18.4.08

Tentang tarif per km

Pembahasan penetapan tarif busway yang selama ini menjadi perdebatan antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan operator bus Transjakarta akan selesai pada April 2008 mendatang. Hasil dari kesepakatan ini nantinya juga akan dijadikan materi untuk memperbaharui perjanjian kerja sama (PKS) tarif yang diharus dibayarkan ke operator.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto mengungkapkan, tim kecil yang ditunjuk merumuskan penetapan tarif per kilometer yang harus dibayarkan Pemprov DKI melalui Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta kepada operator-operator busway akan selesai melakukan pengkajian pada akhir April 2008 ini. "Hasil dari rumusan tim kecil ini akan kita sampaikan ke operator," ujar Prijanto di Balaikota, Jumat (18/4).

Dalam penetapan tarif per kilometer tersebut, ungkap Prijanto, BPKP berfungsi sebagai mediator dalam merumuskan tarif. Menurut wagub keberadaan BPKP sangat penting artinya bagi Pemprov DKI agar tidak mengambil keputusan yang salah dalam penetapan tarif imbalan ke masing-masing operator. "Apabila salah mengambil keputusan, tentu akan merugikan keuangan negara," jelas Prijanto.

Ia juga mengungkapkan hasil dari rumusan tim kecil tersebut juga akan menjadi acuan untuk memperbaharui paket PKS dengan para operator bus Transjakarta.

Sementara itu, terkait tunggakan yang belum dibayarkan kepada operator, wagub menuturkan dalam waktu dekat ini pihaknya akan mengeluarkan instruksi gubernur perihal pembayaran hingga Maret ini. Sedangkan pembayaran pada Bulan Januari yang mengalami kelebihan akan diperhitungkan sesuai dengan hasil kesepakatan yang ada.

Sebelumnya, penetapan tarif busway mengalami kekisruhan. Hal ini berawal dari keinginan BLU Transjakarta untuk menerapakan tarif hasil lelang yang dimenangkan oleh PT Lorena ke semua operator. Dalam hasil lelang tersebut ditetapkan sebesar Rp 9.300- Rp 9.500 per kilometernya. Sementara operator lama tetap bersikeras dengan tarif yang dibayarkan sebelumnya yakni Rp 12.885 per kilometernya. [BeritaJakarta]
more

15.4.08

Busway di pinggir Jakarta

”Saya mendukung program transportasi massa ini jika cukup berhenti di Kampus UI. Namun, jika bus transjakarta harus masuk Jalan Margonda Raya, saya kira belum waktunya karena lebar jalan ini belum memadai,” kata Nur Mahmudi Isma’il, Wali Kota Depok Nur menjawab Kompas, Senin malam kemarin.

Achmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat terpilih, berjanji mendorong kepala daerah di perbatasan DKI Jakarta untuk menyediakan sarana pendukung bagi warga yang akan naik bus transjakarta di halte-halte dekat perbatasan.

Udar Pristono, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, memaparkan, halte-halte di perbatasan dengan daerah penyangga dibangun untuk membantu warga Bodetabek yang bekerja di Jakarta. Koridor-koridor baru yang akan diselesaikan hingga tahun 2010 adalah UI-Pasar Minggu-Manggarai, Pondok Kelapa-Blok M, Pulogebang-Kampung Melayu, dan Ciledug-Blok M.

Wali Kota Depok setuju jika ada halte di UI. ”Warga Depok cukup ke halte busway di UI, lalu mereka sudah bisa ke lokasi mana saja di Jakarta.”  Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar warga Depok dengan nyaman menuju halte busway di UI. ”Bisa disediakan bus pengumpan atau feeder dari depan Pesona Khayangan, misalnya, atau lokasi lainnya di Depok,” katanya.

Nurmansjah Lubis, Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta, menegaskan untuk mewujudkan pola transportasi makro di Jakarta sesuai dengan Peraturan Daerah No 103/2007, Gubernur DKI harus duduk bersama dengan kepala daerah di Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang. Jika tidak diantisipasi sejak dini, warga Bodetabek yang bekerja di Jakarta akan makin tersiksa saat menuju Jakarta dan saat kembali ke rumah. [dari Kompas]

more

11.4.08

This is my way

Belajar busway ke Bogota tapi tidak belajar bikeway. Absurd sebetulnya, tapi di seputar kita memang banyak hal yang absurd. Saya sering merefer ke Bogota karena mendambakan pengelola kota seperti mereka —yang manusiawi dan banyak memberi pada warganya, terutama yang kurang mampu.
Bayangkan, di setiap komunitas kecil dibangun perpustakaan, bahkan ada tiga perpustakaan mewah multi-lantai dilengkapi komputer dan internet, di tengah pemukiman-pemukiman kaum tidak mampu. Tidak mampu beli buku tapi diupayakan bisa baca.
Seratus persen rumah penduduk sudah dialiri air bersih sejak lima tahun lalu. Padahal jabatan pemimpin hanya tiga tahun dan tidak boleh dua kali berturut-turut. Padahal jumlah populasiya tidak jauh beda dengan Jakarta.

Barangkali solusinya bukan hanya terletak pada individu pemimpin, melainkan pada aturan perundangan yang mendorong calon pemimpin untuk memiliki visi dan ketangkasan yang memadai. Nanti akan ditulis di sini kalau sudah dapat jawabannya.

Ini denah kota Bogota. Garis merah adalah koridor busway, titik-titik merah itu terminal busway. Jalur sepeda digambarkan dengan garis biru, titik biru adalah terminal busway yang meenyediakan fasilitas parkir sepeda.

Ini elemen penting yang diabaikan dalam konsep TransJakarta. Di Bogota ia terintegrasi dalam sistem TransMilenio. Total panjang jaringannya sekitar 240 km, menghubungkan area pemukiman dengan halte-halte dan pusat-pusat kegiatan.

Berbagai kampanye dan dorongan untuk bersepeda dilakukan dengan gencar dan terarah. Setiap hari Minggu dan hari libur adalah hari bersepeda — mereka sebut ciclovia— setahun sekali seluruh jalan tertutup bagi kendaraan bermotor. Walikota dan para pejabat pada hari-hari tertentu bersepeda ke kantor. Peraturan dan hukumnya juga disosialisasikan.

Interkoneksi antar busway dan bikeway memperlihatkan bahwa mobilitas kalangan kurang mampu yang menjadi prioritas, dirancang agar siapa pun bisa kemana saja dengan mudah dan murah. Dari rumah bersepeda, titipkan di terminal atau taruh di hidung bus, lanjutkan perjalanan dengan busway. Jika mampu, beli saja sepeda kedua, simpan di sekitar kantor untuk memudahkan akses dari kantor ke terminal.

Mobilitas menggunakan kombinasi bus dan sepeda semakin banyak diterapkan di berbagai kota. Di Amerika dan Italia programnya disebut Bike ‘N Ride; di Austalia ada BikeBus, Jerman menyebutnya Bus & Bike. Umumnya baru beberapa bus saja dari tiap armada yang dilengkapi rak sepeda, dioperasikan pada jam-jam tertentu saja.

Di luar sana orang sedang berupaya keras agar anak cucu tidak diwarisi kerusakan alam, bahkan ada jalan-jalan tol dihancurkan, diganti dengan taman (Big Dig - Boston, USA). Sementara di sini malah akan dibangun jalan tol-dalam-kota. Enam ruas, lagi.
Di era keterbukaan informasi ini ternyata kita masih berada di dalam tempurung. 

more

8.4.08

Sterilisasi belum maksimal

Upaya aparat DKI Jakarta mensterilisasi koridor busway dari kendaraan selain bus Transjakarta tak maksimal. Hingga Senin, misalnya, masih ada jalur busway yang tetap diserobot pengendara sepeda motor, mobil pribadi, dan bus kota.

Koridor III, antara Kalideres dan Harmoni, termasuk salah satu jalur busway yang paling sering diserobot. Misalnya, sejak di persimpangan Tomang ke arah Grogol, hingga depan Universitas Tarumanegara atau sebaliknya dari Grogol ke Tomang. Penyerobotan juga terlihat di ruas Jalan Daan Mogot serta Jalan Pangkal Pinang, masing-masing di kedua arahnya.

Di Koridor II, antara Pulo Gading dan Harmoni, penyerobotan terlihat di Jalan Suprapto, Tanah Tinggi. Di kawasan Senen, menuju RS Gatot Soebroto hingga Gereja Katedral. Pada Senin kemarin, dua bus yang hendak melaju di Jalan Suprapto sekitar pukul 14.00 terhambat di Tanah Tinggi. Pada umumnya ruas yang diserobot tidak dijaga petugas.

Padahal, pada awal Maret lalu Kepala Subdinas Pengendalian Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan DKI Jakarta Riza Hashim menegaskan, pihaknya tidak akan memberi toleransi pada kendaraan lain yang masuk ke busway, sekalipun terjadi stagnasi di jalur reguler. Untuk kelancaran arus lalu lintas di busway disiagakan 616 petugas di tujuh koridor yang sudah dilalui bus transjakarta.

”Kami akan konsisten menerapkannya. Semacet apa pun jalan umum, koridor busway takkan dibuka untuk dilalui kendaraan lain. Koridor busway untuk bus transjakarta,” kata Riza Hashim saat itu (Kompas, 6/3).

Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, upaya sterilisasi busway dari kendaraan lain sudah dilakukan sejak awal Maret. ”Penertiban sudah dilakukan oleh dinas perhubungan bersama aparat lain dari kepolisian, Tramtib, dan bahkan polisi militer,” kata Pristono menjelaskan.

Menurut dia, jika hingga saat ini masih ada koridor yang diserobot kendaraan umum, itu tidak bisa dihindari karena proses penyadaran masyarakat sedang berjalan. Namun, efektivitasnya sudah mulai terlihat, antara lain terjadi di Koridor VI (Ragunan-Halimun/Dukuh Atas).

”Jumlah pengguna kendaraan pribadi yang pindah ke bus transjakarta meningkat 400-500 orang per hari,” kata Pristono.

Keterangan itu juga dibenarkan Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Darmaningtyas yang dihubungi secara terpisah. Dari hasil survei yang dilakukan pihaknya, setiap hari ada 288 mobil pribadi dan 210 sepeda motor diparkir di Ragunan dan pengendaranya beralih ke bus transjakarta. Sebelum strerilisasi, hanya ada tidak sampai 200 kendaraan pribadi yang diparkir setiap harinya.

Riza Hashim juga menambahkan, sudah ada 113 kendaraan lain yang ditilang karena menyerobot busway, 2-4 April ini. ”Kendaraan yang paling banyak masuk jalur bus transjakarta adalah sepeda motor,” kata Riza.

Dia juga menambahkan, ”Kendaraan pribadi ditilang polisi dan angkutan umum ditindak aparat Dishub. Kami menyita dokumen seperti buku kir, buku trayek, atau izin usaha.” (dari Kompas)

more

7.4.08

Busgandeng sengaja tidak dioperasikan

Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta mengaku tekor. Penerimaan dari penjualan tiket hanya bisa menutupi biaya pengeluaran sekitar 64,2 persen. Konsorsium atau operator busway menduga ada kebocoran dalam penjualan tiket.

Berdasarkan data BLU, tahun lalu, jumlah penumpang busway tercatat 61.761.573 orang. Pendapatan dari penjualan karcis Rp 206,89 miliar dan pengeluarannya Rp 322 miliar. Sehingga ada defisit Rp 115 miliar.

Defisit ditutup oleh subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta senilai Rp 200,5 miliar. Dana itu hanya terserap Rp 152,34 miliar. "Sisanya, Rp 48 miliar, dikembalikan ke kas daerah," kata Kepala BLU Transjakarta Drajad Adhyaksa.

Dijelaskan, dari pengeluaran Rp 322 miliar, sebanyak 87,79 persen atau Rp 282,89 miliar dipakai untuk membayar operator busway di 7 koridor. Karena pendapatan dari penjualan tiket hanya Rp 206 miliar, BLU tekor Rp 76 miliar untuk membayar konsorsium.

Biaya operasional menghabiskan dana Rp 40 miliar untuk gaji pegawai. Saat ini BLU memiliki 150 pegawai tetap dan sekitar 2.000 karyawan outsourcing. Pekerja outsourcing terdiri atas petugas tiket, keamanan, dan kebersihan.

Meski BLU mengaku tekor, konsorsium berpendapat ada kebocoran dalam hitung-hitungan penjualan tiket.

Hitung-hitungan versi konsorsium.

Operator busway memperkirakan jumlah penumpang busway sehari rata-rata 250 ribu atau 90 juta penumpang per tahun. Jika jumlah penumpang itu dikalikan dengan harga tiket Rp 3.500, dibukukan penghasilan Rp 315 miliar per tahun. Dengan pengeluaran BLU senilai Rp 322 miliar dan pemasukan Rp 315 miliar, defisitnya hanya Rp 7 miliar.

"Subsidi dari APBD bisa dikurangi," ujar seorang pejabat konsorsium yang enggan disebutkan identitasnya kepada Tempo. Jumlah Rp 315 miliar itu jauh lebih besar daripada hitungan versi BLU sebesar Rp 206 miliar.

Drajad menyatakan konsorsium tidak bisa pukul rata, jumlah penumpang dikalikan harga karcis Rp 3.500. Sebab, pada jam sibuk, karcis busway dijual Rp 2.000. Tahun ini BLU memang mentargetkan penerimaan karcis mencapai Rp 213 miliar.

Menurut Drajat, subsidi dihapus asalkan konsorsium setuju dengan harga lelang. Juli tahun lalu, BLU melakukan tender. Hasilnya ditetapkan tarif baru anyar Rp 9.300-9.500 per kilometer kepada operator busway. Tarif baru itu bisa menghemat pengeluaran Rp 130 miliar setahun. "Uang yang dihasilkan dari penghematan itu dapat menghapus subsidi dari APBD," ucap Drajad.

Namun, tarif baru itu ditolak. Konsorsium tetap meminta bayaran Rp 12.885,11 per km sesuai dengan kontrak lama. Kisruh pun berlanjut. Sebanyak 10 bus gandeng milik PT Jakarta Mega Transportasi (JMT), yang seharusnya dioperasikan di koridor V rute Kampung Melayu-Ancol, sejak Juni tahun lalu hingga kini nganggur.

"BLU sengaja tidak mengoperasikan bus gandeng karena belum ada kesepakatan harga," kata Drajad. Di koridor V, konsorsium menawarkan Rp 28 ribu per km, sedangkan hasil lelang yang dimenangi oleh PT Ekasari Lorena Transport hanya Rp 16 ribu. "Kalau mereka setuju harga lelang, silakan jalan," ujarnya.

Namun, Direktur Utama PT JMT Atin Soetisna menolak tegas harga lelang baru itu. Alasannya, "Tidak bisa menutupi biaya." Apalagi, selama dikandangkan, pihaknya harus membayar bunga bank sebesar 20,5 persen setahun dan membayar gaji sopir yang telanjur direkrut.

Agar kisruh hitung-hitungan pendapatan busway lebih transparan, anggota Dewan Transportasi Kota, Harya Setyaka Dillon, menyarankan agar BLU menggunakan sistem elektronik atau online untuk penjualan karcis. "Pengawasan pendapatan menjadi lebih mudah," ujarnya. Sofian

Aturan Main Harus Dievaluasi

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta meminta konsep kerja sama busway harus disusun ulang. Menurut Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Sayogo Hendrosubroto, dari awal pembentukan, koordinasi dan kesepakatan tidak jelas.

"Semuanya serba terburu-buru untuk mengejar target," kata Sayogo kepada Tempo kemarin.

Ketidakjelasan network planning inilah, Sayogo melanjutkan, menjadi sumber kekisruhan antara BLU dan konsorsium. Ia mencontohkan, pembangunan koridor IV, V, VI, dan VII yang hanya menggunakan satu anggaran. "Hasilnya jadi berantakan," ujarnya.

Penentuan tarif operasional, subsidi bahan bakar gas, dan masalah tagihan memperuncing kekisruhan tersebut. Belum lagi permasalahan tender dan pengadaan-pengadaan lain yang membuat satu dengan yang lain saling curiga. "Kalau dihitung secara transparan, mungkin bisa mengatasi masalah ini," katanya.

Menurut Sayogo, sebelum dibentuk aturan baru, semua pihak diharapkan duduk bersama membahas masalah ini dengan kepala dingin. "Evaluasi semuanya, nanti bakal kelihatan siapa yang salah," katanya. [dari koran Tempo]

more

4.4.08

Integrasi Busway - Kereta Api

"Untuk menambah daya angkut penumpang, antara KA Jabotabek dengan busway segera diintegrasikan," demikian Gubernur Fauzi menyatakan di balai kota kemarin. Sarana penunjang dan managemen pendukung pengintegrasian itu akan dikaji bersama dengan PT Kereta Api, dari sistem tiketing, halte dengan stasiun, dan pengaturan feeder.

Saat ini, halte busway yang dapat diintegrasikan belum seluruhnya menjangkau stasiun KA. Sebab, antara halte dengan stasiun yang berada dalam satu wilayah, masih ada yang berjauhan. Namun, hal itu akan bisa diatasi seiring diperluasnya koridor busway yang direncanakan hingga 15 koridor.

Peluncuran jalur KA Blue Line masih sepi penumpang karena belum terintegrasi dengan sistem jaringan busway. Kepala Dinas Perhubungan DKI Nurachman menyatakan, pengintegrasian yang bisa direalisasikan baru empat koridor:

  • Koridor I dapat dipadukan di Stasiun Dukuh Atas serta Jakarta Kota.
  • Koridor II di Stasiun Senen dan Juanda.
  • Koridor III di Stasiun Juanda.
  • Koridor VI di Stasiun Dukuh Atas.

Koridor lain masih belum memungkinkan lantaran busway belum menjangkau seluruh stasiun. "Seperti di Jatinegara itu bisa kalau ada Koridor 12. Tanah Abang juga belum ada. Untuk Senen juga agak jauh," ujar Nurachmanterangnya .

Untuk mengantisipasinya bisa disiasati dengan penyediaan feeder, dari halte menuju stasiun dan sebaliknya.

Penggabungan tiket yang diusulkan kepada PT KA masih harus dikaji dan belum ada hasilnya. "Apakah tahun ini bisa direalisasikan, nanti menunggu tersedianya titik-titik transfer, sistem tiket, dan siapa yang membiayai," ungkapnya.

Kepala Humas PT KA Daops I Jabotabek Akhmad Sujadi menyambut baik ide Gubernur DKI Fauzi Bowo tersebut. Untuk mengintegrasikan KA dengan busway, harus dibangun sejumlah halte yang berdekatan dengan stasiun. Sebab, tidak mungkin PT KA memindah stasiun atau membangun stasiun baru jika jalur rel tidak tersedia. Sementara untuk penyatuan tiketing, tidak akan mengalami kendala lantaran untuk KA sendiri sudah diterapkan tiket elektronik. "Kalau soal harga harus dibicarakan lagi. Sebab, ini menyangkut jauh dekat rute yang ditempuh," katanya. [dari Indopos, BeritaJakarta]

more

Kondisi HCB sangat parah

Kemarin kondisi HCB (Harmoni) sangat2 amat parah sekali.
Ekor penumpang ke arah kalideres (yg pintunya sekarang sudah dipindahkan ke Ex. Pulogadung) sudah hampir menyentuh pintu pulogadung baru (Ex. Pintu Kota).

Penumpang banyak yang teriak2 dan mukul2 halte. sudah kayak kerusuhan, dan bus yang dtg jg sangat terbatas...tampaknya BLU perlu bertindak tegas sebelum benar2 terjadi kerusuhan

Sementara tadi pagi dikatakan dipersiapkan Traja khusus perempuan, bagaimana mungkin bisa dibagi lagi kalo halte saja sudah tidak mencukupi..
benar2 tidak masuk akal.
tidak dibagi saja sudah tidak ada space buat org yg mau lewat, apalagi kalau dibagi.

Apalagi penumpang perempuan memang paling doyan ngantri sehingga menghambat jalan penumpang lain, jadi kalau mau lebih tepat mendingan buat bus khusus pria, dan bus campur (pria dan wanita), karena katanya Pak Dharmaningtyas di koran hari ini, jumlah penumpang wanita jauh lebih banyak...

dan sekali2 pria jg harus to be the first dong, jangan cuman bisa ladies first, sementara dilapangan 80% aksi dorong2an ketika akan masuk ke dalam bus pelakunya adalah wanita, kemarin jg sudah dibahas dan banyak yang pernah ngalamin hal2 seperti yang saya sering alami.....

coba lihat betapa bebalnya wanita2 tukang dorong itu...
saya pun awalnya tidak mau mendorong sapapun apalagi wanita, tapi akhirnya saya dan teman2 saya sadar, bahwa "kalau didorong maka kita harus dorong balik, tidak peduli sapapun pendorongnya, kalau kita didorong kedepan, napa kita tidak dorong kebelakang" biar para pendorong itu tahu bagaimana rasanya jatuh..

satulagi, sticker yang terdpt didalam bus bertuliskan " saya malu duduk apabila ada wanita, ibu hamil, orang tua, dan org cacat berdiri" itu sebaiknya direvisi aja
kata "wanita" harusnya dihilangkan saja, karena anda2 bisa liat sendiri ulah2 wanita yang suka dorong2an, biarlah mereka mendapat pelajaran dengan berdiri bergantungan, saya pun tidak akan memberikan tempat duduk saya bagi wanita yang saya nilai masi sehat dan kuat...

anda bisa rasakan sendiri bagaimana kesalnya didorong2 dan di tarik2 bajunya..
sudah saatnya disadari ada hal2 yang bisa membuat kita mencintai wanita, tapi ada juga hal yang tidak bth toleransi dari pria kepada wanita.

Wilsam di suaratransjakarta

more