17.1.06

Penumpang Busway Mengaku Kecewa

Penumpang harus berdesak-desakan di dalam bus.

Republika | JAKARTA -- Sehari setelah soft launching busway koridor II (Harmoni-Pulogadung) dan III (Harmoni-Kalideres), masih membingungkan calon penumpang. Terutama bagi mereka yang hendak melakukan transfer koridor. Petugas halte masih merasa kagok.
Penumpang merasa tidak nyaman dengan keberadaan busway ini. Sebab, penumpang harus berdesak-desakan di dalam bus. Sejak di Pulogadung, bus sudah dipenuhi penumpang. Hingga beberapa halte, bus tidak lagi dapat mengangkut penumpang. Calon penumpang yang sudah siap menaiki bus menjadi kecewa. Padahal mereka sudah menunggu lama untuk dapat menaiki bus ini.

Bus yang disediakan untuk koridor II sebanyak 9 buah sedangkan koridor III disediakan 14 unit bus. Keterbatasan ini menyebabkan penumpang harus menunggu cukup lama untuk dapat menaikinya. Ada pula yang beralih ke kendaraan umum lain karena didesak waktu. Penambahan 10 unit bus di koridor II dan 1 buah di koridor III tidak membuat penumpang merasa puas. Pasalnya mereka tetap harus menghabiskan waktu yang lama di halte. [source]

Bus ini membingungkan masyarakat. Selama ini mereka mengenal bus koridor I yang berwarna merah-oranye. Di televisi, mereka mengenal bus yang baru berwarna biru. Bus ini beroperasi di dua koridor terbaru. Namun karena keterbatasan bus, maka armada pada koridor I diperbantukan. Hal ini membuat orang bingung saat hendak berganti koridor. Pasalnya tidak ada petunjuk pada bus yang menyatakan arah bus tersebut.

Rencananya, pada koridor II kelak akan menggunakan warna biru. Sedangkan koridor III menggunakan warna kuning-oranye. ''Hingga April nanti sebanyak 71 bus baru dioperasikan secara bertahap,'' kata Udar Pristono, wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, seusai soft launching Ahad lalu. Warna pun berubah untuk membedakan koridor.

Nanda, warga Bekasi, menggunakan busway koridor II untuk kedua kalinya. Menurut dia, tidak lebih baik pada saat pengoperasian Ahad lalu (15/1). Ketika itu papan penunjuk halte yang disuarakan seorang wanita tidak berfungsi dengan baik. Beberapa kali penumpang bertanya, mereka sudah tiba di halte apa.

Begitupun pada hari berikutnya. Petugas belum siap. Ia harus menunggu uang kembalian pembelian tiket. Alasannya, petugas pembawa uang belum datang. Petugas lainnya pun belum memahami kebutuhan penumpang yang hendak beralih koridor. ''Informasinya tidak membuat penumpang mengerti,'' kata dia. Beberapa penumpang lain juga mengeluh karena bingung, di mana harus menyambung bus yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan.

Agar penumpang tidak membayar tiket busway berulangkali, Badan Pengelola (BP) Trans Jakarta menyediakan tiga halte transfer. Halte Monas menjadi tempat peralihan penumpang koridor I (Blok M-Kota) dan II. Kemudian Halte Pecenongan untuk peralihan pengguna koridor II dan III, sedangkan alih penumpang koridor I dan III dilakukan di Halte Sawah Besar. Pengalihan ini disebabkan oleh Harmoni Central Busway (HCB) yang masih dalam pengerjaan.

Namun ternyata pengalihan penumpang ini membuat para pengguna busway kebingungan, terutama untuk mereka yang beralih di Halte Monas. Pasalnya, halte ini terdiri dari dua halte yang terpisah. Beberapa penumpang yang telanjur turun terpaksa harus membayar kembali untuk dapat melakukan perjalanan. Mereka belum mengetahui trik yang disarankan BP. Dalam selebaran disebutkan, penumpang dari arah Pulogadung yang hendak ke Kota berhenti di Monas. Namun mereka diminta tidak ke luar dari halte melainkan meneruskannya dengan menggunakan busway arah Blok M. Kemudian turun di Halte Bank Indonesia (BI). Dari sini, mereka dapat berbalik arah menuju Kota.

"Mana saya tahu. Saya nggak terima selebarannya," ujar Mita, warga Pulogadung yang hendak menuju Mangga Dua kepada Republika, Senin (16/1). Karena telanjur ke luar halte, ia harus membayar kembali tiket busway menuju BI untuk kemudian ke Mangga Dua.

Beberapa Ruas Jalan Macet

JAKARTA-- Seiring beroperasinya busway koridor II dan koridor III, beberapa ruas jalan yang dilaluinya macet. Untuk koridor III yang menempuh rute Harmoni-Kalideres, imbas kemacetan paling parah terjadi di Perempatan Tomang, Jakarta Barat. Kawasan ini memang rawan kemacetan. Namun tidak tampak petugas yang mengatur kemacetan.

Dalam pantauan, kemacetan disebabkan beberapa faktor. Selain menyempitnya jalur akibat pengurangan jalur untuk busway, kemacetan juga diakibatkan oleh bertambahnya lampu pengaturan lalu lintas khusus untuk busway. Khusus untuk Jl Daan Mogot, kemacetan terjadi di U-turn (putaran untuk berbalik arah- red). Ini juga diakibatkan oleh pengurangan jumlah U-turn sebagai imbas keberadaan jalur busway di ruas jalan tersebut.

Seorang pemakai jalan, Totok, mengaku kemacetan yang dialaminya meningkat tajam. Warga Ciledug ini mengaku, biasanya dia menempuh rute Meruya-Tomang melalui tol, hanya 30 menit. "Hari ini (Senin, 16/1), red) jadi satu jam,'' ujarnya. Mungkin karena beroperasinya busway, menambah lama waktu berhenti di lampu merah Tomang. Kemacetan ini juga terpantau dari atas fly over yang melintas tol Kebon Jeruk. Kendaraan menuju Tomang terpantau menyemut sekitar pukul 13.00 WIB, kontras dengan arah sebaliknya.

Keluhan senada diucapkan Yayan. Dia mengaku telah merasakan peningkatan kemacetan yang parah sejak dari kawasan DPR-MPR Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dia menduga kemacetan ini dikarenakan penyempitan jalur. c35 (c34 )

1 comment:

apriansah said...

memang kualitas pelayanan busway di segala aspek kini sudah menurun bila dibandingkan dengan pada saat awal-awal kemunculannya ..
kini mungkin busway bukan alternatif cara untuk mengatasi kemacetan.