Penumpang Menumpuk di Halte "Busway"
[SUARA PEMBARUAN] Antusiasme warga Ibukota terhadap jasa bus transjakarta (busway), sayangnya tidak diikuti perbaikan layanan, bahkan kondisinya makin buruk. Buruknya layanan bukan hanya menyangkut keberadaan sarana- prasarana, tetapi juga lamanya waktu tunggu di halte yang berakibat pada menumpuknya calon penumpang. Akibatnya, banyak penumpang tidak terangkut di beberapa halte.
Pelayanan dan fasilitas yang buruk juga terlihat dari kualitas pelayanan karyawan yang sangat rendah dan sering bersikap kasar terhadap penumpang, kualitas halte, dan jembatan penyeberangan yang sangat kotor.
Demikian rangkuman pendapat calon penumpang yang ditemui SP di sejumlah halte di beberapa koridor busway.
Di halte Kampung Melayu dan Senen misalnya, penumpang mengeluhkan lamanya waktu tunggu dan menumpuknya calon penumpang di halte. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi pada saat jam-jam sibuk, namun juga di siang hari yang bukan jam sibuk. "Sering kali kami harus menunggu selama 30 menit atau lebih dengan kondisi berdesak-desakan akibat terlalu banyak calon penumpang," ujar Heru yang ditemui SP di halte Kampung Melayu, Jakarta Timur, Senin (17/9) pagi.
Dia pernah mencoba naik busway di siang hari dengan harapan tidak banyak penumpang. Namun kondisinya tidak jauh berbeda dibanding pagi atau sore.
Kondisi yang paling memberatkan penumpang, menurutnya, terjadi pada sore hari, terlebih saat mayoritas penumpang sedang berpuasa. Heru menduga sedikitnya armada busway sebagai penyebab buruknya sistem pengangkutan di setiap halte.
Keluhan yang sama juga diungkapkan Ria yang biasa naik bus Transjakarta dari halte Senen (Koridor V) menuju UKI (koridor VII). Menurutnya, layanan busway saat ini hampir menyamai layanan angkutan umum lainnya yang terkenal tidak manusiawi. Kondisi berdesak-desakan tidak hanya terjadi di halte, namun juga di dalam bus. "Belum lagi gaya nyetir sopir yang sering kali ngerem mendadak membuat penumpang terombang-ambing," ujar Ria. Bahkan, menurut karyawan toko di bilangan Senen itu, di beberapa halte, seperti Pal Putih dan Salemba, banyak penumpang yang tidak terangkut, padahal mereka sudah menunggu lama. Informasi tersebut ia dapat dari pengakuan temannya yang bekerja di kawasan Kramat Raya.
Belum Memuaskan
Aktivis Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi membenarkan buruknya layanan busway saat ini. Berdasarkan penelitian YLKI, layanan busway terbukti belum memuaskan konsumen, baik petugas loket, satuan tugas, pengemudi transjakarta, kondisi bus, hingga kondisi halte. Pasalnya, mayoritas konsumen (598 responden/62,36 persen) mempunyai pengalaman buruk saat menggunakan bus transjakarta, misalnya padatnya penumpang, terutama pada jam sibuk, dan 23,15 persen (222 responden) mengeluh sering terlambat.
Kendati tidak terlalu banyak, penumpang pun mengaku merasa tidak aman dan tidak nyaman saat menggunakan busway (46 responden/4,80 persen) serta yang pernah kecopetan bahkan mengalami tindakan kriminal lain sebanyak 24 responden (2,50 persen).
"Jika sudah begini, apa bedanya busway dengan metromini atau kereta rel listrik Jabodetabek?" tanya Tulus. Keluhan konsumen terhadap kondisi halte juga sama saja. Hanya 376 responden (38,84 persen) yang menjawab kondisi halte nyaman, bersih, dan rapi, sedangkan 399 responden (41,22 persen) menyatakan kondisi halte tidak nyaman, karena halte sudah mulai rusak, tidak terawat, dan kotor, serta jembatan untuk menuju halte terlalu panjang dan berputar-putar.
Yang lebih menjengkelkan adalah perilaku pengemudi. Terbukti, 311 responden (33,15 persen) mengatakan bahwa pengemudi sering mengerem secara mendadak dan 270 responden (28,78 persen) mengatakan bahwa pengemudi sering tidak pas dalam memberhentikan bus.
Ketidaktepatan pemberhentian ini sangat membahayakan, karena penumpang bisa terperosok. Selain itu, pengemudi sering ugal-ugalan atau ngebut (55 responden/5,90 persen), mengalami kecelakaan lalu lintas (20 responden/2,13 persen), serta melanggar rambu-rambu lalu lintas (70 responden/7,04 persen). [L-11]
No comments:
Post a Comment