21.1.08

Toilet di halte...

Wanita setengah baya itu terlihat meringis di ujung kursi sebelah kanan dalam busway, Sabtu (18/1) petang. Sesekali wanita yang mengaku Rina ini memegangi perutnya, menahan rasa sakit. Wanita berbaju hijau dan bercelana hitam itu mengaku hendak menuju ke kawasan Blok M.

Rasa sakit yang diderita tampaknya sudah tak terkirakan dan tertahankan lagi. Perasaan malu pun, tidak dia hiraukan. Sehingga, secara tiba-tiba, dia menanyakan tempat toilet, kepada penumpang di sampingnya. Bahkan dia juga menayakan kepada kernet busway yang ditumpanginya.

''Bang di mana halte busway yang ada toiletnya,'' tanya wanita itu tanpa malu-malu di depan para penumpang lainnya.

Kernet busway itu pun hanya bisa tersenyum. Jawabannya, hampir semua halte busway masih belum dilengkapi fasilitas umum berupa toilet itu. Wanita itu, terus saja bertanya dan bertanya soal keberadaan toilet.

''Kalau mau kencing di mana dong. Sudah tidak kuat lagi nih. Tolong dong,'' keluhnya.

Rengekan itu tentu saja tidak bisa menyelesaikan penderitaan yang dialami untuk membuang air kecilnya. Hingga akhirnya wanita itu pun minta diturunkan di halte busway yang berdekatan dengan permukiman penduduk. Dia pun akhirnya, turun di halte busway Depkes. Dia berlari, mencari rumah warga atau perkantoran yang memiliki kamar mandi dan bisa dijadikan tumpangan untuk membuang air kecil.

Pengalaman wanita yang kesulitan membuang air kecil itu, boleh jadi dialami penumpang busway lainnya. Bahkan, petugas busway TransJakarta ini pun mengaku kesulitan bila hendak membuang air kecil. Tidak tahu secara persis, ke mana dan dimana bila sewaktu-waktu mereka harus membuang air kecil atau air besar. Padahal, para petugas di halte-halte busway itu tidak hanya satu jam dua jam, namun sehari penuh.

''Kebetulan selama bertugas, tidak pernah buang air kecil atau besar,'' tutur Dede salah seorang petugas TransJakarta di halte Dukuh Atas.

Sementara itu, jumlah halte busway yang dilalui busway itu jumlahnya sekitar 109 halte. Itu berarti, khusus untuk petugas di masing-masing busway ada sekitar 250-an yang sebenarnya kesulitan dan susah mencari toilet bila sewaktu-waktu harus membuang air kecil atau air besar.

Demikian pula dengan penumpangnya. Mereka akan lebih kesulitan lagi ketimbang petugas halte. Seperti yang dialami Rina. Padahal, rute busway itu hampir memasuki seluruh penjuru di kawasan DKI Jakarta. Jaraknya yang dilalui masing-masing koridor rata-rata belasan kilometer. Belum lagi ketika harus transit di salah satu halte untuk selanjutnya menuju koridor lainnya.

Makanya, tidak berlebihan bila warga pemakai jasa busway berharap agar tiap halte diberi fasilitas umum berupa toilet. Halte-halte yang perlu dilengkapi fasilitas umum berupa toilet itu memang tidak perlu semuanya. Namun, cukup halte-halte yang difungsikan sebagai tempat perpindahan penumpang (halte transit).

Berbeda dengan halte lainnya, seperti halte Blok M, halte Kota, halte Pulogadung, Kalideres, Ancol, Ragunan, dan Kampung Rambutan bisa saja memanfaatkan fasiltas toilet yang ada di terminal tersebut. ''Namun, kalau haltel lainnya, ya minimal di enam halte transit itu yang perlu dilengkapi toilet,'' ujar Ilham, salah seorang penumpang busway lainnya. Sayangnya, pimpinan di Dishub DKI belum bisa memberikan keterangan ihwal masalah ini. Kepala Dishub DKI, Nurachman maupun wakilnya Udar Pristono tak bisa dihubungi karena telepon selularnya dalam keadaan dimatikan.[Republika]

No comments: