Sutiyoso Diduga Terima Laporan Palsu tentang Busway
Masyarakat "Dipaksa" Naik Transjakarta
[SUARA PEMBARUAN] Membludaknya jumlah penumpang bus transjakarta saat ini, lebih dikarenakan masyarakat "dipaksa" untuk naik transjakarta karena tidak ada pilihan lain.
"Sebab, angkutan bus pada jalur yang sama sudah dilikuidasi Dinas Perhubungan DKI Jakarta," kata ahli transportasi kota, Darmaningtyas kepada SP di Jakarta, Selasa (18/9), menanggapi ketidakpuasan warga atas layanan transjakarta yang dinilai semakin buruk.
Salah satu indikasinya, penumpukan penumpang di halte semakin menjadi-jadi. Penyebab utamanya adalah karena kurangnya armada transjakarta sehingga tidak bisa mengangkut penumpang tepat waktu atau sesuai jadwal. Akibatnya, penumpang bisa menunggu berjam-jam di halte.
Menurut Darmaningtyas, pengelola angkutan transjakarta akan sulit menarik pengguna kendaraan pribadi, terutama mobil, untuk pindah menggunakan busway, jika pelayanannya tidak dibenahi. Padahal, keberhasilan program busway terletak pada kemampuannya menarik pengguna mobil pribadi ke busway, sehingga ruang jalan yang ada bisa dikembangkan untuk optimalisasi angkutan massal lainnya serta pembangunan jalur kendaraan tidak bermotor, seperti sepeda ataupun pedestrian.
"Jika program busway gagal menarik minat pengguna mobil pribadi, maka kemacetan di Jakarta akan semakin menjadi-jadi tanpa penyelesaian tuntas," katanya.
Dikatakan, kondisi saat ini, transjakarta baru mampu memindahkan pengguna bus sebelumnya pada jalur yang sama, namun belum mampu menarik pengguna mobil pribadi untuk pindah ke jalur busway.
Palsu
Sementara itu, aktivis Yayasan Pelangi Indonesia, Andi Rahmah menduga, Gubernur Sutiyoso telah menerima laporan palsu terkait layanan busway, khususnya waktu tunggu di halte.
"Saat rapat evaluasi beberapa waktu lalu, Bang Yos sempat marah karena dalam laporan dikatakan rata-rata kedatangan bus selama lima menit, namun berdasarkan laporan masyarakat dan juga media massa, ternyata sampai 30 menit," katanya. [Andi Rahman]
No comments:
Post a Comment