17.12.03

Menhub: Busway, Tidak Ada Koordinasi

TEMPO Interaktif, Jakarta: Menteri Perhubungan Agum Gumelar menyesalkan tidak adanya koordinasi yang baik antara Departemen Perhubungan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan program busway. Akibatnya muncul reaksi kontra yang kuat dari masyarakat Jakarta.

"Selama ini lack of communication, tahu-tahu sudah berjalan. Saya justru mau meminta penjelasan dari Gubernur DKI (Sutiyoso)," kata dia di sela-sela acara penandatanganan sampul dan perangko hari pertama peringatan 100 Tahun Penerbangan di gedung Departemen Perhubungan Jakarta, Rabu (17/12).

Menurut Agum, pihaknya akan meminta penjelasan lengkap mengenai program busway dalam pertemuan dengan Sutiyoso. "Sudah diatur waktunya besok (Kamis, 18/12)untuk paparkan kepada saya," ujar Agum.

Sebelumnya, Direktus Jenderal Perhubungan Darat Iskandar Abubakar mengatakan pemerintah provinsi DKI terlalu berani menempatkan busway pada koridor yang sangat penting. “Untuk koridor lain mungkin busway cocok. Tapi tidak untuk yang sekarang. Jadi saya hanya melihat ini sebagai solusi jangka pendek,” katanya.

Lebih lanjut menurutnya, busway hanya menyediakan satu jalur saja. Padahal, harusnya angkutan yang mulai beroperasi 15 Januari 2004 ini, akan menjadi lebih baik kalau membentuk sebuah jaringan. Artinya, juga menyediakan feeder services atau angkutan pengumpan yang bagus. “Jangan naik bus AC tapi nantinya menuju tempat tujuan naik metromini yang eplek-eplek,” ujar Iskandar.

SS. Kurniawan - Tempo News Room
more

Busway going nowhere

Jakarta Post - We can already envisage what the traffic will be like once the busway project is up and running. The congestion starts at the Hotel Indonesia traffic circle and "Hot Plate Harry" traffic circle in Kebayoran, South Jakarta.

Even when there are no special buses on the roads! What will happen when passengers start going backwards and forwards across the street because there are no stairs or they are too lazy to use them?

And then, there is the extended 3-in-1 restriction from 4 p.m. to 8 p.m. from Monday to Friday. I am a female senior citizen and always drive alone. I am too scared to hire two "jockeys" to make up three people in my car and, besides, I need my money for other things than paying such jockeys. This is really too much. So I cannot go to Kebayoran or Glodok downtown from Monday to Friday? Or I have to be home "in the stable" by 4 p.m.? And after that I cannot go out again to see a doctor, do errands, or visit friends in Kebayoran or Kota or meet at a restaurant there? (I live in Grogol, West Jakarta).

What about all the offices/banks/restaurants/hotels/shops on Jl. Thamrin, Jl. Sudirman and Kota and their visitors, bosses and employees who drive alone? They will have to leave the office at 3:30 p.m. or earlier, to run the gauntlet in time, or be stuck there until 8 p.m.

And then think of the plight of servants sent to pick up their bosses from the office. Three employees (two servants and the driver) will be needed to fetch the boss. Just imagine the discomfort of the servant and the boss sitting together in the back -- only one of the servants can sit in the front next to the driver. Not to mention the problems faced by housewives, who have to let their servants go for between two and four hours at the time when dinner has to be prepared and they need the servants.

Only a man could think up such a useless scheme, inconveniencing the whole city for the profit of a few. I am furious. But how can we stop this nonsense?

SUHARTO Jakarta
more

15.12.03

Bus-way Dinilai Bukan Solusi Jalur Padat

TEMPO Interaktif, Jakarta: Bus-way dianggap bukan solusi yang tepat untuk koridor penting seperti Jalan Sudirman dan Thamrin. Proyek itu hanyalah solusi jangka pendek. Demikian dikatakan Iskandar Abubakar, Direktur Jenderal Hubungan Darat Departemen Perhubungan (Dephub). "Koridor itu penting, memiliki demand tinggi. Sekarang saja kapasitas tampungnya sudah jenuh. Bus-way bukan solusinya," kata Iskandar, di Jakarta, Senin (15/12).

Menurut Iskandar, Pemerintah Daerah DKI Jakarta terlalu berani memasukkan bus-way yang direncanakan beroperasi 15 Januari 2004 itu, ke koridor penting dengan hanya menyediakan satu jalur. "Ini solusi intermedier, tidak memberikan jawaban," kata Iskandar. Tapi, katanya, jika bus-way membentuk jaringan, termasuk penyediaan feeder services, angkutan penumpang yang baik, kondisi pasti akan membaik.

Selain itu, kata Iskandar, persoalan mengubah kebiasaan masyarakat untuk beralih ke angkutan umum, juga tidak mudah diselesaikan. "Segmentasi akan terbentuk, karena mereka yang berpendapatan tinggi tidak akan melepas kendaraan pribadinya. Masyarakat kelas menengah yang beralih pun tidak akan mencukupi kapasitas bus-way. Perlu jaringan yang lebih luas lagi," katanya.

Sementara, usulan Pemda DKI Jakarta untuk penerapan traffic demand management, yaitu memperluas daerah dan memperpanjang waktu pelaksanaan three in one, serta pembatasan kendaraan dengan nomor polisi tertentu, dianggap akan menimbulkan persoalan baru. Untuk itu, kata Iskandar, solusi jangka panjang untuk mengatasi kemacetan dan angkutan publik di Jakarta adalah Mass Rapid Transportation, kereta bawah tanah. "Rencana lama ini hanya terbentur pada investasi," katanya.

Listi Fitria - Tempo News Room
more

Sutiyoso: Bus-way tak akan atasi kemacetan

TEMPO Interaktif, Jakarta: Program bus-way dinilai tidak akan mengatasi masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta. Demikian dikatakan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, di Jakarta, Senin (15/12). "Sebelum ada bus-way juga sudah macet," kata Sutiyoso.

Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta, kata Sutiyoso, akan berupaya agar bus-way tidak menambah kemacetan. "Paling tidak kita akan pertahankan kondisi semula sebelum ada bus-way," katanya. Caranya, antara lain dengan perpanjangan jalur three in one dan pembatasan jumlah kendaraan. Selain itu, Pemda DKI Jakarta juga telah menyiapkan satuan pengamanan yang terdiri dari 250 polisi, 70 dinas perhubungan, 500 ketentraman dan ketertiban dan 25 perparkiran, untuk menertibkan pelaksanaan bus-way. "Sudah disiapkan dana Rp. 4 miliar untuk Satgas bus-way itu," kata Sutiyoso.

Lalu, untuk apa ada proyek bus-way? Menurut Sutiyoso, program bus-way memiliki nilai tambah, adanya angkutan representatif yang bisa mengangkut orang banyak. "Di Jalan Sudirman ada lima jalur yang terdiri dari tiga jalur cepat dan dua jalur lambat. Satu jalur diperuntukkan masyarakat lapisan bawah, sehingga masih tersisa empat jalur. Kita berjanji akan mengatur dengan maksimal supaya tidak menambah kemacetan," kata Sutiyoso lagi.

Mawar Kusuma - Tempo News Room
more

9.12.03

New Armada Kebut Pesanan Bus Way

TEMPO Interaktif, Magelang: PT New Armada Magelang tengah dikejar tenggat menyelesaikan 41 unit bus kota pesanan pemerintah daerah DKI Jakarta. Bus-bus tersebut harus diserahkan ke pihak pemesan pada akhir Desember nanti. “Saat ini delapan unit diantaranya sudah sampai tahap finishing, lainnya sedang dalam taraf pengerjaan,” kata General Manager Pemasaran PT New Armada, Magelang, Edi Junarko, saat dihubungi melalui telepon, Selasa (9/12).

Pemda DKI memesan 56 bus baru, 41 unit diantaranya dikerjakan PT New Armada, Magelang. Sisanya, 13 unit, dikerjakan PT Restu Ibu, Bogor.

PT New Armada mengerjakan dua jenis bus, masing-masing bermerek Hino dan Mercedes Benz. Menurut Edi, harga masing-masing bus berkisar antara Rp 800 juta - Rp 850 juta per unitnya.

Bus-bus pesanan Pemda DKI ini memiliki kualitas bagus karena menggunakan bahan-bahan pilihan. Untuk interior langit-langit bus, misalnya, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Untuk kerangkanya, menggunakan bahan Galvanil, yakni jenis logam yang lebih kuat dan tahan karat.

Keistimewaan lainnya, pintu bus berada di sisi kanan, menyesuaikan jalur khusus bus (bus way) yang akan diberlakukan di Jakarta awal 2004. Pintu bus menggunakan sistem lipat (volding) otomatis dan menggunakan sensor yang menghindarkan penumpang terjepit waktu naik. Selain itu, disediakan sebuah pintu darurat di sebelah kanan yang bisa dibuka secara manual.

Untuk keselamatan penumpang, disediakan 10 palu pemecah kaca di dekat jendela, serta dua tabung pemadam di depan dan di belakang. “Sesuai dengan jalur bus way, pintu bus berada di sebelah kanan, setinggi halte. Dengan demikian, penumpang masuk dari halte ber-AC ke bus yang juga ber-AC,” jelas Edi.

Edi tidak menyebutkan kapan mereka mendapat kontrak pembuatan 41 unit bus tersebut dari Pemda DKI.

Heru CN - Tempo News Room
more

Tarif Busway Lebih Murah Dibanding Bus Biasa

TEMPO Interaktif, Jakarta: Ketua Tim Busway, Irzal Djamal, mengatakan bahwa tarif busway akan lebih murah jika dibandingkan bus biasa. Menurut Irzal, Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso sudah menyetujui penetapan tarif untuk busway ini. Dia mengungkapakan hal ini dalam konferensi pers di Balai Kota, Jakarta, Selasa (09/12)

Tarif yang ditetapkan untuk busway dalam jalur utama adalah sebesar Rp 2.500. "Sementara jika kita menggunakan bus biasa tarifnya Rp 3.300," ujar Irzal. Selain itu Pemda DKI Jakarta juga mengeluarkan kebijakan tarif khusus antara jalur utama dan jalur pengumpan. Tarif tersebut adalah Rp 2.900 untuk zona-1 dan Rp 3.800 untuk zona-2. Artinya, menurut Irzal, setelah kita menggunakan bus pada jalur pengumpan dan dikenai tarif Rp 1000 maka kita bisa gunakan sisa dari Rp 2.900 atau Rp 3.800 dikurangi Rp 1.000 untuk naik busway tanpa tambah biaya. Tentang Zona-1 dan zona-2 akan disosialisasikan ke masyarakat dengan menggunakan peta.

Menurut Sutiyoso, sasaran proyek busway ini adalah masyarakat menengah ke bawah sehingga tarifnyapun tidak terlalu mahal. Pemda DKI sudah menyiapkan 54 buah bus khusus busway. Bus-bus ini bermerek Hino tipe RG-1-JSKA dan Mercedes Benz tipe OH-1521. Bus-bus tersebut berbahan bakar solar dan menggunakan pendingin suhu 24 derajat celcius.

Mawar Kusuma - Tempo News Room
more

Bigger funds proposed

Bigger funds proposed for busway
Bambang Nurbianto, The Jakarta Post, Jakarta

The city administration has proposed a larger allocation for the busway project from Rp 120.7 billion (US$14.20 million) to Rp 240.7 billion in the draft of the 2004 city budget, which was submitted to the City Council on Monday.
The total draft budget amounts to Rp 12.16 trillion, a 10.68 percent increase from this year's Rp 11.563 trillion.

City Hall spokesman Muhayat said the additional Rp 120 billion allocation would be used to purchase 50 more buses -- bringing the total fleet to 106 buses -- and build an underpass for the busway's vehicles to turn around in Kota, West Jakarta, and build and equip a repair shop for the buses in Pinang Rante, East Jakarta.

Transportation analysts have criticized the administration on the busway project, which adopts a similar transportation system to that in Bogota, Colombia, saying that it would cause severe traffic jams along the busy main thoroughfares of Jl. Sudirman and Jl. Thamrin where offices are located. The busway occupies one of the three lanes in the fast lane on each side of the roads.

The analysts also doubt that many private car owners will make use of the buses to reach their offices once it is implemented because the busway has yet to be supported by feeder services connecting residential areas to busway shelters and terminals.

Several delays in the project have also been criticized.
The busway, initiated in 2001, was scheduled to be launched in February 2002. It was delayed to December 2002, and then further postponed for another year until finally the administration decided to launch it early next year.

However, Governor Sutiyoso said that people criticized the busway project because it was new for Jakartans.
He is optimistic that people will finally accept the project because it accommodates the interests of commuters.
"The administration in Bogota also received such criticism, but now more corridors are demanded by Colombians as the busway is successful there," he said.

The administration has spent Rp 120.7 billion on 56 buses, constructing lane dividers, passenger bridges and bus shelters.
The 56 buses, to be operated in January on the Blok M in South Jakarta to Kota route, are being assembled by an assembling company in Magelang, Central Java.

With the implementation of the busway, other bus operators playing the Blok M-Kota route have been given options by the administration to either join a consortium with the busway, operate as feeders or stay clear of the routes in question altogether. Buses plying the same route will be prohibited from following a parallel route to the busway's.

The busway and the East Flood Canal project are two significant infrastructure projects listed in the city budget. Expenses for both projects reach Rp 1.292 trillion.
The top priority of next year's budget is education and health with a proposed allotment of 29.69 percent of the total budget, or Rp 3.61 trillion. The figure is higher than this year's budget of Rp 2.88 trillion.
more