Warga Tuntut Perbaikan Layanan Busway
Rencana Kenaikan Tarif
Dewan sarankan busway menggunakan tarif multi trip.
REPUBLIKA JAKARTA -- Masyarakat meminta Pemprov DKI Jakarta dan pengelola busway memperbaiki kualitas pelayanan sebelum menaikkan tarif. Perbaikan manajemen juga diperlukan sebagai jaminan bahwa kenaikan tarif dibarengi pelayanan yang baik.
Ely Rihmawati, karyawan swasta di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Selatan, tidak menyetujui rencana kenaikan tarif. "Karena pelayanan busway buruk," ujarnya, Selasa (17/7). Buruk dalam arti butuh lebih dari 3,5 menit untuk menunggu bus.
Pengguna busway koridor 1 dan 3 itu mengatakan, perbaikan manajemen diperlukan. Pasalnya tidak ada jaminan bahwa pelayanan bus yang beroperasi sejak tahun 2004 bisa membaik setelah tarifnya dinaikkan. "Apa ada jaminan harga naik maka pelayanan bisa lebih baik," kata Ely yang warga Kalideres, Jakbar.
Kenaikan tarif busway dinilai akan makin menjauhkan transportasi massal itu dari masyarakat menengah ke bawah. Ibnu Rusydi, karyawan yang bekerja di Kebayoran Baru, Jaksel, dan berdomisili di Pademangan, Jakut berujar kalau tarifnya naik bisa jadi naik busway pun tidak terjangkau.
Ibnu menoleransi kenaikan tarif busway menjadi Rp 4.000. "Kalau Rp 5.000 terlalu mahal," katanya. Menurutnya kenaikan ongkos busway tersebut sangat memberatkan. "Yang jelas bila naik harus ada perbaikan disiplin kedatangan busway," ujar pengguna busway koridor 1 tersebut.
Menunggu busway kadang membutuhkan satu menit saja, tapi bila antreannya sedang penuh untuk naik ke atas bus bisa menghabiskan satu jam. Pengguna busway lain, Bagus, mengatakan kenaikan tarif sebenarnya bisa dimengerti masyarakat. Bagus yang bekerja di Gatot Subroto, Jakarta Selatan, dan kos di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, itu menambahkan namun bila tidak dibarengi perbaikan pelayanan dikhawatirkan pengguna kendaraan pribadi tidak bersedia beralih ke busway. "Kalau sudah begitu tujuan adanya busway tidak tercapai. Jakarta tetap saja macet," tuturnya.
Saat ini pelayanan busway tidak memuaskan karena waktu tunggu yang tidak singkat, sehingga naik busway seringkali sama lamanya dengan naik bus biasa. Tidak cuma menuntut perbaikan pelayanan, Bagus berujar Pemprov dan BLU TransJakarta harus memaparkan berapa kerugian biaya operasional sehingga kenaikan tarif dibutuhkan. "Kalau bicara rugi berarti kita harus diberitahu besar operasionalnya dong," sambungnya.
Terkait rencana kenaikan tarif itu, DPRD DKI Jakarta menyarankan Pemprov DKI Jakarta supaya menerapkan tarif multi trip bagi penumpang bus TransJakarta. Besaran tarif sesuai jarak itu perlu diberlakukan untuk meningkatkan penerimaan, sekaligus dapat menekan kenaikan subsidi dan tarif yang direncanakan ditetapkan pada awal Agustus mendatang. Usulan tersebut mendapat dukungan BLU TransJakarta.
"Kami menyarankan kepada Pemprov DKI agar tarif busway tidak lagi menggunakan sistem jauh-dekat sama, yakni Rp 3.500. Kita ingin tarif bus ditetapkan sesuai jarak jauh dekat naik turunnya penumpang," ujar Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Sayogo Hendrosubroto, Selasa (17/7).
Senin (16/7) lalu, Pemprov DKI berencana menaikkan tarif busway. Kenaikan diperlukan agar pelayanan busway dapat ditingkatkan. Namun, sebelum mengumumkan kenaikan tarif, Pemprov DKI melakukan kajian objektif pelayanan busway kepada masyarakat. Gubernur DKI, Sutiyoso mengatakan pihaknya tidak dapat serta merta menaikkan tarif sebelum memiliki kajian objektif.
"Kita akan kaji dulu apakah pelayanan bus TransJakarta dan pengenaan tarif saat ini sudah sesuai,'' katanya. [ind/zak]
No comments:
Post a Comment