Gubernur DKI Sutiyoso menyatakan, angkutan air tersebut dapat dijadikan alternatif transportasi umum di Jakarta. Hanya saja, untuk jangka waktu hingga dua tahun mendatang masih difokuskan untuk keperluan pariwisata.
Peresmian ini sekaligus menjawab keraguan masyarakat atas keseriusan Pemprov DKI Jakarta membenahi wilayah sungai dan dijadikan sebagai salah satu alternatif angkutan umum.
Menurut pria kelahiran Semarang itu, pembangunan waterway merupakan bagian dari skenario besar penataan sistem transportasi di wilayahnya yang dikenal dengan Pola Transportasi Makro (PTM). Penataan transportasi ini meliputi pembangunan Bus Rapid Transportation (busway), Light Rapid Transit, Mass Rapid Transportation (Monorel) serta waterway (angkutan sungai).
"Ini merupakan cikal bakal hadirnya transportasi makro di Jakarta setelah adanya busway, waterway, dan menyusul monorel," katanya.
[waterway di Jerman: jembatan air - sebuah terobosan teknologi | foto: nonprophet]
Lebih lanjut Sutiyoso menambahkan, peresmian waterway merupakan cikal bakal hadirnya moda transportasi yang terintegrasi. Rencananya, ke depan transportasi ini akan menghubungkan beberapa wilayah yang sebelumnya tak terlayani angkutan umum lain. Misalnya, kawasan Halimun, Stasiun KA Dukuh Atas, tepian Jalan KH Mas Mansyur, dan berakhir di pintu Karet, tanah Abang Jakarta Pusat.
Untuk mengatasi hal tersebut, dibuka jalur waterway dengan rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer dari rencana awal sepanjang 3,6 km dari Manggarai-Karet.
Sutiyoso juga menyinggung kebiasaan warga Jakarta yang membuang sampah di sungai. Akibat kurang sadarnya masyarakat dengan kondisi tersebut, pemerintah harus merogoh dana APBD Rp 30 miliar untuk menangani masalah sampah saja.
"Mestinya Anda menanyakan pada gubernur baru nantinya berapa besar dana yang disiapkan untuk penanganan sampah," ucapnya kepada wartawan kemarin.
Pada bagian lain, pembenahan transportasi air sebetulnya belum berjalan sempurna. Pasalnya, longsor sepanjang 500 meter yang terjadi di sepanjang kawasan Sungai Ciliwung di kawasan Jalan Sultan Agung masih terlihat belum banyak mendapat sentuhan.
Begitu juga dengan kondisi dinding pembatas sungai yang ada di sepanjang kawasan Halimun, Jakarta Pusat. Dinding pembatas yang banyak retak dan berlubang tidak mendapat pembenahan dari petugas.
Sedangkan pembongkaran jembatan dan saluran air yang menghadang di kawasan itu juga belum banyak mendapat alternatif. Apakah itu akan dibongkar atau ada alternatif pembuatan jalur baru. Hingga kemarin, saluran yang menghadang tersebut masih tampak melingkar di atas sungai. Begitu juga dengan jembatan yang ada. Tidak ada perubahan yang cukup signifikan. Semuanya masih tetap seperti hari biasanya.
Menurut Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Sutanto Soehodho, masalah utama yag dihadapi waterway Jakarta adalah menumpuknya sampah. Ribuan kubik sampah mengalir setiap harinya dari hulu hingga hilir.
Sehingga, tak heran, di sepanjang Sungai Ciliwung tersebut, sampah masih tampak mendominasi. Namun, kata dia, kondisi sampah di atas aliran sungai tersebut bukan alasan bagi pemda untuk tidak bisa berbuat. Apalagi, hingga menunda proses angkutan air menjadi angkutan alternatif yang menjadi kebutuhan mendesak tersebut. "Tidak perlu bertahun-tahun. Jika serius, tiga bulan saja sudah cukup," ungkapnya. (anz/aak) indopos
No comments:
Post a Comment