Operator Busway Terancam Bangkrut
Gubernur DKI berjanji akan mendengarkan keluhan operator.
Republika | JAKARTA-- PT TransBatavia, mengkhatirkan kemungkinan terhentinya pelayanan jasa transportasi busway. Pasalnya, sejak dua bulan terakhir BLU TransJakarta sebagai pengelola busway tidak menyetorkan seluruh pendapatan kepada TransBatavia selaku operator.
Direktur Utama PT TransBatavia, Aziz Rismaya Mahfud, menuturkan BLU TransJakarta hanya menyerahkan 80 persen pendapatan operator. Padahal setiap bulan dari 80 persen penerimaaan, sebanyak 60 persen digunakan untuk biaya operasional dan sisanya untuk mengembalikan nilai investasi. [source]
Berkurangnya setoran pendapatan ini karena seluruh armada dikerahkan oleh BLU TransJakarta. "Bila berlanjut terus layanan busway terancam terhenti dalam dua bulan ke depan," kata dia, Rabu (11/7). TransBatavia merupakan operator penyedia armada bus untuk busway koridor 2 (Pulogadung-Harmoni) dan koridor 3 (Kalideres-Harmoni). Aziz mengatakan, perusahaannya sudah memenuhi kewajiban penyediaan bus di dua koridor. Total kewajiban adalah 126 unit bus, dengan rincian 55 unit di koridor 2, dan 71 unit di koridor 3.
Namun kenyataannya tidak semua armada bus dioperasikan oleh BLU TransJakarta. Pada hari kerja, masing-masing koridor cuma dilayani 42 unit bus. Sementara pada hari libur seperti Sabtu dan Ahad, koridor 2 dilayani 30 unit bus dan koridor 3 dilayani 35 unit bus.
Tidak hanya mengandangkan sebagian bus, ketika jam sibuk penumpang telah lewat, BLU TransJakarta memulangkan hampir 30 armadanya di koridor 2 dan 3. "Sehingga ada perlambatan headway (jarak kedatangan antarbus, red)," ujar Aziz.
Apabila BLU TransJakarta mempertahankan pola manajemen seperti ini, dikhawatirkan operator terancam bangkrut. Salah satu alasannya adalah ketidaktepatan waktu bus sehingga pihak bank akhirnya meragukan kemampuan busway. "Tingkat pelayanan busway pada masyarakat merupakan catatan jaminan dari bank," tutur Aziz. Sejak BLU TransJakarta hanya membayar 80 persen pendapatan operator, karyawan TransBatavia terpaksa menerima gaji 50 persen terlebih dahulu.
BLU TransJakarta, seperti diutarakan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Nurachman, terpaksa tidak mengoperasikan seluruh armada dengan alasan menghemat subsidi. Menurut Aziz, masalah subsidi atau keuangan merupakan tanggung jawab BLU. Bukan masalah yang seharusnya dibebankan ke operator. "Hemat biaya tapi mengebiri pengguna jasa," katanya. Operator yang tergabung dalam konsorsium lain, seperti Jakarta Trans Metropolitan (koridor 4 dan 6) serta Jakarta Mega Trans (koridor 5 dan 7) dipastikan Azis bernasib sama.
Aziz memaparkan pola manajemen seperti ini baru terjadi tahun ini. Sebelumnya satu bus memiliki jarak tempuh 290 kilometer per hari. Kini berkurang jadi 165 kilometer per hari. Berdasarkan kesepakatan awal, busway harus beroperasi sebanyak 95 persen di hari kerja dan 85 persen di hari libur. Sisanya digunakan istirahat dan perawatan. Aziz meminta pemerintah segera membenahi manajemen BLU. Tanpa perbaikan dia menyangsikan keinginan konsorsium untuk berpartisipasi dalam pengadaan bus di koridor selanjutnya.
Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, berjanji akan mendengarkan keluhan operator ini. Namun Sutiyoso mengaku belum menerima laporan dari Dinas Perhubungan terkait keluhan operator. Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Ritola Tasmaya, mengatakan Pemprov DKI baru akan bertemu Dinas Perhubungan pekan depan untuk membahas masalah busway. Namun Ritola menegaskan operator tidak akan sampai bangkrut dalam mengelola busway. [ind]
Fakta Angka
80 Persen - Hasil yang diterima operator busway per bulan
No comments:
Post a Comment