14.7.07

Benahi Layanan Busway

TAJUK RENCANA II - SUARA PEMBARUAN

Keberadaan sarana transportasi jalur khusus (busway) di Ibukota Jakarta ternyata memang diperlukan. Sebagai bukti, lihatlah, begitu banyak jumlah penumpang yang rela antre di halte-halte khusus tempat persinggahan bus Transjakarta. Antrean panjang terjadi pada saat jam-jam berangkat dan pulang kantor. Khusus di jalur "gemuk" seperti Blok M - Kota, antrean hampir terjadi sepanjang waktu. Membludaknya jumlah penumpang bus Transjakarta itu menunjukkan bahwa sarana transportasi tersebut memang sangat dibutuhkan warga.

Busway memang dibangun dengan tujuan agar warga bisa menggunakan sarana transportasi umum dengan nyaman dan aman. Lebih dari itu, jalur khusus ini membuat perjalanan nyaris bebas macet karena tidak bersaing dengan kendaraan lainnya. Selain menggunakan jalur khusus, bus yang disediakan juga didesain khusus sehingga perjalanan bisa lebih nyaman. Halte untuk menunggu bus juga dibuat khusus. Berbeda dengan fasilitas yang disediakan untuk bus kota regular yang kondisinya sangat memprihatinkan. Selain penuh sesak, masih harus tertahan jika jalanan sedang macet.

Sangat disayangkan bahwa kenyamanan yang ditawarkan busway hanya bertahan dalam hitungan bulan. Setelah warga DKI Jakarta dan sekitarnya menikmati kenyamanan busway, mereka kini harus siap berjejal antre untuk menunggu bus Transjakarta. Mereka harus menunggu beberapa bus yang datang kemudian karena hanya beberapa orang yang bisa diangkut karena penumpang sudah penuh. Di dalam bus, mereka juga tetap harus rela berdiri dan berjejal dengan penumpang lainnya.

Memang sangat disayangkan bahwa sarana transportasi yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu tidak dikelola dengan baik sehingga dikeluhkan oleh warga. Jumlah penumpang yang demikian besar ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan armada bus yang mencukupi. Hal itu menunjukkan buruknya manajemen transportasi busway, seolah tidak ada perencanaan dalam operasionalisasi jalur khusus tersebut. Walaupun pengelolaan diserahkan ke swasta, namun masyarakat tetap akan menuding Pemprov DKI Jakarta tidak mampu memberikan layanan yang baik kepada warganya.

Salah satu penyebab terjadinya antrean panjang penumpang adalah adanya pembatasan jumlah armada bus yang beroperasi. Ternyata hal itu terjadi karena terbatasnya biaya operasional yang selama ini masih disubsidi. Menurut Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta, subsidi operasional busway melalui APBD yang semula diusulkan Rp 275 miliar, ternyata disetujui DPRD sebesar Rp 203 miliar. Pemotongan anggaran tersebut berdampak pada pengurangan jumlah armada busway yang dioperasikan.

Oleh karena itulah, BLU Transjakarta mengusulkan untuk menaikkan tarif penumpang dari Rp 3.500 menjadi Rp 5.000. Kenaikan harga tiket itu diharapkan bisa memberikan pelayanan yang lebih baik dengan cara menambah jumlah armada bus yang beroperasi. Alasan usulan kenaikan tarif busway tersebut memang cukup kuat. Bagi sebagian penumpang, menambah biaya Rp 1.500 tidak akan menjadi masalah asalkan mereka tidak berlama-lama antre di halte, dan mereka bisa naik bus dengan nyaman.

Kita berharap pengelola bus Transjakarta maupun Pemprov DKI Jakarta memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada warganya, terutama dalam pengoperasian busway. Jangan sampai proyek yang awalnya menuai protes dan kemudian menarik simpati ini menunjukkan kinerja yang buruk. Oleh karena itu, pelayanan harus ditingkatkan karena dari situlah masyarakat bisa menilai apakah busway memang bermanfaat untuk warganya atau justru hanya sebuah proyek untuk menghambur-hamburkan uang rakyat.

No comments: