26.8.04

Penerapan Bus Berekor

Daya Angkutnya Lebih Banyak dan Aman
Oleh D. Wibowo, I. P. Nurprasetio, & I. Nurhadi

Pikiran Rakyat — SARANA transportasi memegang peranan penting dalam kegiatan perekonomian, terutama transportasi darat. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, manusia harus berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Perpindahan manusia ini harus didukung oleh sarana transportasi.

Kendaraan bermotor seperti sepeda motor, roda empat (sedan, minibus) dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Meski demikian, jumlah produksi harus disesuaikan dengan kapasitas jalan. Artinya, agar sistem transportasi berjalan optimal, harus tercapai keseimbangan antara kendaraan dan jalan secara proporsional. Indikator proporsionalitas dalam hal ini adalah kelancaran lalu lintas. Apabila, sering terjadi kemacetan, maka kombinasi sarana-prasarana transportasi sudah tidak proporsional lagi atau jumlah kendaraan terlalu besar dibandingkan kapasitas jalan raya.

Agar kegiatan transportasi masyarakat menjadi cepat dan efisien, sistem transportasi harus didesain sebaik mungkin. Ini penting agar tidak terjadi hal buruk seperti kemacetan lalu lintas.
Untuk mencapai kombinasi sistem transportasi yang proporsional, diperlukan sarana transportasi yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah banyak, sehingga ruas jalan yang ada digunakan seefisien mungkin (jumlah orang per satuan luas jalan harus optimal). Selain mampu mengangkut orang dalam jumlah besar, sarana transportasi ini dituntut untuk dapat bergerak cepat. Sarana transportasi ini dikenal sebagai MRT (Mass Rapid Transit).

Meskipun disediakan MRT yang mampu mengangkut orang dalam jumlah besar dalam waktu relatif singkat, manusia tetaplah manusia. Manusia tetap memiliki pilihan dan bebas untuk memilih sarana transportasi yang mereka inginkan. MRT harus didesain sedemikian rupa sehingga orang-orang suka dan ingin menaikinya.

Teknologi MRT yang ada saat ini sangat beragam, diantaranya adalah bus kota, bus bertingkat, trem, kereta (baik itu KRD, KRL, kereta bawah tanah, monorail), dan bus gandeng (Articulated Bus). Agar kegiatan ekonomi berjalan lancar, harus dipilih MRT yang sesuai dengan karakteristik wilayah tempat MRT itu. MRT pun harus didesain sedemikian rupa agar orang suka menaikinya, sehingga jumlah kendaraan pribadi di jalan raya berkurang, yang akan mengurangi peluang terjadinya kemacetan.

Pada tulisan ini, bus gandeng dipilih sebagai usulan sarana transportasi massal yang cepat (MRT) untuk diterapkan di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa kelebihan bus gandeng dibandingkan sarana MRT yang lain:

Dibanding bus standar:
  • bus gandeng memiliki kapasitas angkut yang lebih besar (lebih dari 100 orang).
  • bus gandeng memiliki lantai bus yang lebih rendah, sehingga mempercepat pertukaran penumpang untuk naik-turun.
Dibanding bus bertingkat:
  • memiliki lokasi titik berat yang lebih rendah (lebih stabil).
  • tekanan ban ke jalan lebih rendah (tidak cepat merusak jalan).
  • kecepatan maksimum lebih tinggi.
  • tidak memerlukan tangga (tidak membuat orang lelah).
  • tidak akan menabrak jembatan atau kabel listrik yang rendah.
Dibanding tram:
  • tidak memerlukan lintasan khusus (rel) dan instalasi listrik (initial cost lebih rendah).
  • tram memecah lalu lintas, sehingga sulit diterapkan di Indonesia.
  • bus gandeng memiliki karakteristik pengereman yang lebih baik.
Dibanding kereta bawah tanah dan monorail:
  • kereta bawah tanah dan monorail memerlukan initial cost yang sangat tinggi, perlu membangun lintasan bawah tanah, jembatan, rel, serta instalasi listrik.
  • bus gandeng memiliki karakteristik pengereman yang lebih baik.
  • bus gandeng mudah berhenti di mana pun manakala ada masalah.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bus gandeng memerlukan investasi yang relatif rendah dan memiliki daya angkut yang sama dengan bus bertingkat dengan beberapa kelebihan.

Di Indonesia

Articulated Bus (AB) atau bus gandeng adalah bus yang berbadan dua dan memiliki sambungan di antara kedua badan bus tersebut untuk memudahkan bus berbelok. Sambungan itu disebut articulated joint. Dengan memiliki dua badan bus, AB dapat mengangkut orang lebih banyak. AB juga memiliki lantai yang rendah (low floor/ low deck buses) sehingga memudahkan penumpang untuk naik-turun dan mempercepat proses pertukaran penumpang.

Secara umum, AB terbagi menjadi dua tipe yaitu penarik (puller) dan pendorong (pusher). Berikut ini adalah penjelasan kedua tipe AB dan karakteristik umumnya :

Tipe "puller"
  • engine berada di unit depan (lead unit), di bagian tengah.
  • roda penggerak adalah roda belakang lead unit.
  • unit belakang (trailer) menggunakan steering axle.
  • ruang belok (turn corridor) lebih kecil dibanding pusher.
  • unit belakang "membuang ke luar" saat belok (rear corner excursion).
Tipe puller ini telah dinyatakan kedaluwarsa karena beberapa kelemahan, yaitu : kabin penumpang bising karena suara mesin di bawah lantai.

Tipe "pusher"
  • engine berada di unit belakang (trailer).
  • roda penggerak adalah roda pada trailer.
  • memerlukan active torque control untuk mengakomodasi manuver berbelok.
  • ruang belok (turn corridor) lebih besar dibanding pusher
  • bagian belakang unit depan terdorong ke luar saat belok (body intrusion).
Dewasa ini, tipe pusher-lah yang banyak digunakan di negara-negara maju, karena secara teknis kinerjanya lebih baik dibanding puller. Kabin penumpang tidak bising karena letak mesin di bagian belakang bus serta lantai bus yang rendah dapat dibuat lebih mudah karena tidak terhalang posisi mesin.

Bagian paling krusial dari bus tipe pusher adalah sambungannya (articulated joint). Sambungan pada pusher harus dilengkapi dengan modul active torque control. Modul ini berfungsi untuk mempertahankan sudut di sambungan agar bus dapat berbelok sebagaimana mestinya, terutama saat bus dipercepat atau diperlambat (direm) sambil berbelok. Modul ini merupakan investasi besar pada AB tipe pusher, selain chassis bus yang harus didesain untuk memenuhi kondisi low floor, poros roda penggerak yang bertipe drop axle, serta instrumen kontrol yang lebih rumit dibandingkan bus biasa dan tipe puller.

Dengan adanya modul active torque control dan peralatan lain, pusher menjadi tipe AB yang terbilang mahal. Berkaitan dengan ini, diusulkan AB tipe lain dengan tujuan menekan biaya pembuatan AB untuk diterapkan di Indonesia.

Bus gandeng tipe lain ini mengambil konsep modifikasi bus standar untuk dijadikan bus gandeng, dengan basis truk gandeng yang sudah beroperasi di Indonesia, dan dengan lantai bus yang lebih rendah. Berikut adalah penjelasan usulan bus gandeng dan perbandingannya dengan tipe pusher (tabel perbandingan pusher dan 4 axle).

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa 4-axle memerlukan investasi yang lebih rendah dibanding pusher, serta memiliki beberapa kelebihan spesifik, di antaranya :
  • Memberi kesempatan pada industri karoseri di Indonesia untuk ambil bagian dalam pengembangan bus gandeng sebagai langkah awal pengembangan bus gandeng di Indonesia. Trailer dapat dilepas dari lead unit sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu tanpa trailer .
  • Apabila dimungkinkan, trailer dan lead unit dapat menjadi sarana untuk memisahkan penumpang pria dan wanita, guna mencegah kejahatan.
Atas dasar pembahasan dan pertimbangan dalam artikel ini, bus gandeng tipe 4-axle direkomendasikan sebagai tahap awal pengembangan bus gandeng di Indonesia dalam rangka memenuhi tuntutan (demand) masyarakat akan sarana transportasi.

Penulis Prodi Teknik Mesin, FTI-ITB.

No comments:

Post a Comment