27.6.07

Dishub Kekurangan Petugas Jalur Busway

Republika Online: JAKARTA -- Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengaku kekurangan personel untuk mengawasi operasional armada TransJakarta di jalur busway. Kekurangan tersebut kadang diatasi dengan bantuan petugas dari Polda Metro Jaya.

Kepala Sub Pengendalian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PPL&AJ) Dinas Perhubungan DKI, Riza Hashim, mengatakan petugas pengawas lalu lintas berjumlah 616 orang. Padahal titik persimpangan yang harus diawasi sebanyak 796. "Sering kali memang koordinasi tidak berjalan," ujar dia, Selasa (26/6).

Riza menjelaskan setiap persimpangan atau putaran berbentuk U harus diawasi dua petugas. Artinya dari 616 petugas yang ada cuma bisa mengawasi 313 persimpangan. Sisanya lantas tidak sanggup terawasi. "Petugas itu pun masih harus dibutuhkan untuk menertibkan lalu lintas lain di luar jalur busway," tuturnya.

Insiden perusakan mobil dinas milik Sudin Perhubungan Jakpus terjadi akibat petugas polisi di awal jalur busway di kawasan Galur membiarkan sejumlah kendaraan pribadi masuk ke dalam. Namun oleh petugas Dinas Perhubungan malah menilang pengendara di ujung jalur busway. Merasa dijebak, pemilik kendaraan yang marah lalu merusak kendaraan Sudin Perhubungan Jakpus.

Riza menambahkan, petugas Dinas Perhubungan menilang bukan tanpa dasar. Sesuai KUHAP pasal 6 ayat (1), dinas tersebut melalui penyelidik pegawai negeri sipil (PPNS) yang dimilikinya diperbolehkan mengambil tindakan hukum terhadap pelanggar peraturan. "Jadi tidak benar kalau penyidik kami tidak punya wewenang dalam pelanggaran lalu lintas," ujar dia. Dalam setiap pelanggaran, PPNS Dinas Perhubungan membuat berita acara pemeriksaan cepat. Setelah itu berita acara diserahkan ke pengadilan negeri.

Terkait insiden tersebut, menurut Riza, polisi akhirnya memutuskan untuk melepaskan pemilik kendaraan pribadi. Alasannya mereka melintas di jalur busway atas komando polisi yang bertugas di jalan. Insiden itu juga tidak menyurutkan tugas Dinas Perhubungan dalam mengawasi jalur busway. ind
more

14.6.07

Busway ke Jakarta Fair



Melalui halte Monumen Nasional di Merdeka Barat - Gambir - Istiqlal - Juanda - melintasi jalan Garuda - Benyamin Suaeb - berakhir di halte Gambir Expo.

Arah balik, dari halte Gambir Expo - jalan Benyamin Suaeb - jalan Garuda - Bungur - Gunung Sahari - Budi Utomo - Lapangan Banteng - Istiqlal - Mojopahit - halte Monas Merdeka Barat - berakhir di Merdeka Selatan.
more

12.6.07

Busway Bukan Kereta Api

Republike Online: Saya sangat sedih dan trenyuh membaca berita beberapa surat kabar yang memberitakan korban-korban tertabrak Busway yang rata-rata meninggal serta luka parah. Memang Busway punya jalur sendiri, tapi dia bukan kereta api yang bisa menjalankan kendaraannya secepat-cepatnya atau seenak-enaknya saja, karena jalur yang dibuat untuk Busway adalah jalur tempat orang-orang dahulu menyeberang dan membawa kendaraan umum.

Saya bukan pengguna Busway, tapi pengguna jalan yang mengimbau semua pihak untuk saling berhati-hati. Juga kepada para pengendara Busway tolong jangan terlalu kencang melarikan kendaraan Anda. Berhati-hatilah memacu kendaraan Anda di tempat-tempat ramai, karena pengguna jalan --terutama pejalan kaki-- waspada ketika menyeberangi jalan yang banyak mobil tapi tidak waspada, tapi kadang lupa pada jalur Busway.

Imam Boerhan
Jl Jelambar Baru III/21
RT 07 RW 010, Jelambar,
Jakarta Barat
more

7.6.07

Jakarta operasikan waterway

JAKARTA - Impian warga ibu kota untuk mendapatkan layanan transportasi air menjadi kenyataan. Ini setelah dua kapal penumpang secara resmi melayani masyarakat dari Dermaga Halimun hingga Dermaga Dukuh Atas sepanjang 1,7 kilometer kemarin. [foto: detikfoto]

Gubernur DKI Sutiyoso menyatakan, angkutan air tersebut dapat dijadikan alternatif transportasi umum di Jakarta. Hanya saja, untuk jangka waktu hingga dua tahun mendatang masih difokuskan untuk keperluan pariwisata.

Peresmian ini sekaligus menjawab keraguan masyarakat atas keseriusan Pemprov DKI Jakarta membenahi wilayah sungai dan dijadikan sebagai salah satu alternatif angkutan umum.

Menurut pria kelahiran Semarang itu, pembangunan waterway merupakan bagian dari skenario besar penataan sistem transportasi di wilayahnya yang dikenal dengan Pola Transportasi Makro (PTM). Penataan transportasi ini meliputi pembangunan Bus Rapid Transportation (busway), Light Rapid Transit, Mass Rapid Transportation (Monorel) serta waterway (angkutan sungai).

"Ini merupakan cikal bakal hadirnya transportasi makro di Jakarta setelah adanya busway, waterway, dan menyusul monorel," katanya.

[waterway di Jerman: jembatan air - sebuah terobosan teknologi | foto: nonprophet]

Lebih lanjut Sutiyoso menambahkan, peresmian waterway merupakan cikal bakal hadirnya moda transportasi yang terintegrasi. Rencananya, ke depan transportasi ini akan menghubungkan beberapa wilayah yang sebelumnya tak terlayani angkutan umum lain. Misalnya, kawasan Halimun, Stasiun KA Dukuh Atas, tepian Jalan KH Mas Mansyur, dan berakhir di pintu Karet, tanah Abang Jakarta Pusat.

Untuk mengatasi hal tersebut, dibuka jalur waterway dengan rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer dari rencana awal sepanjang 3,6 km dari Manggarai-Karet.

Sutiyoso juga menyinggung kebiasaan warga Jakarta yang membuang sampah di sungai. Akibat kurang sadarnya masyarakat dengan kondisi tersebut, pemerintah harus merogoh dana APBD Rp 30 miliar untuk menangani masalah sampah saja.

"Mestinya Anda menanyakan pada gubernur baru nantinya berapa besar dana yang disiapkan untuk penanganan sampah," ucapnya kepada wartawan kemarin.

Pada bagian lain, pembenahan transportasi air sebetulnya belum berjalan sempurna. Pasalnya, longsor sepanjang 500 meter yang terjadi di sepanjang kawasan Sungai Ciliwung di kawasan Jalan Sultan Agung masih terlihat belum banyak mendapat sentuhan.

Begitu juga dengan kondisi dinding pembatas sungai yang ada di sepanjang kawasan Halimun, Jakarta Pusat. Dinding pembatas yang banyak retak dan berlubang tidak mendapat pembenahan dari petugas.

Sedangkan pembongkaran jembatan dan saluran air yang menghadang di kawasan itu juga belum banyak mendapat alternatif. Apakah itu akan dibongkar atau ada alternatif pembuatan jalur baru. Hingga kemarin, saluran yang menghadang tersebut masih tampak melingkar di atas sungai. Begitu juga dengan jembatan yang ada. Tidak ada perubahan yang cukup signifikan. Semuanya masih tetap seperti hari biasanya.

Menurut Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Sutanto Soehodho, masalah utama yag dihadapi waterway Jakarta adalah menumpuknya sampah. Ribuan kubik sampah mengalir setiap harinya dari hulu hingga hilir.

Sehingga, tak heran, di sepanjang Sungai Ciliwung tersebut, sampah masih tampak mendominasi. Namun, kata dia, kondisi sampah di atas aliran sungai tersebut bukan alasan bagi pemda untuk tidak bisa berbuat. Apalagi, hingga menunda proses angkutan air menjadi angkutan alternatif yang menjadi kebutuhan mendesak tersebut. "Tidak perlu bertahun-tahun. Jika serius, tiga bulan saja sudah cukup," ungkapnya. (anz/aak) indopos
more