29.9.07

Mengoptimalkan Jalur Busway 2

Mas Putra, usulannya sangat menarik sekali.

Integrasi manajemen operasional trunk-feeder memang sangat mutlak dilakukan
guna menjamin suksesnya penerapan sistem busway sebagai primadona angkutan
massal dki, khususnya bila kita semua ingin melihat terjadinya perubahan
yang nyata dari wajah angkutan umum DKI yang kini kusam, porak poranda dan
carut marut disana-sini. Sasaran dari integrasi ini telah dituangkan secara
seksama pada 2 item teratas dari Prasyaratnya Mas Putra. Pada konsep
integrasi ini, operator feeder diharapkan akan memperoleh manfaat yang
besar, antara lain:

1) memperoleh "kepastian revenue" bahkan dengan tingkat kepastian dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan setoran yang saat ini mereka terima dari para sopir

2) Mereka tidak lagi digaji oleh sopir, melainkan menggaji sopir

3) Resiko usaha menjadi kecil, dan resiko inipun tidak akan lagi berada dipundak sopir, namun dilimpahkan sepenuhnya ke pemerintah (cq. BLU) yang memang berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada rakyatnya

4) Biaya operasi dan perawatan kendaraan menjadi lebih kecil karena bus2 mereka dioperasikan dengan praktek operasi yang lebih baik, tidak ugal2an, tidak kebut2an, dan memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi, serta resiko kecelakaan yang kecil

5) Usia kendaraan menjadi jauh lebih panjang karena dikemudikan dengan cara mengemudi yang baik dan benar

6) Bus-bus mereka akan terbebas dari beban Pungli, vandalism dan premanisme jalanan karena tidak adanya atau minimnya transaksi uang di dalam bus. Dengan demikian, pengeluaran operasi akan menjadi lebih rendah

7) Penggunaan bahan bakar menjadi lebih irit karena para sopir menerapkan praktek mengemudi yang baik, tidak memacu akselerasi dan melakukan deselerasi mendadak, tidak ngetem di sembarang tempat, dll.

8) Keuntungan (profit) yang diperoleh menjadi lebih tinggi karena terciptanya penghematan-2 sebagaimana diatas disamping insentif tambahan dari pemerintah

9) Memperoleh tingkat kelayakan usaha yang lebih tinggi dengan tingkat kelangsungan hidup perusahaan yang jauh lebih baik dan secure

10) Memperoleh rekognisi dan kebanggaan yang tinggi sebagai operator feeder busway yang mampu menerapkan manajemen usaha yang lebih professional

11) "Naik Kelas" menjadi pengusaha/operator bus yang sesungguhnya dan professional. Harapannya, di masa datang mereka bisa menjadi world class operators yang bisa disejajarkan dengan operator bus kelas dunia lainnya

Namun ada sedikit pendapat saya, yaitu bahwa integrasi manajemen operasional diatas tidaklah harus semata dilakukan dengan cara memanfaatkan jalur busway yang ada untuk digunakan oleh angkutan umum lainnya, namun dapat pula dilakukan dengan menerapkan pendekatan seperti yang saya sampaikan pada bagian akhir dari email ini.

Sedikit ilustrasi kecil, untuk mencapai kapasitas busway ideal sebesar 30.000 penumpang per jam per arah pada trunk line akan membutuhkan headway dikisaran 17 detik (single bus) dan 30 detik (articulated bus).

Atau bila diterapkan konsep bus convoy, headway tersebut dapat meningkat maks. 2-3 kalinya. Dengan demikian sedikit sekali ruang headway yang tersisa pada jalur busway apabila kapasitasnya telah mencapai kondisi ideal seperti yang kita harapkan nantinya. Sebagai alternative dapat diterapkan konsep double busway (busway ganda) atau overtaking lanes pada segmen halte apabila angkutan umum lainnya ingin dimasukkan ke dalam jalur busway.
Pendekatan ini pada umumnya akan terkendala oleh terbatasnya lahan yang tersedia.

Disisi yang lain, apabila kita coba amati frekuensi bus regular/patas/patas ac/metro mini/kopaja yang ada dengan mengambil sepenggal segmen sudirman atau thamrin misalnya, tidak kurang dari 250-300 bus per jam per arah kini memadati jalur lambat yang ada.

Memasukkan mereka ke dalam jalur busway akan membutuhkan headway dikisaran 12 sampai 15 detik. Dengan demikian Interupsi feeder terhadap sistem trunk menjadi sangat signifikan dan akan mendeteriorasi kapasitas trunk sangat signifikan sekali seperti halnya penyerobotan oleh kendaraan pribadi yang saat ini dialami oleh semua koridor busway yang ada, kecuali koridor 1.

Oleh karena itu integrasi manajemen operasional ini tidaklah harus dengan cara memanfaatkan jalur busway untuk digunakan oleh angkutan umum lainnya, namun dapat dilakukan melalui penyediaan infrastruktur dan fasilitas feeder yang lengkap dan modern oleh pemerintah (halte & platform khusus yang terkoneksi baik dengan halte busway, sistem ticket elektronik, access ramp, bus turnstile, akses khusus bagi disables, sistem informasi & monitoring, sistem komunikasi, settlement & clearing house, dll) yang mampu mendukung agar terciptanya integrasi manajemen operasional dari kedua sistem trunk dan feeder busway tersebut secara efektif.

Wass-DA
[deddy arief di suaratransjkarta]

No comments: