23.9.07

Solusi pondok indah

Mencari Solusi di Pondok Indah

MEDIA INDONESIA | DUA kepentingan yang sama-sama mengatasnamakan masyarakat saling bersitegang di Pondok Indah. Kedua kepentingan itu kini berada di ujung yang ekstrem. Yang satu akan terus membangun apa pun perlawanannya, sementara yang lain akan menghentikannya apa pun risikonya.

Itulah perseteruan yang tengah terjadi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta versus sebagian warga Pondok Indah berkaitan dengan pembangunan jalur busway koridor VIII. Koridor ini bakal melayani trayek Harmoni-Lebak Bulus. Warga menolak pembangunan ini lantaran bakal mengenyahkan ratusan pohon palem yang telah berpuluh tahun menjadi keindahan median Jalan Metro Pondok Indah.

Mereka meminta pembangunan busway dihentikan lantaran belum ada analisis mengenai dampak lingkungannya. Warga khawatir pembangunan busway koridor VIII bakal merusak lingkungan. Selain itu, bakal menambah kemacetan dan polusi kawasan Pondok Indah.

Sementara itu, menurut Pemerintah Provinsi DKI, busway koridor VIII tak bisa ditunda. Proyek ini harus jalan karena akan menggenapi koridor-koridor lain yang terlebih dahulu beroperasi. Tujuannya untuk mengurangi kendaraan pribadi yang jumlahnya sangat tidak berimbang.

Berdasarkan data, dari 5 juta kendaraan bermotor yang ada di Ibu Kota, 98% kendaraan pribadi dan hanya 2% kendaraan umum. Ini belum ditambah 600.000 unit kendaraan yang berasal dari Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bogor yang setiap hari merayapi jalan-jalan Jakarta. Jumlah kendaraan yang bejibun itu diperparah lagi dengan 2.407 titik infrastruktur jalan yang berpotensi menimbulkan kemacetan.

Angka kerugian akibat kemacetan di Jakarta sudah berulang kali pula disebutkan. Menurut LSM Pelangi, kerugian akibat kemacetan di Jakarta mencapai Rp12,8 triliun. Perinciannya Rp3,9 triliun akibat pemborosan BBM, Rp7,1 triliun akibat kehilangan waktu produktif, dan Rp1,8 triliun akibat polusi.

Jakarta memang ketinggalan kereta dalam menata angkutan umum massalnya. Bangkok dan Manila, yang dulu dikenal sebagai dua kota di Asia Tenggara yang kemacetannya luar biasa, telah mengatasinya dengan angkutan umum massal subway dan light rail train. Sedangkan Jakarta baru memulainya pada 2004 dengan pengoperasian busway koridor I yang melayani rute Harmoni-Blok M.

Berdasarkan penelitian The Institute for Transportation and Development Policy yang dirilis Juni 2005, penyelenggaraan busway koridor I merupakan yang terbaik di Asia untuk pola transportasi berbasis bus rapid transit. Dari 65.000 penumpang yang diangkut, bus Trans-Jakarta setiap harinya berhasil memindahkan 14% penumpang yang sebelumnya memakai mobil pribadi, 6% sepeda motor, dan 5% menggunakan taksi. Tentu angka peralihan ke busway akan lebih besar lagi dengan dioperasikannya koridor II hingga koridor VII.

Karena nilai pentingnya busway sebagai sistem transportasi yang aman, nyaman, dan efisien, sebaiknya pembangunan koridor VIII dilanjutkan. Tetapi, tentu jangan mengabaikan aspirasi warga Pondok Indah. Misalnya pohon-pohon yang terkena pembangunan harus dipindah ke tempat lain yang tidak terlalu jauh. Syukur-syukur bisa menambah ruang hijau. Intinya fungsi paru-paru kota harus tergantikan.

Warga Pondok Indah memang bakal melakukan langkah hukum jika proyek itu tetap diteruskan. Ini langkah bagus daripada aksi lapangan yang berpotensi bentrok fisik. Tetapi, alangkah elok jika sebelum menginjak ke proses hukum, dialog yang telah buntu dilanjutkan lagi. Tanpa harus diwarnai ancam-mengancam dari kedua belah pihak.

Dengan sama-sama mengatasnamakan demi kepentingan masyarakat, seharusnya semua pihak menimbang mana bobot kepentingan masyarakat yang lebih berat. Itulah yang harus menjadi pilihan

1 comment:

Anonymous said...

Bagaimanapun, saya tidak setuju pada koridor VIII busway yang lewat PI.

Mengenai polusi, itu jelas akan terjadi, bahkan bukan polusi biasa. Dengan banyaknya pohon ditebang, maka penghijauan juga akan banyak hilang. Pada kenyataannya nanti, PI akan macet parah, hal ini diakibatkan dengan hanya 1 jalur kecil yg dapat dilewati. Truk atau angkutan besar dapat menjadi penyebab utama. Terkadang para pekerja suka menaruh plang pembatas terlalu melebar. Maka tidak heran kemacetan luar biasa yg saya alami dan seperti dikutip di www.kompas.com/kompas-cetak/0710/30/metro/3962352.htm
akan terjadi di PI, bahkan lebih parah. Saya melihat, dari 3 jalur k arah permata hijau, bisa menjadi 1 jalur akibat plang, kendaraan yg ugal2an baik motor dan mobil yg mengakibatkan space jalan jd kacau. Bagaimana jika terjadi di PI yg 2 jalur pun sempit dan mulai macet.
Saya biasa k tempat kuliah saya memakan waktu 1/2-1 jam, dengan hal proyek busway di permata hijau, saya sampai bisa 1 1/2 - 2 jam. Itu 2-3 x lipat biasa.

Selain itu, bukankah pemerintah juga pernah memberlakukan peraturan untuk menjaga lingkungan perumahan agar tidak dijadikan tempat usaha. Bukannya busway juga bisa dikategorikan sebagai usaha pemerintahan.

Saya heran, kenapa banyak orang yang suka salah paham kpd orang2 PI yg mungkin melihat penghuni PI yg sombong padahal itu hanya oknum atau sebagian kecil, padahal orang2 PI sebenarnya baik, ramah, dan suka membantu, tidak seperti pendapat salah seorang di web ini.
http://www.opensubscriber.com/message/forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com/7631018.html
Mal maupun plaza PI pun dibangun di bagian ujung2. Mal di perbatasan dgn haji nawi & radio dalam. Plaza di prbatasan dgn cilandak & lebak bulus.

Saya warga PI yg juga sering naik kendaraan umum termasuk bus trans karena faktor kemacetan luar biasa di Jakarta sehingga menyetir mobil pun malas apalagi ke daerah yg jauh. Bayangkan betapa anehnya jika orang sudah masuk kompleks sendiri, tapi butuh 1/2 - 1 jam untuk sampai k rumah. Emangnya tu kompleks segede 1 kecamatan?

Jadi, saya mohon kepada pemerintah agar mengalihkan proyek busway ini k jalur yg lebih ramah lingkungan. Saya juga senang bisa menggunakan busway, tp saya tidak senang jika busway merusak lingkungan.

Saya juga turut menyesal proyek busway yang cukup merusak daerah perumahan di pluit. Semoga kekacauan ini tidak terulang.

Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.