di tengah kemacetan tidak bisa bergerak..

Hingga berita ini diturunkan Senin pukul 09.20, kemacetan belum terurai. Lalu lintas kocar kacir dan sejumlah pelintas sudah kehilangan kesabaran, marah dan memaki petugas.

Tidak ada informasi apapun ketika pelintas memasuk tol Jatiwarna menuju Dukuh. Tidak juga ada penutupan jalur agar pelintas bisa mencari alternatif lain. Kompas dan para pelintas lain yang berada di ekor kemacetan di Dukuh balik berlawanan arah.

Oleh polisi kemudian diarahkan ke ruas tol Pasar Minggu/Pondok Indah/BSD untuk keluar di Kampung Rambutan terus menuju Cawang. Kepala Cabang Tol Cawang - Tomang - Cengkareng PT_Jasa Marga, David S, menjelaskan, kemacetan sangat parah karena ada pengerjaan proyek busway di Kebon Nanas, Jakarta Timur.

Pengecoran busway sejak Minggu malam di Kebon Nanas dan Pisangan, menyebabkan arus lalu lintas di jalan arteri pagi ini macet di semua ruas menuju UKI -_Cawang - Halim. Efeknya pun hingga ke semua ruas tol menuju interchange Cawang.(CAL)
more

1.9.07

Pengalihan rute bus kota

Dua Koridor Beroperasi, Rute Lima Trayek Bus Kota Dialihkan

REPUBLIKA -- Terhitung mulai Senin (3/9) nanti, Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta akan mengalihkan lima rute trayek bus kota. Kebijakan itu dilakukan Dishub menyusul telah beroperasinya bus TransJakarta Koridor II (Pulogadung-Harmoni) dan Koridor III (Harmoni-Kalideres) sejak 15 Januari 2006 lalu.

Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta, Nurachman, mengatakan, pengalihan trayek bertujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa angkutan di berbagai wilayah di DKI Jakarta. Apalagi, beberapa rute dapat difungsikan sebagai feeder busway. ''Ada lima rute trayek bus kota yang akan dialihkan. Sebagian rute dapat berfungsi sebagai feeder busway,'' kata Nurachman dalam surat edaran yang diterima Republika, Jumat (31/8).

Rute trayek bus kota yang dialihkan tersebut meliputi :

P7 - Bus Kota Mayasari Bakti (Pulogadung-Grogol PP);
P-7A - Mayasari Bakti (Pulogadung-Kalideres);
PAC-03 - Mayasari Bakti (Pulogadung-Kalideres);
52 - Bus PPD (Pulogadung-Pasar baru), dan
P-73 - Steady Safe (Kalideres-Tanjung Priok).

Untuk trayek Mayasari P-7, semula rutenya melalui Terminal Pulogadung-Perintis Kemerdekaan-Suprapto-Senen Raya-Veteran-Harmoni-H Ashari-Kyai Tapa-Terminal Grogol PP. Dialihkan dari Terminal Pulogadung masuk pintu Tol PRJ Kemayoran- Tol Dalam Kota-keluar pintu Tol Jembatan III-Latumenten-Kyai Tapa-Terminal Grogol PP.

Sedangkan bus Mayasari Bakti P-7A (Pulogadung-Kalideres) PP yang semula rutenya melalui Terminal Pulogadung-Jl Perintis Kemerdekaan-Jl Suprapto-Jl Senen Raya-Jl Pejambon-Jl Merdeka Timur-Jl Merdeka Utara-Jl Veteran-Harmoni-Jl H Ashari-Jl Kyai Tapa-Jl Daan Mogot-Terminal Kalideres PP, dialihkan ke Terminal Pulogadung-Jl Perintis Kemerdekaan-Jl A Yani-masuk pintu Tol Pulomas-Tol Wiyoto Wiyono- Tol Dalam Kota-keluar pintu Tol Tomang-Jl. S Parman-Jl Daan Mogot- Terminal Kalideres PP.

Pantauan di lapangan, sejumlah bus kota di jalur yang dilintasi dua koridor itu sebagian sudah mulai tak beroperasi semisal bus Mayasari P 7A. ''Soalnya, hanya kadang-kadang saja bus itu beroperasi,'' ujar Siti, warga Cilincing yang sudah tak menggunakan jasa bus tersebut sejak kehadiran busway. [zak]

Dialihkan, Trayek Bus Bersinggungan dengan TransJakarta

SINAR HARAPAN - Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta, Senin (3/9), mengalihkan trayek angkutan umum dari Pulo Gadung-Grogol, Pulo Gadung-Kalideres, Tanjung Priok-Kalideres, Pulo Gadung-Pasar Baru dan Kalideres-Tanjung Priok yang lebih dari 50 persen bersentuhan dan bersinggungan dengan koridor II dan II TransJakarta.

Alasannya, jumlah bus yang beroperasi di sepanjang koridor II dan III sudah cukup sehingga angkutan umum lain yang bersinggungan dengan dua koridor ini dialihkan. Selama ini masih diperbolehkan beroperasi karena jumlah bus TransJakarta masih terbatas.

Kepala Dishub Jakarta Nurachman menyatakan hal itu kepada SH, Jumat (31/8) siang. Dia menjelaskan, selama ini sebenarnya sudah mulai dikurangi sejalan dengan jumlah armada TransJakarta yang dioperasikan. Sekarang, semua trayek yang bersinggungan lebih dari 50 persen harus dibersihkan karena jumlah bus yang dioperasikan di dua koridor ini sudah cukup.

Trayek yang dialihkan, P-7 PT Mayasari Bakti, semula Terminal Pulo Gadung-Jl Pahlawan Kemerdekaan-Suprapto-Senen Raya-Veteran-Harmoni-H Ashari dan Jl Kyai Tapa dan masuk Terminal Grogol, menjadi Terminal Pulo Gadung-Pahlawan Kemerdekaan-Suprapto-Tanah Tinggi Barat dan Jl Benyamin S-masuk pintu tol PRJ-tol dalam kota-keluar pintu tol Jembatan III-Jl Latumenten-Kyai Tapa dan masuk Terminal Grogol.

Trayek-P7A Mayasari Bakti Pulo Gadung-Kalideres, mulai Terminal Pulo Gadung-Pahlawan Kemerdekaan-Suprapto-Senen Raya-Pejambon-Merdeka Timur-Merdeka Utara-Veteran-Harmoni-H Ashari-Kyai Tapa-Daan Mogot dan masuk Terminal Kalideres menjadi Pulo Gadung-Pahlawan Kemerdekaan-A Yani-masuk pintu Tol Pulomas-Tol W Wiyono-tol dalam kota-keluar pintu Tol Tomang- Jl S Parman- Jl Daan Mogot dan masuk Kalideres.

Trayek PAC-03 Mayasari Bakti Pulo Gadung-Kalideres. Dari Terminal Pulo Gadung-Pahlawan Kemerdekaan-Suprapto-Senen Raya-Pejambon-Merdeka Utara-Gajah Mada-H Ashari-Kyai Tapa-Daan Mogot dan masuk Terminal Kalideres menjadi terminal Tanjung Priok-Enggano-Yos Sudarso-masuk pintu Tol Plumpang-tol dalam kota-keluar pintu Tol Jembatan III-Latumenten-Daan Mogot dan terus masuk Kalideres. (andreas piatu)
more