29.4.09

Seorang tewas tertabrak bus Transjakarta

Sebuah bus TransJakarta menabrak 2 perempuan penumpang angkutan Kopaja. Siti Suratinah (22), salah satu perempuan naas tersebut, tewas di tempat. Sedangkan Reqian (20) terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena luka-lukanya.

Seperti dilansir situs TMC Polda Metro Jaya, Rabu (29/4/2009), bus TransJ bernopol B 7992 IX itu tengah melaju menuju Manggarai, Jakarta, Selasa (28/4/2009) sekitar pukul 22.00 WIB.

Sesampainya di dekat halte Pasar Rumput, sebuah Kopaja yang melaju di depannya berhenti secara mendadak dan menurunkan penumpang.

Suratinah dan Reqian yang baru turun dari Kopaja itu berada di jalur busway begitu turun dari angkutan. Tak ayal lagi, bus TransJ yang tengah melaju itu menabraknya mereka berdua.

Suratinah yang asal Magelang itu meninggal seketika di tempat. Sedangkan Reqian yang tinggal di Bintaro mengalami luka-luka dan dilarikan ke RS Agung Manggarai.[detikcom]
more

24.10.08

Busway akan dikelola asing

Pemprov DKI menawarkan pengembangan sistem operasional lima koridor busway, yaitu koridor 11 (Pulo Gebang-Kampung Melayu), 12 (Pluit -Tanjung Priok), 13 (Pondok Kelapa-Blok M), 14 (UI-Manggarai), dan 15 (Ciledug-Blok M), kepada investor asing.
Penawaran atas investasi senilai Rp 500 miliar itu dipaparkan dalam Forum Bisnis Jakarta (Jakarta Business Forum-JBF) bertema Invest Jakarta 2008 yang digelar Pemprov DKI, Kamis (23/10).

Ada lima proyek ditawarkan kepada investor dari 14 negara: pengadaan bus Transjakarta, pembangunan Terminal Pulogebang (Rp 30 miliar), pembangunan enam ruas jalan tol (Rp 40 triliun), kelanjutan pembangunan monorel senilai (Rp 6,5 triliun), dan penanganan limbah.

"BLU Transjakarta tetap menangani uang negara. Tapi, BLU kan bisa kerja sama dengan pihak lain, misalnya untuk tiketing," ujar Kabid Perencanaan dan Promosi BKM PKUD Harry Soesetyo.
Ia mengatakan, sistem tiketing sekarang masih tradisional. Di Singapura, sistem tiket hanya dengan melewatkan dompet di samping pemindai—mirip sistem barcode—penumpang bisa naik bus. Selain itu, perlu ada pembangunan jaringan fiber optik pada jalur Transjakarta untuk memonitor jumlah penumpang dan posisi bus. [selengkapnya di Kompas]
more

16.6.08

Diskusi Busway di Veteran

Meramaikan perayaan 481 tahun Jakarta, di jalan Veteran I no.32 akan diselenggarakan diskusi mengenai perkembangan busway di Jakarta.

Peranan busway semakin penting ketika harga BBM naik. Para pengguna yang terbiasa nyaman di mobil, dan cepat tiba di tujuan menggunakan sepedamotor, tentu mengharapkan kondisi yang sekurangnya sama. Dan TransJakarta dan Pemprov DKI tentu akan sangat repot jika peningkatan pengguna melonjak melampaui kapasitas.

Diskusi ini diharap dapat menyamakan visi, sebagai jalan untuk menemukan solusi atas segala permasalahan yang ada, dan mengarah pada terciptanya transportasi publik yang nyaman bagi semua warga.

Menurut rencana, akan dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Juni 2008 jam 14:00-17:00.
Akan hadir representatif dari para stakeholder busway seperti Dinas Perhubungan DKI, Direktorat Lalu Lintas Metro Jaya, BLU TransJakarta, Konsorsium, Dewan Transportasi Kota, Pengamat dan tentunya juga para pengguna TransJakarta.

Aqua, kopi, teh dan makanan kecil disediakan oleh panitia untuk seluruh hadirin. Mari kita hadiri, dengan niat untuk meningkatkan kualitas hidup bersama di ibu kota, meyampaikan aspirasi sekaligus membuka hati untuk memahami segala baik-buruknya dampak dari kehadiran dan pengoperasian busway.

Pada denah lokasi acara, terlewatkan tanda bagi anda yang datang dari arah Thamrin menggunakan kendaraan pribadi:
bisa ke Harmoni lalu melalui Juanda dan Veteran 3 menuju Veteran 1
atau di bundaran Bank Indonesia melalui Stasiun Gambir berputar di depan Mahkamah Agung menuju Veteran 1.

Menggunakan busway koridor 3 (dari Harmoni atau Pasar Baroe) turun di halte Juanda, atau koridor 2 (dari arah PuloGadung menuju Harmoni) , turun di halte Istiqlal atau halte Juanda. more

30.5.08

Ujicoba busgandeng

"Semuanya siap beroperasi," ujar Direktur Utama PT Jakarta Mega Trans Atin Soetisna. Tiga dari 10 bus gandeng Transjakarta melakukan uji coba di lintasan koridor V, Kampung Melayu-Ancol. Bus dengan kapasitas 160 penumpang itu akan dioperasikan mulai pekan depan.

Atin menerangkan bus itu sebenarnya sudah akan beroperasi setahun lalu. Namun, pihak operator belum bisa mengoperasikan bus tersebut lantaran adanya sengketa penyelesaian pajak bea masuk. Saat itu, kata dia, besaran pajak yang ditetapkan sama dengan ketentuan mobil mewah atau sebesar 40 persen.

"Belakangan, pemerintah melalui Departemen Keuangan dan Departemen Perhubungan menyetujui untuk menurunkan beban pajak bea masuk menjadi 10 persen," kata Atin. Menurut rencana, tutur Atin, PT Jakarta Mega Trans akan menambah jumlah bus gandeng menjadi 17 unit. "Akan kami datangkan dalam waktu dekat," katanya.

Bus sepanjang 10 meter itu memiliki kapasitas 38 bangku dengan 110 pegangan bagi penumpang yang berdiri. Tersedia ruang bagi penumpang dengan kebutuhan khusus, terletak persis di belakang bangku sopir. "Yang jelas, daya tampungnya lebih besar," katanya.

Direktur Operasional Badan Layanan Umum Transjakarta Rene Nunumete menambahkan, operasionalisasi bus gandeng juga sedang direncanakan untuk koridor I, Blok M-Kota. Meski demikian, ia belum bisa memastikan kapan rencana tersebut dapat direalisasi. "Tarif bus gandeng tetap sama," ujarnya. [dari Koran Tempo]

Sebanyak 10 bus gandeng akan dioperasikan Juni 2008 mendatang dibarengi dengan beroperasinya tiga koridor busway baru lainnya yaitu busway Koridor VIII (Lebak Bulus-Harmoni), Koridor IX (Pinang Ranti-Pluit), dan Koridor X (Cililitan-Tanjung Priok).

"Ini belum mengangkut penumpang. Ini baru sebatas uji coba koridor," kata Rene Nunumete. Menurutnya ini ujicoba untuk pengenalan koridor serta penyesuaian kondisi lalu lintas. Tiga bus gandeng diujicobakan di koridor VII Ancol-Pademangan-Senen-Matraman-Kampung Melayu.
Tanggal pengoperasian bus gandeng menunggu Gubernur. "Beroperasinya pada Juni mendatang. Namun, waktu persisnya masih harus menunggu keputusan gubernur," tandas Rene.

Pemerintah akan membayar Rp 16.661 per kilometer tempuh sesuai dengan tarif lelang. Daya tampungnya 180 penumpang, dua kali lebih banyak daripada daya angkut bus tunggal. Tarif akan sama dengan tarif bus tunggal yaitu sebesar Rp 3.500.

Sejak didatangkan dari China pada tahun 2007 lalu, pengadaan armada bus gandeng ini banyak mengalami kendala. Pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan biaya bea masuk sebesar Rp 471 juta. [dari BeritaJakarta]

Bus Gandeng di Busway
more

18.4.08

Tentang tarif per km

Pembahasan penetapan tarif busway yang selama ini menjadi perdebatan antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan operator bus Transjakarta akan selesai pada April 2008 mendatang. Hasil dari kesepakatan ini nantinya juga akan dijadikan materi untuk memperbaharui perjanjian kerja sama (PKS) tarif yang diharus dibayarkan ke operator.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto mengungkapkan, tim kecil yang ditunjuk merumuskan penetapan tarif per kilometer yang harus dibayarkan Pemprov DKI melalui Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta kepada operator-operator busway akan selesai melakukan pengkajian pada akhir April 2008 ini. "Hasil dari rumusan tim kecil ini akan kita sampaikan ke operator," ujar Prijanto di Balaikota, Jumat (18/4).

Dalam penetapan tarif per kilometer tersebut, ungkap Prijanto, BPKP berfungsi sebagai mediator dalam merumuskan tarif. Menurut wagub keberadaan BPKP sangat penting artinya bagi Pemprov DKI agar tidak mengambil keputusan yang salah dalam penetapan tarif imbalan ke masing-masing operator. "Apabila salah mengambil keputusan, tentu akan merugikan keuangan negara," jelas Prijanto.

Ia juga mengungkapkan hasil dari rumusan tim kecil tersebut juga akan menjadi acuan untuk memperbaharui paket PKS dengan para operator bus Transjakarta.

Sementara itu, terkait tunggakan yang belum dibayarkan kepada operator, wagub menuturkan dalam waktu dekat ini pihaknya akan mengeluarkan instruksi gubernur perihal pembayaran hingga Maret ini. Sedangkan pembayaran pada Bulan Januari yang mengalami kelebihan akan diperhitungkan sesuai dengan hasil kesepakatan yang ada.

Sebelumnya, penetapan tarif busway mengalami kekisruhan. Hal ini berawal dari keinginan BLU Transjakarta untuk menerapakan tarif hasil lelang yang dimenangkan oleh PT Lorena ke semua operator. Dalam hasil lelang tersebut ditetapkan sebesar Rp 9.300- Rp 9.500 per kilometernya. Sementara operator lama tetap bersikeras dengan tarif yang dibayarkan sebelumnya yakni Rp 12.885 per kilometernya. [BeritaJakarta]
more

15.4.08

Busway di pinggir Jakarta

”Saya mendukung program transportasi massa ini jika cukup berhenti di Kampus UI. Namun, jika bus transjakarta harus masuk Jalan Margonda Raya, saya kira belum waktunya karena lebar jalan ini belum memadai,” kata Nur Mahmudi Isma’il, Wali Kota Depok Nur menjawab Kompas, Senin malam kemarin.

Achmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat terpilih, berjanji mendorong kepala daerah di perbatasan DKI Jakarta untuk menyediakan sarana pendukung bagi warga yang akan naik bus transjakarta di halte-halte dekat perbatasan.

Udar Pristono, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, memaparkan, halte-halte di perbatasan dengan daerah penyangga dibangun untuk membantu warga Bodetabek yang bekerja di Jakarta. Koridor-koridor baru yang akan diselesaikan hingga tahun 2010 adalah UI-Pasar Minggu-Manggarai, Pondok Kelapa-Blok M, Pulogebang-Kampung Melayu, dan Ciledug-Blok M.

Wali Kota Depok setuju jika ada halte di UI. ”Warga Depok cukup ke halte busway di UI, lalu mereka sudah bisa ke lokasi mana saja di Jakarta.”  Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar warga Depok dengan nyaman menuju halte busway di UI. ”Bisa disediakan bus pengumpan atau feeder dari depan Pesona Khayangan, misalnya, atau lokasi lainnya di Depok,” katanya.

Nurmansjah Lubis, Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta, menegaskan untuk mewujudkan pola transportasi makro di Jakarta sesuai dengan Peraturan Daerah No 103/2007, Gubernur DKI harus duduk bersama dengan kepala daerah di Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang. Jika tidak diantisipasi sejak dini, warga Bodetabek yang bekerja di Jakarta akan makin tersiksa saat menuju Jakarta dan saat kembali ke rumah. [dari Kompas]

more

11.4.08

This is my way

Belajar busway ke Bogota tapi tidak belajar bikeway. Absurd sebetulnya, tapi di seputar kita memang banyak hal yang absurd. Saya sering merefer ke Bogota karena mendambakan pengelola kota seperti mereka —yang manusiawi dan banyak memberi pada warganya, terutama yang kurang mampu.
Bayangkan, di setiap komunitas kecil dibangun perpustakaan, bahkan ada tiga perpustakaan mewah multi-lantai dilengkapi komputer dan internet, di tengah pemukiman-pemukiman kaum tidak mampu. Tidak mampu beli buku tapi diupayakan bisa baca.
Seratus persen rumah penduduk sudah dialiri air bersih sejak lima tahun lalu. Padahal jabatan pemimpin hanya tiga tahun dan tidak boleh dua kali berturut-turut. Padahal jumlah populasiya tidak jauh beda dengan Jakarta.

Barangkali solusinya bukan hanya terletak pada individu pemimpin, melainkan pada aturan perundangan yang mendorong calon pemimpin untuk memiliki visi dan ketangkasan yang memadai. Nanti akan ditulis di sini kalau sudah dapat jawabannya.

Ini denah kota Bogota. Garis merah adalah koridor busway, titik-titik merah itu terminal busway. Jalur sepeda digambarkan dengan garis biru, titik biru adalah terminal busway yang meenyediakan fasilitas parkir sepeda.

Ini elemen penting yang diabaikan dalam konsep TransJakarta. Di Bogota ia terintegrasi dalam sistem TransMilenio. Total panjang jaringannya sekitar 240 km, menghubungkan area pemukiman dengan halte-halte dan pusat-pusat kegiatan.

Berbagai kampanye dan dorongan untuk bersepeda dilakukan dengan gencar dan terarah. Setiap hari Minggu dan hari libur adalah hari bersepeda — mereka sebut ciclovia— setahun sekali seluruh jalan tertutup bagi kendaraan bermotor. Walikota dan para pejabat pada hari-hari tertentu bersepeda ke kantor. Peraturan dan hukumnya juga disosialisasikan.

Interkoneksi antar busway dan bikeway memperlihatkan bahwa mobilitas kalangan kurang mampu yang menjadi prioritas, dirancang agar siapa pun bisa kemana saja dengan mudah dan murah. Dari rumah bersepeda, titipkan di terminal atau taruh di hidung bus, lanjutkan perjalanan dengan busway. Jika mampu, beli saja sepeda kedua, simpan di sekitar kantor untuk memudahkan akses dari kantor ke terminal.

Mobilitas menggunakan kombinasi bus dan sepeda semakin banyak diterapkan di berbagai kota. Di Amerika dan Italia programnya disebut Bike ‘N Ride; di Austalia ada BikeBus, Jerman menyebutnya Bus & Bike. Umumnya baru beberapa bus saja dari tiap armada yang dilengkapi rak sepeda, dioperasikan pada jam-jam tertentu saja.

Di luar sana orang sedang berupaya keras agar anak cucu tidak diwarisi kerusakan alam, bahkan ada jalan-jalan tol dihancurkan, diganti dengan taman (Big Dig - Boston, USA). Sementara di sini malah akan dibangun jalan tol-dalam-kota. Enam ruas, lagi.
Di era keterbukaan informasi ini ternyata kita masih berada di dalam tempurung. 

more