Pelayanan Busway Tetap Amburadul
Oleh: Andreas Piatu
Busway selalu menjadi sorotan. Busway tidak pernah lepas dari kritikan. Kenyataan memang busway belum berubah. Pelayanan masih memprihatinkan di tengah klaim makin banyak orang memanfaatkan ketika bepergian untuk beraktivitas.
Sorotan bukan hanya karena macet atau desain halte yang kurang pas. Kritikan pun tidak sekadar soal antrean panjang masih saja terjadi. Kenyamanan dan keamanan dalam bus pun belum menjadi jaminan.
Proyek busway perlu dievaluasi total demi ketertiban, kenyamanan, dan keamanan para penggunanya. Agaknya itulah yang akan dilakukan Pemda Jakarta di tahun 2008. Evaluasi begitu penting sehingga tahun 2008 belum ada tambahan koridor.
Tahun 2008 dapat dikatakan sebagai tahun evaluasi busway 10 koridor yang dibangun sangat cepat. Begitu cepat karena hanya dalam beberapa tahun 10 koridor dibangun maka tidak sedikit masalah bermunculan. Kritik dan kecaman tidak bisa dihindari. Presiden pun turun tangan.
Evaluasi bukan dalam arti menghentikan proyek busway. Evaluasi juga tidak berarti menghentikan subsidi yang terus membengkak. Juga, evaluasi proyek busway tidak dalam arti tarif tidak perlu naik.
Mengkaji busway, lebih pada bagaimana busway memberi manfaat bagi rakyat. Bagaimana proyek busway sukses. Sukses dan berhasil bukan program terlaksana dengan baik, pembangunan fisik terealisasi.
Berhasilnya busway harus dilihat bagaimana rasa kepuasan rakyat atas hadirnya busway. Rakyat yang menilai dan bukan pemerintah yang berpendapat mengenai proyek yang dibangun.
Busway harus memberikan pelayanan yang nyaman, aman dan tertib bagi warga Jakarta dan itu yang dirasakan masyarakat.
Manfaat bagi masyarakat, itu yang penting. Bukan banyak koridor terbangun dan bukan sekadar meningkatnya penumpang. Banyak koridor dibangun tidak memberi kenyamanan bagi penumpang, rasanya sia-sia dan itu gagal. Busway harus memberi kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat.
Evaluasi feeder, misalnya, suatu yang penting. Kajian mengenai jumlah bus harus dilakukan. Ketepatan waktu dalam melayani rakyat menjadi kewajiban. Kenyamanan dan keamanan penumpang merupakan suatu yang tidak bisa dihindari bahkan sangat mendasar.
Fakta menunjukkan banyak koridor sudah dibangun. Tahun 2008, sudah 10 koridor dioperasikan. Jumlah bus pun akan terus bertambah, subsidi meningkat. Itu suatu konsekuensi membayar operator berdasarkan kilometer.
Koridor bertambah, suatu yang bagus. Bus juga harus bertambah. Subsidi meningkat suatu konsekuensi logis demi pelayanan yang baik. Hanya saja, semuanya menjadi tidak berarti, tak bermakna tatkala pelayanan bus tidak berubah. Bus masih sering terlambat. Kenyamanan dalam bus tidak ada.
Banyak halte secara teknis tidak aman. Jarak antara halte dengan bus yang berhenti terlalu lebar. Akibatnya, bila tidak hati-hati, kaki penumpang terperosok masuk lubang antara halte dengan bus. Masyarakat menjadi korban ketidakberesan pembangunan halte.
Memang, tidak mungkin, dalam waktu singkat, semuanya beres. Bertahap, proses dan itu perlu waktu. Menangani feeder, misalnya, tidak langsung jadi dalam sekejap. Proses panjang. Tambah koridor baru, soal waktu saja.
Paling penting saat ini, bagaimana dengan koridor yang ada bermanfaat bagi rakyat Jakarta. Bagaimana dengan koridor yang ada pelayanan aman dan nyaman dan ketepatan waktu terjamin.
Bila pelayanan nyaman, tidak ada antrean panjang di halte, bus tidak terlambat, rasanya tidak berlebihan bila dikatakan rakyat puas. Rakyat senang karena merasakan dan mengalami. Itu tidak bisa dibohongi dan dipolitisasi. Fakta susah dibohongi.
Bila rakyat puas, rakyat senang, tidak berlebihan bila dikatakan, rakyat tidak peduli dengan subsidi naik, meningkat atau tambah. Meskipun sementara orang mempersoalkan, memprotes seakan menghamburkan uang rakyat.
Masyarakat tidak terlalu mempersoalkan selama pelayanan baik, menyenangkan dan rakyat puas. Rakyat akan marah dan protes bila subsidi meningkat pelayanan rendah, pelayanan buruk, pelayanan busway tidak berubah.
Uang rakyat dianggap hanya untuk memperkaya orang tertentu, pengusaha atau pun operator. Subsidi ditambah hanya memperkaya sementara orang dan kenaikan tarif hanya menambah beban rakyat. Karena rakyat tetap sengsara, pelayanan tidak pernah berubah. Bus terus terlambat, antrean tetap panjang.
Pelayanan yang nyaman dan aman harus nomor satu. Pelayanan yang baik harus dirasakan dan dialami. Tidak bisa bicara tarif naik, subsidi tambah selama pelayanan tidak pernah baik, tidak pernah beres.
Karena itu, tidak berlebihan bila banyak orang protes ketika subsidi mau ditambah atau tarif mau dinaikkan. Dan, tidak bisa membenarkan diri atau rasionalisasi dengan mengatakan, kalau pelayanan baik tarif harus naik, kalau pelayanan nyaman, subsidi ditambah.
Rakyat tidak bisa terus-menerus diberi janji. Rakyat butuh hal konkret. Tidak ada lagi basa-basi dan tak ada lagi janji dan janji. Direktur Lembaga Studi Transportasi,
Darmaningtyas, mengatakan evaluasi dulu BLU TransJakarta. Audit dulu. Karena selama ini sudah banyak dana dikucurkan pelayanan masih rendah.
Tidak hanya Darmaningtyas. Andi Rahma dari Yayasan Pelangi Indonesia pun senada. Jangan dulu bicara soal subsidi ditambah atau tarif dinaikkan. Kaji dan evaluasi dulu kinerja busway. Kalau memang benar auditnya, tidak ada masalah kalau harus naik tarif atau subsidi. n | Sinar Harapan
No comments:
Post a Comment