The Jakarta Post
When first introduced to Jakarta two years ago the busway drew skepticism, to say the least, as residents and observers questioned Governor Sutiyoso's determination to import the system from Bogota, Colombia.
This skepticism was understandable from residents tired of top-down policies that were usually politicized. The busway was also new to Jakartans, and construction on the system took up existing roadways and resulted in many trees being cut down.
Environmentalists protested, and some non-governmental organizations raised concern about the possibility of corruption among officials in charge of the project. In the initial weeks after the first busway corridor opened, it added to congestion along parts of the route.
It seemed unlikely the busway would ever win many fans in the capital, or prove itself capable of helping to straighten out the city's messy traffic.
Slowly though, the busway, which is meant to encourage commuters to leave their cars at home, has showed its worth.
Despite a lack of feeder services for most of the city, more and more car owners have abandoned their vehicles for TransJakarta buses. Many people who live in Bintaro, South Jakarta, and work in or near Kota, for example, are using one of the few feeder services available to get to the Ratu Plaza stop on Jl. Sudirman, where they take the busway to their offices.
As the original busway corridor was coming into its own, Sutiyoso announced two more corridors would be opened. Again there were protests as more trees were felled to make way for the corridors, and as construction tied up traffic.
Never one to be dissuaded, Sutiyoso officially opened the two new corridors -- from Pulogadung in East Jakarta to Harmoni in Central Jakarta, and from Harmoni to Kalideres in West Jakarta -- last Sunday.
Nobody argues that Jakarta traffic has grown more and more chaotic by the day. And more and more vehicles join the fray daily. Despite higher taxes to discourage the ownership of private vehicles, people continue to buy cars. This can be taken as a pretty good indication of what most people think about the public transportation options available in the city.
More than three million cars hit the streets of Jakarta each day, and that number grows by about 7 percent each year. Add to that the swarms of motorcycles that seem to be everywhere in the capital, which is already home to almost five million of these vehicles, a figure that grows by about 15 percent annually.
The Japanese International Cooperation Agency predicted in a 2004 study that by 2020 motorists in Jakarta would be traveling at an average speed of 10 kilometers per hour.
The only answer to the capital's traffic woes is a mass rapid transit (MRT) system. However, this city of some 12 million people has not taken a single step of any note toward creating such a system. In the absence of an MRT, the busway seems to be the best public transportation option for Jakartans.
To increase the effectiveness of the busway and encourage more people to get out of their cars, several new traffic policies are being considered. These include raising parking fees and imposing a toll on all cars entering the capital's main traffic arteries, including Jl. Sudirman and Jl. Thamrin.
Hiring women drivers, who wear black blazers when on duty, is also a way to convey the message to passengers that the busway is safer and "more humane" than other city buses, with their drivers speeding through traffic and ignoring pretty much every traffic rule on the books.
As predicted by Sutiyoso, in the first few days of operation of the two new busway corridors, the TransJakarta buses have created traffic problems at spots along the routes. Clearly, some adjustment is called for among the busway drivers and other drivers along the routes.
The ongoing construction of the Harmoni central busway stop is also creating serious traffic problems.
But for only Rp 3,500 a passenger can, for example, travel from Harmoni to Kalideres in less than an hour, a trip that would take at least 90 minutes in a car or regular public bus because of the traffic.
Once the shortcomings of the busway system are dealt with and more feeder services are available, part of the city's ground transportation problems will have been addressed.
But the city administration cannot force people to leave their cars at home and take the busway. Better services, better safety and improved punctuality are major factors that will determine whether people take the TransJakarta buses. So, with an MRT system still far, far away, it is essential the busway system be made a reliable mode of transportation..
busway, Jakarta, TransJakarta, koridor, halte, JPO, SWPA, HCB, Harmoni, Sarinah, denah, peta, DTK, BLU, BBG, bus, armada, separator, tiket, Jakcard, dishub
26.1.06
17.1.06
Penumpang Busway Mengaku Kecewa
Penumpang harus berdesak-desakan di dalam bus.
Republika | JAKARTA -- Sehari setelah soft launching busway koridor II (Harmoni-Pulogadung) dan III (Harmoni-Kalideres), masih membingungkan calon penumpang. Terutama bagi mereka yang hendak melakukan transfer koridor. Petugas halte masih merasa kagok.
Penumpang merasa tidak nyaman dengan keberadaan busway ini. Sebab, penumpang harus berdesak-desakan di dalam bus. Sejak di Pulogadung, bus sudah dipenuhi penumpang. Hingga beberapa halte, bus tidak lagi dapat mengangkut penumpang. Calon penumpang yang sudah siap menaiki bus menjadi kecewa. Padahal mereka sudah menunggu lama untuk dapat menaiki bus ini.
Bus yang disediakan untuk koridor II sebanyak 9 buah sedangkan koridor III disediakan 14 unit bus. Keterbatasan ini menyebabkan penumpang harus menunggu cukup lama untuk dapat menaikinya. Ada pula yang beralih ke kendaraan umum lain karena didesak waktu. Penambahan 10 unit bus di koridor II dan 1 buah di koridor III tidak membuat penumpang merasa puas. Pasalnya mereka tetap harus menghabiskan waktu yang lama di halte. [source]
Bus ini membingungkan masyarakat. Selama ini mereka mengenal bus koridor I yang berwarna merah-oranye. Di televisi, mereka mengenal bus yang baru berwarna biru. Bus ini beroperasi di dua koridor terbaru. Namun karena keterbatasan bus, maka armada pada koridor I diperbantukan. Hal ini membuat orang bingung saat hendak berganti koridor. Pasalnya tidak ada petunjuk pada bus yang menyatakan arah bus tersebut.
Rencananya, pada koridor II kelak akan menggunakan warna biru. Sedangkan koridor III menggunakan warna kuning-oranye. ''Hingga April nanti sebanyak 71 bus baru dioperasikan secara bertahap,'' kata Udar Pristono, wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, seusai soft launching Ahad lalu. Warna pun berubah untuk membedakan koridor.
Nanda, warga Bekasi, menggunakan busway koridor II untuk kedua kalinya. Menurut dia, tidak lebih baik pada saat pengoperasian Ahad lalu (15/1). Ketika itu papan penunjuk halte yang disuarakan seorang wanita tidak berfungsi dengan baik. Beberapa kali penumpang bertanya, mereka sudah tiba di halte apa.
Begitupun pada hari berikutnya. Petugas belum siap. Ia harus menunggu uang kembalian pembelian tiket. Alasannya, petugas pembawa uang belum datang. Petugas lainnya pun belum memahami kebutuhan penumpang yang hendak beralih koridor. ''Informasinya tidak membuat penumpang mengerti,'' kata dia. Beberapa penumpang lain juga mengeluh karena bingung, di mana harus menyambung bus yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan.
Agar penumpang tidak membayar tiket busway berulangkali, Badan Pengelola (BP) Trans Jakarta menyediakan tiga halte transfer. Halte Monas menjadi tempat peralihan penumpang koridor I (Blok M-Kota) dan II. Kemudian Halte Pecenongan untuk peralihan pengguna koridor II dan III, sedangkan alih penumpang koridor I dan III dilakukan di Halte Sawah Besar. Pengalihan ini disebabkan oleh Harmoni Central Busway (HCB) yang masih dalam pengerjaan.
Namun ternyata pengalihan penumpang ini membuat para pengguna busway kebingungan, terutama untuk mereka yang beralih di Halte Monas. Pasalnya, halte ini terdiri dari dua halte yang terpisah. Beberapa penumpang yang telanjur turun terpaksa harus membayar kembali untuk dapat melakukan perjalanan. Mereka belum mengetahui trik yang disarankan BP. Dalam selebaran disebutkan, penumpang dari arah Pulogadung yang hendak ke Kota berhenti di Monas. Namun mereka diminta tidak ke luar dari halte melainkan meneruskannya dengan menggunakan busway arah Blok M. Kemudian turun di Halte Bank Indonesia (BI). Dari sini, mereka dapat berbalik arah menuju Kota.
"Mana saya tahu. Saya nggak terima selebarannya," ujar Mita, warga Pulogadung yang hendak menuju Mangga Dua kepada Republika, Senin (16/1). Karena telanjur ke luar halte, ia harus membayar kembali tiket busway menuju BI untuk kemudian ke Mangga Dua.
Beberapa Ruas Jalan Macet
JAKARTA-- Seiring beroperasinya busway koridor II dan koridor III, beberapa ruas jalan yang dilaluinya macet. Untuk koridor III yang menempuh rute Harmoni-Kalideres, imbas kemacetan paling parah terjadi di Perempatan Tomang, Jakarta Barat. Kawasan ini memang rawan kemacetan. Namun tidak tampak petugas yang mengatur kemacetan.
Dalam pantauan, kemacetan disebabkan beberapa faktor. Selain menyempitnya jalur akibat pengurangan jalur untuk busway, kemacetan juga diakibatkan oleh bertambahnya lampu pengaturan lalu lintas khusus untuk busway. Khusus untuk Jl Daan Mogot, kemacetan terjadi di U-turn (putaran untuk berbalik arah- red). Ini juga diakibatkan oleh pengurangan jumlah U-turn sebagai imbas keberadaan jalur busway di ruas jalan tersebut.
Seorang pemakai jalan, Totok, mengaku kemacetan yang dialaminya meningkat tajam. Warga Ciledug ini mengaku, biasanya dia menempuh rute Meruya-Tomang melalui tol, hanya 30 menit. "Hari ini (Senin, 16/1), red) jadi satu jam,'' ujarnya. Mungkin karena beroperasinya busway, menambah lama waktu berhenti di lampu merah Tomang. Kemacetan ini juga terpantau dari atas fly over yang melintas tol Kebon Jeruk. Kendaraan menuju Tomang terpantau menyemut sekitar pukul 13.00 WIB, kontras dengan arah sebaliknya.
Keluhan senada diucapkan Yayan. Dia mengaku telah merasakan peningkatan kemacetan yang parah sejak dari kawasan DPR-MPR Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dia menduga kemacetan ini dikarenakan penyempitan jalur. c35 (c34 )
Republika | JAKARTA -- Sehari setelah soft launching busway koridor II (Harmoni-Pulogadung) dan III (Harmoni-Kalideres), masih membingungkan calon penumpang. Terutama bagi mereka yang hendak melakukan transfer koridor. Petugas halte masih merasa kagok.
Penumpang merasa tidak nyaman dengan keberadaan busway ini. Sebab, penumpang harus berdesak-desakan di dalam bus. Sejak di Pulogadung, bus sudah dipenuhi penumpang. Hingga beberapa halte, bus tidak lagi dapat mengangkut penumpang. Calon penumpang yang sudah siap menaiki bus menjadi kecewa. Padahal mereka sudah menunggu lama untuk dapat menaiki bus ini.
Bus yang disediakan untuk koridor II sebanyak 9 buah sedangkan koridor III disediakan 14 unit bus. Keterbatasan ini menyebabkan penumpang harus menunggu cukup lama untuk dapat menaikinya. Ada pula yang beralih ke kendaraan umum lain karena didesak waktu. Penambahan 10 unit bus di koridor II dan 1 buah di koridor III tidak membuat penumpang merasa puas. Pasalnya mereka tetap harus menghabiskan waktu yang lama di halte. [source]
Bus ini membingungkan masyarakat. Selama ini mereka mengenal bus koridor I yang berwarna merah-oranye. Di televisi, mereka mengenal bus yang baru berwarna biru. Bus ini beroperasi di dua koridor terbaru. Namun karena keterbatasan bus, maka armada pada koridor I diperbantukan. Hal ini membuat orang bingung saat hendak berganti koridor. Pasalnya tidak ada petunjuk pada bus yang menyatakan arah bus tersebut.
Rencananya, pada koridor II kelak akan menggunakan warna biru. Sedangkan koridor III menggunakan warna kuning-oranye. ''Hingga April nanti sebanyak 71 bus baru dioperasikan secara bertahap,'' kata Udar Pristono, wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, seusai soft launching Ahad lalu. Warna pun berubah untuk membedakan koridor.
Nanda, warga Bekasi, menggunakan busway koridor II untuk kedua kalinya. Menurut dia, tidak lebih baik pada saat pengoperasian Ahad lalu (15/1). Ketika itu papan penunjuk halte yang disuarakan seorang wanita tidak berfungsi dengan baik. Beberapa kali penumpang bertanya, mereka sudah tiba di halte apa.
Begitupun pada hari berikutnya. Petugas belum siap. Ia harus menunggu uang kembalian pembelian tiket. Alasannya, petugas pembawa uang belum datang. Petugas lainnya pun belum memahami kebutuhan penumpang yang hendak beralih koridor. ''Informasinya tidak membuat penumpang mengerti,'' kata dia. Beberapa penumpang lain juga mengeluh karena bingung, di mana harus menyambung bus yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan.
Agar penumpang tidak membayar tiket busway berulangkali, Badan Pengelola (BP) Trans Jakarta menyediakan tiga halte transfer. Halte Monas menjadi tempat peralihan penumpang koridor I (Blok M-Kota) dan II. Kemudian Halte Pecenongan untuk peralihan pengguna koridor II dan III, sedangkan alih penumpang koridor I dan III dilakukan di Halte Sawah Besar. Pengalihan ini disebabkan oleh Harmoni Central Busway (HCB) yang masih dalam pengerjaan.
Namun ternyata pengalihan penumpang ini membuat para pengguna busway kebingungan, terutama untuk mereka yang beralih di Halte Monas. Pasalnya, halte ini terdiri dari dua halte yang terpisah. Beberapa penumpang yang telanjur turun terpaksa harus membayar kembali untuk dapat melakukan perjalanan. Mereka belum mengetahui trik yang disarankan BP. Dalam selebaran disebutkan, penumpang dari arah Pulogadung yang hendak ke Kota berhenti di Monas. Namun mereka diminta tidak ke luar dari halte melainkan meneruskannya dengan menggunakan busway arah Blok M. Kemudian turun di Halte Bank Indonesia (BI). Dari sini, mereka dapat berbalik arah menuju Kota.
"Mana saya tahu. Saya nggak terima selebarannya," ujar Mita, warga Pulogadung yang hendak menuju Mangga Dua kepada Republika, Senin (16/1). Karena telanjur ke luar halte, ia harus membayar kembali tiket busway menuju BI untuk kemudian ke Mangga Dua.
Beberapa Ruas Jalan Macet
JAKARTA-- Seiring beroperasinya busway koridor II dan koridor III, beberapa ruas jalan yang dilaluinya macet. Untuk koridor III yang menempuh rute Harmoni-Kalideres, imbas kemacetan paling parah terjadi di Perempatan Tomang, Jakarta Barat. Kawasan ini memang rawan kemacetan. Namun tidak tampak petugas yang mengatur kemacetan.
Dalam pantauan, kemacetan disebabkan beberapa faktor. Selain menyempitnya jalur akibat pengurangan jalur untuk busway, kemacetan juga diakibatkan oleh bertambahnya lampu pengaturan lalu lintas khusus untuk busway. Khusus untuk Jl Daan Mogot, kemacetan terjadi di U-turn (putaran untuk berbalik arah- red). Ini juga diakibatkan oleh pengurangan jumlah U-turn sebagai imbas keberadaan jalur busway di ruas jalan tersebut.
Seorang pemakai jalan, Totok, mengaku kemacetan yang dialaminya meningkat tajam. Warga Ciledug ini mengaku, biasanya dia menempuh rute Meruya-Tomang melalui tol, hanya 30 menit. "Hari ini (Senin, 16/1), red) jadi satu jam,'' ujarnya. Mungkin karena beroperasinya busway, menambah lama waktu berhenti di lampu merah Tomang. Kemacetan ini juga terpantau dari atas fly over yang melintas tol Kebon Jeruk. Kendaraan menuju Tomang terpantau menyemut sekitar pukul 13.00 WIB, kontras dengan arah sebaliknya.
Keluhan senada diucapkan Yayan. Dia mengaku telah merasakan peningkatan kemacetan yang parah sejak dari kawasan DPR-MPR Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dia menduga kemacetan ini dikarenakan penyempitan jalur. c35 (c34 )
16.1.06
Keluhkan Waktu Kedatangan Bus
JAKARTA--MIOL: Sejumlah penumpang Busway koridor II dan III mengeluhkan waktu kedatangan bus di halte-halte tempat mereka menunggu, yang mencapai rata-rata 20 menit hingga 30 menit.
Dengan interval waktu antar bus antara 20 hingga 30 menit itu, akan terjadi penumpukan penumpang baik di halte maupun di dalam bus yang pengoperasiannya diresmikan Minggu (15/1) oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
"Saya naik dari halte rusun Pulomas menuju ke Merdeka Selatan, sekitar 20 menit baru Busway datang. Karena waktu kedatangan bus yang lama itu maka terjadi penumpukan penumpang di halte hingga berjumlah 30 orang," kata Yanti, salah seorang penumpang yang sedang menunggu di halte Busway koridor II di kawasan rumah susun Pulomas Jakarta Timur, Senin. [source]
Ia menambahkan rata-rata penumpang yang menunggu itu biasanya menggunakan bus Mayasari Patas 07 dan bus Mayasari Patas AC 03 tujuan Pulogadung menuju Kalideres dengan melewati Harmoni.
Namun karena pengoperasian Busway koridor II maka kedua bus patas tersebut jalurnya dialihkan sehingga para penumpang itu harus menggunakan Busway koridor II untuk menuju kantor mereka yang rata-rata berlokasi di Harmoni dan Gajah Mada.
"Para penumpang itu rata-rata protes karena waktu tempuh menjadi lama. Dari halte rusun Pulomas hingga halte Pecenongan memakan waktu satu jam. Banyak di antara mereka yang terlambat masuk kantor termasuk saya juga," katanya.
Dari pengamatan ANTARA, bahkan ketika sampai ke halte Galur, sejumlah penumpang yang tak sabar karena sudah menunggu cukup lama, memaksakan diri untuk masuk ke bus yang sudah penuh sesak karena mereka khawatir terlambat masuk kantor. Sempat terjadi selisih pendapat dengan petugas Busway meski tidak terjadi insiden lebih jauh.
Sementara itu Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, ketika dihubungi di Jakarta, Senin pagi menjelaskan pihaknya bersama dengan pihak pengelola Busway koridor II dan III telah menambah jumlah unit bus yang melayani kedua koridor tersebut.
"Tadi pagi sudah dioperasikan tambahan bus. Koridor II yang semula berjumlah sembilan unit menjadi 19 unit sedangkan untuk koridor III dari 14 unit menjadi 20 unit. Itu sebagai upaya mengatasi peningkatan tajam jumlah penumpang Busway kedua koridor itu," kata Pristono.
Ia menambahkan meski sempat terjadi penumpukan penumpang, namun menjelang Senin siang, kondisi itu sudah dapat sedikit teratasi dengan penambahan jumlah unit bus tersebut.
"Memang mohon maaf interval kedatangan bus pada saat 'soft launching' memang masih agak lama sekitar enam menit hingga 10 menit, nanti bila jumlah bus semakin bertambah maka interval akan semakin sedikit," ujar Pristono.
Untuk penambahan unit bus koridor II dan III pihak pengelola, menurut Pristono, sementara meminjam 25 bus koridor I hingga datangnya sejumlah bus koridor II dan III yang pada Juni 2006 direncanakan mencapai 126 unit.
"Februari nanti akan datang 25 unit, April direncanakan akan mencapai 71 unit. Jadi begitu datang akan langsung dirakit sehingga bisa dioperasikan langsung," katanya.
Meski saat ini meminjam 25 bus dari koridor I, Pristono meyakinkan operasional Busway koridor I tidak akan terganggu. Peminjaman itu hanya sebagai upaya optimalisasi unit bus yang ada.
"Koridor I memiliki 91 unit bus, rata-rata yang beroperasi setiap hari hanya 71 unit, jadi sisanya dipinjam dulu, sebagai upaya optimalisasi saja dan hanya sementara," tutur Pristono.
Pengoperasian Busway koridor I, II dan III tidak terlepas dari rencana pemerintah DKI Jakarta untuk membuat Pola Tranportasi Metropolitan (PTM).
PTM tersebut akan termasuk di dalamnya subway, monorel, dan 15 koridor Busway untuk jangka panjang. Subway nantinya akan melayani Lebak Bulus-Fatmawati hingga Sudirman dan Jalan Thamrin, sementara monorel akan menghubungkan Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Sedangkan busway akan berjumlah 15 koridor, hingga 2006 memang baru tiga koridor yang dioperasikan.
Pada 2006 rencananya dimulai juga pembangunan empat koridor Busway lainnya yaitu koridor Pulogadung-Bundaran HI, koridor Kampung Melayu-Ancol, koridor Warung Jati/Ragunan-Imam Bonjol dan koridor Kampung Rambutan-Kampung Melayu. (Ant/OL-03)
Dengan interval waktu antar bus antara 20 hingga 30 menit itu, akan terjadi penumpukan penumpang baik di halte maupun di dalam bus yang pengoperasiannya diresmikan Minggu (15/1) oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
"Saya naik dari halte rusun Pulomas menuju ke Merdeka Selatan, sekitar 20 menit baru Busway datang. Karena waktu kedatangan bus yang lama itu maka terjadi penumpukan penumpang di halte hingga berjumlah 30 orang," kata Yanti, salah seorang penumpang yang sedang menunggu di halte Busway koridor II di kawasan rumah susun Pulomas Jakarta Timur, Senin. [source]
Ia menambahkan rata-rata penumpang yang menunggu itu biasanya menggunakan bus Mayasari Patas 07 dan bus Mayasari Patas AC 03 tujuan Pulogadung menuju Kalideres dengan melewati Harmoni.
Namun karena pengoperasian Busway koridor II maka kedua bus patas tersebut jalurnya dialihkan sehingga para penumpang itu harus menggunakan Busway koridor II untuk menuju kantor mereka yang rata-rata berlokasi di Harmoni dan Gajah Mada.
"Para penumpang itu rata-rata protes karena waktu tempuh menjadi lama. Dari halte rusun Pulomas hingga halte Pecenongan memakan waktu satu jam. Banyak di antara mereka yang terlambat masuk kantor termasuk saya juga," katanya.
Dari pengamatan ANTARA, bahkan ketika sampai ke halte Galur, sejumlah penumpang yang tak sabar karena sudah menunggu cukup lama, memaksakan diri untuk masuk ke bus yang sudah penuh sesak karena mereka khawatir terlambat masuk kantor. Sempat terjadi selisih pendapat dengan petugas Busway meski tidak terjadi insiden lebih jauh.
Sementara itu Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, ketika dihubungi di Jakarta, Senin pagi menjelaskan pihaknya bersama dengan pihak pengelola Busway koridor II dan III telah menambah jumlah unit bus yang melayani kedua koridor tersebut.
"Tadi pagi sudah dioperasikan tambahan bus. Koridor II yang semula berjumlah sembilan unit menjadi 19 unit sedangkan untuk koridor III dari 14 unit menjadi 20 unit. Itu sebagai upaya mengatasi peningkatan tajam jumlah penumpang Busway kedua koridor itu," kata Pristono.
Ia menambahkan meski sempat terjadi penumpukan penumpang, namun menjelang Senin siang, kondisi itu sudah dapat sedikit teratasi dengan penambahan jumlah unit bus tersebut.
"Memang mohon maaf interval kedatangan bus pada saat 'soft launching' memang masih agak lama sekitar enam menit hingga 10 menit, nanti bila jumlah bus semakin bertambah maka interval akan semakin sedikit," ujar Pristono.
Untuk penambahan unit bus koridor II dan III pihak pengelola, menurut Pristono, sementara meminjam 25 bus koridor I hingga datangnya sejumlah bus koridor II dan III yang pada Juni 2006 direncanakan mencapai 126 unit.
"Februari nanti akan datang 25 unit, April direncanakan akan mencapai 71 unit. Jadi begitu datang akan langsung dirakit sehingga bisa dioperasikan langsung," katanya.
Meski saat ini meminjam 25 bus dari koridor I, Pristono meyakinkan operasional Busway koridor I tidak akan terganggu. Peminjaman itu hanya sebagai upaya optimalisasi unit bus yang ada.
"Koridor I memiliki 91 unit bus, rata-rata yang beroperasi setiap hari hanya 71 unit, jadi sisanya dipinjam dulu, sebagai upaya optimalisasi saja dan hanya sementara," tutur Pristono.
Pengoperasian Busway koridor I, II dan III tidak terlepas dari rencana pemerintah DKI Jakarta untuk membuat Pola Tranportasi Metropolitan (PTM).
PTM tersebut akan termasuk di dalamnya subway, monorel, dan 15 koridor Busway untuk jangka panjang. Subway nantinya akan melayani Lebak Bulus-Fatmawati hingga Sudirman dan Jalan Thamrin, sementara monorel akan menghubungkan Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Sedangkan busway akan berjumlah 15 koridor, hingga 2006 memang baru tiga koridor yang dioperasikan.
Pada 2006 rencananya dimulai juga pembangunan empat koridor Busway lainnya yaitu koridor Pulogadung-Bundaran HI, koridor Kampung Melayu-Ancol, koridor Warung Jati/Ragunan-Imam Bonjol dan koridor Kampung Rambutan-Kampung Melayu. (Ant/OL-03)
New busway routes up and running
The Jakarta Post - Jakarta Governor Sutiyoso did the honors on Sunday at City Hall on Jl. Medan Merdeka Selatan, Central Jakarta, sounding a siren to launch the opening of two more busway corridors in the capital.
With the success of the first Blok M-Kota corridor, launched two years ago amid widespread criticism that it was unsuitable for Jakarta, the governor as well as members of the public, the business community and the once skeptical media had good reason to feel confident as the new blue-and-white additions went into service at Pulogadung terminal.
Sutiyoso told the gathering that an estimated 40 million people had used the busway service since it began operations, with an average of 1.7 million passengers in the past two months.
"According to a survey by JICA and the administration, 14 percent of a total of about 4.8 million private car owners have switched to the busway," he said, referring to the Japan International Cooperation Agency.
"With the two new corridors, we hope more and more Jakartans will leave their cars at home and take the busway instead."
The first additional corridor, covering 14.3 kilometers, begins in Pulogadung bus station in East Jakarta and ends at Harmoni in Central Jakarta. The second new one, spanning a distance of 18.7 kilometers, stretches from Harmoni to Kalideres bus station in West Jakarta.
A ride from Pulogadung to Harmoni takes about 30 minutes while passengers need only 45 minutes to arrive at Kalideres from Harmoni.
For a fare of Rp 3,500 (37 U.S. cents), passengers are entitled to switch between the corridors on the line until they reach their final destination.
"I will try to use the busway to go to the office. If it is like the first one, then I will definitely take the busway and sell my car," said Fadli Chandra, a resident of Pulogadung who works for a private bank in Kota, West Jakarta. --JP
With the success of the first Blok M-Kota corridor, launched two years ago amid widespread criticism that it was unsuitable for Jakarta, the governor as well as members of the public, the business community and the once skeptical media had good reason to feel confident as the new blue-and-white additions went into service at Pulogadung terminal.
Sutiyoso told the gathering that an estimated 40 million people had used the busway service since it began operations, with an average of 1.7 million passengers in the past two months.
"According to a survey by JICA and the administration, 14 percent of a total of about 4.8 million private car owners have switched to the busway," he said, referring to the Japan International Cooperation Agency.
"With the two new corridors, we hope more and more Jakartans will leave their cars at home and take the busway instead."
The first additional corridor, covering 14.3 kilometers, begins in Pulogadung bus station in East Jakarta and ends at Harmoni in Central Jakarta. The second new one, spanning a distance of 18.7 kilometers, stretches from Harmoni to Kalideres bus station in West Jakarta.
A ride from Pulogadung to Harmoni takes about 30 minutes while passengers need only 45 minutes to arrive at Kalideres from Harmoni.
For a fare of Rp 3,500 (37 U.S. cents), passengers are entitled to switch between the corridors on the line until they reach their final destination.
"I will try to use the busway to go to the office. If it is like the first one, then I will definitely take the busway and sell my car," said Fadli Chandra, a resident of Pulogadung who works for a private bank in Kota, West Jakarta. --JP
15.1.06
Merdeka Selatan Ditutup untuk Peluncuran Busway
TEMPO Interaktif, Jakarta: Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, sisi utara dari arah barat ke timur akan ditutup mulai Sabtu (14/1) pukul 00.00 WIB sampai Ahad (15/1).
Penutupan dilakukan untuk peluncuran busway koridor II (Pulogadung-Harmoni) dan koridor III (Harmoni-Kalideres) pada Ahad (15/1) di halte Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan.
Selama penutupan jalan tersebut, berdasar keterangan tertulis dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta, untuk sementara dilakukan pengaturan baru arus lalu lintas.
Arus lalu lintas yang datang dari arah barat (Jalan Budi Kemuliaan) diarahkan belok kiri di Bundaran Patung Kuda (Air Mancur), selanjutnya melalui Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Majapahit, belok kanan di Harmoni, dan seterusnya.
Arus lalu lintas belok kiri yang datang dari arah utara (Jalan Medan Merdeka Barat) diarahkan lurus ke selatan di Bundaran Patung Kuda (Air Mancur) selanjutnya belok kiri ke arah Jalan Kebon Sirih di persimpangan Jalan M.H. Thamrin-Jalan Kebon Sirih,
selanjutnya mengarah ke timur ke simpang lima Patung Tani, dan seterusnya.
Tiket jalur baru busway akan dijual kepada masyarakat umum pada pukul 12.00 WIB setelah launching selesai. Tarif untuk kedua koridor itu sama dengan koridor I (Blok M-Kota), yakni, tarif datar (jauh dekat sama) Rp 3.500 dan tarif diskon (pukul 05.00-07.00) Rp 2.000.
Pada hari pertama itu, jumlah bus yang beroperasi pada koridor II sebanyak 9 armada, dan koridor III sebanyak 14 armada.
Adapun sehubungan dengan belum beroperasinya Harmoni Central Busway (HCB), pusat titik transfer antara busway koridor I, II, dan III, yang semula direncanakan terpusat di sana akan disebar di beberapa titik transfer.
Titik transfer antara koridor I dan III berlokasi di halte busway Sawah Besar. Titik transfer antara koridor II dan III berlokasi di halte busway Pecenongan di Jalan Juanda. Titik transfer antara koridor I dengan koridor II berlokasi di halte busway Monumen Nasional (Monas) di Jalan Medan Merdeka Barat. Harun Mahbub
Penutupan dilakukan untuk peluncuran busway koridor II (Pulogadung-Harmoni) dan koridor III (Harmoni-Kalideres) pada Ahad (15/1) di halte Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan.
Selama penutupan jalan tersebut, berdasar keterangan tertulis dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta, untuk sementara dilakukan pengaturan baru arus lalu lintas.
Arus lalu lintas yang datang dari arah barat (Jalan Budi Kemuliaan) diarahkan belok kiri di Bundaran Patung Kuda (Air Mancur), selanjutnya melalui Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Majapahit, belok kanan di Harmoni, dan seterusnya.
Arus lalu lintas belok kiri yang datang dari arah utara (Jalan Medan Merdeka Barat) diarahkan lurus ke selatan di Bundaran Patung Kuda (Air Mancur) selanjutnya belok kiri ke arah Jalan Kebon Sirih di persimpangan Jalan M.H. Thamrin-Jalan Kebon Sirih,
selanjutnya mengarah ke timur ke simpang lima Patung Tani, dan seterusnya.
Tiket jalur baru busway akan dijual kepada masyarakat umum pada pukul 12.00 WIB setelah launching selesai. Tarif untuk kedua koridor itu sama dengan koridor I (Blok M-Kota), yakni, tarif datar (jauh dekat sama) Rp 3.500 dan tarif diskon (pukul 05.00-07.00) Rp 2.000.
Pada hari pertama itu, jumlah bus yang beroperasi pada koridor II sebanyak 9 armada, dan koridor III sebanyak 14 armada.
Adapun sehubungan dengan belum beroperasinya Harmoni Central Busway (HCB), pusat titik transfer antara busway koridor I, II, dan III, yang semula direncanakan terpusat di sana akan disebar di beberapa titik transfer.
Titik transfer antara koridor I dan III berlokasi di halte busway Sawah Besar. Titik transfer antara koridor II dan III berlokasi di halte busway Pecenongan di Jalan Juanda. Titik transfer antara koridor I dengan koridor II berlokasi di halte busway Monumen Nasional (Monas) di Jalan Medan Merdeka Barat. Harun Mahbub
Dua Jalur Busway Diresmikan
TEMPO Interaktif, Jakarta: Dua koridor busway diresmikan pengoperasiannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Minggu. Jalur itu melayani rute Pulogadung-Harmoni (busway II) dan Kalideres-Harmoni (busway III).
Masyarakat umum sudah bisa mulai menggunakan jasa busway itu mulai Minggu pukul 12.00 WIB. Proses peresmian kini sedang dilakukan, termasuk dengan melakukan tur menggunakan bus berbahan bakar gas itu.
Pada April 2006, sebanyak 71 bus terdiri atas 30 bus untuk busway koridor II dan 41 bus untuk koridor III beroperasi.
Menurut Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, ini merupakan bagian dari 126 bus Trans Batavia yang ditargetkan melayani dua jalur baru itu pada akhir 2006.
Ia juga menambahkan, saat ini dikaji kemungkinan operasional busway koridor II dan III hingga pukul 24.00 WIB. TNR
Masyarakat umum sudah bisa mulai menggunakan jasa busway itu mulai Minggu pukul 12.00 WIB. Proses peresmian kini sedang dilakukan, termasuk dengan melakukan tur menggunakan bus berbahan bakar gas itu.
Pada April 2006, sebanyak 71 bus terdiri atas 30 bus untuk busway koridor II dan 41 bus untuk koridor III beroperasi.
Menurut Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, ini merupakan bagian dari 126 bus Trans Batavia yang ditargetkan melayani dua jalur baru itu pada akhir 2006.
Ia juga menambahkan, saat ini dikaji kemungkinan operasional busway koridor II dan III hingga pukul 24.00 WIB. TNR
Persmian dua koridor
Dua Jalur Busway Diresmikan
Minggu, 15 Januari 2006 | 10:22 WIB
TEMPO Interaktif - Dua koridor busway diresmikan pengoperasiannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Minggu. Jalur itu melayani rute Pulogadung-Harmoni (busway II) dan Kalideres-Harmoni (busway III).
Masyarakat umum sudah bisa mulai menggunakan jasa busway itu mulai Minggu pukul 12.00 WIB. Proses peresmian kini sedang dilakukan, termasuk dengan melakukan tur menggunakan bus berbahan bakar gas itu.
Pada April 2006, sebanyak 71 bus terdiri atas 30 bus untuk busway koridor II dan 41 bus untuk koridor III beroperasi.
Menurut Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, ini merupakan bagian dari 126 bus Trans Batavia yang ditargetkan melayani dua jalur baru itu pada akhir 2006.
Ia juga menambahkan, saat ini dikaji kemungkinan operasional busway koridor II dan III hingga pukul 24.00 WIB. TNR
Minggu, 15 Januari 2006 | 10:22 WIB
TEMPO Interaktif - Dua koridor busway diresmikan pengoperasiannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Minggu. Jalur itu melayani rute Pulogadung-Harmoni (busway II) dan Kalideres-Harmoni (busway III).
Masyarakat umum sudah bisa mulai menggunakan jasa busway itu mulai Minggu pukul 12.00 WIB. Proses peresmian kini sedang dilakukan, termasuk dengan melakukan tur menggunakan bus berbahan bakar gas itu.
Pada April 2006, sebanyak 71 bus terdiri atas 30 bus untuk busway koridor II dan 41 bus untuk koridor III beroperasi.
Menurut Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, ini merupakan bagian dari 126 bus Trans Batavia yang ditargetkan melayani dua jalur baru itu pada akhir 2006.
Ia juga menambahkan, saat ini dikaji kemungkinan operasional busway koridor II dan III hingga pukul 24.00 WIB. TNR
12.1.06
Pengusaha Menerima Pengalihan Trayek Koridor II dan III
TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Organisasi Perusahaan Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Herry Rotti menyatakan para pengusaha bus kota dapat menerima rencana pengalihan trayek bus yang bersinggungan dengan jalur busway koridor II (Pulogadung?Harmoni) dan koridor III (Harmoni?Kalideres).
"Yang ribut-ribut biasanya pengemudi karena pendapatannya berkurang," kata dia di sela acara Rapat Kerja Daerah I Organda DKI, di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, kemarin.
Pengalihan trayek itu rencananya baru akan dilakukan saat armada pada dua koridor sudah beroperasi sepenuhnya pada bulan April mendatang. "Konsepnya sudah ada, tetapi masih berupa pengkajian," jelas Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nurachman, Jumat lalu.
Sebanyak 29 trayek angkutan umum dengan 309 armada bersinggungan dengan jalur dua koridor tersebut. Untuk koridor II, terdapat 17 trayek dengan 179 armada milik perusahaan bus PPD, Steady Safe, Mayasari, dan Metromini. Sementara di koridor III terdapat 12 trayek dengan 123 armada milik PPD, Mayasari, dan Steady Safe.
Menghadapi kenyataan para pengemudi mengalami pengurangan pendapatan akibat pengalihan trayek, kata Herry, para pengusaha tidak tutup mata. "Semua akan disesuaikan," tukasnya. Untuk langkah penyesuaian ini, pihaknya akan melakukan survei kemungkinan penurunan pendapatan.
Menurut Herry, pihaknya sudah dilibatkan dalam pembahasan rencana pengalihan trayek itu. Para pengusaha tidak bisa berbuat banyak karena sudah dilibatkan dalam konsorsium pengelola busway koridor II dan III, PT Transbatavia.
Perusahaan bus yang memiliki rute bersinggungan 100 persen dengan dua koridor itu, dia menjelaskan, sudah bergabung dalam konsorsium. "(Persinggungan) di bawah 100 persen juga akan bergabung tetapi bertahap," ujarnya.
harun mahbub
"Yang ribut-ribut biasanya pengemudi karena pendapatannya berkurang," kata dia di sela acara Rapat Kerja Daerah I Organda DKI, di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, kemarin.
Pengalihan trayek itu rencananya baru akan dilakukan saat armada pada dua koridor sudah beroperasi sepenuhnya pada bulan April mendatang. "Konsepnya sudah ada, tetapi masih berupa pengkajian," jelas Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nurachman, Jumat lalu.
Sebanyak 29 trayek angkutan umum dengan 309 armada bersinggungan dengan jalur dua koridor tersebut. Untuk koridor II, terdapat 17 trayek dengan 179 armada milik perusahaan bus PPD, Steady Safe, Mayasari, dan Metromini. Sementara di koridor III terdapat 12 trayek dengan 123 armada milik PPD, Mayasari, dan Steady Safe.
Menghadapi kenyataan para pengemudi mengalami pengurangan pendapatan akibat pengalihan trayek, kata Herry, para pengusaha tidak tutup mata. "Semua akan disesuaikan," tukasnya. Untuk langkah penyesuaian ini, pihaknya akan melakukan survei kemungkinan penurunan pendapatan.
Menurut Herry, pihaknya sudah dilibatkan dalam pembahasan rencana pengalihan trayek itu. Para pengusaha tidak bisa berbuat banyak karena sudah dilibatkan dalam konsorsium pengelola busway koridor II dan III, PT Transbatavia.
Perusahaan bus yang memiliki rute bersinggungan 100 persen dengan dua koridor itu, dia menjelaskan, sudah bergabung dalam konsorsium. "(Persinggungan) di bawah 100 persen juga akan bergabung tetapi bertahap," ujarnya.
harun mahbub
11.1.06
Diharap bergabung dengan Transbatavia
beritajakarta | 11-01-2006 | Sebanyak 29 trayek bus kota diharapkan bisa bergabung dalam konsorsium PT Transbatavia. Sebab, para operator bus kota itu kini resah karena trayek mereka akan dihapus karena bersinggungan dengan busway koridor II dan III.
Keinginan ini disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Organda DKI Jakarta, Herry Rotty, di sela-sela Mukerda I DPD Organda, di Jakarta, Rabu (11/1).
Saat ini, kata Herry, baru empat operator bus yang bergabung dengan Transbatavia.Keempat operator itu, yaitu PPD, Steady Safe, Mayasari Bakti, dan Metro Mini. Seharusnya, lanjut Herry, angkutan lain juga diikutsertakan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
"Angkutan lain seperti Kopaja, mikrolet, Kopami Jaya, serta Koperasi Wahana Kalpika (KPK) harusnya juga ikut bergabung dengan Transbatavia," kata Herry.
Pada kesempakatan yang sama, Kepala Dinas (Kadis) Perhubungan DKI Jakarta, Nurachman mengatakan, tidak tertutup kemungknan angkutan umum lainnya tersebut bergabung dengan Transbatavia. "Tapi, untuk koridor II dan III konsorsiumnya tetap Transbatavia," jelas Nurachman.
Ketika ditanya bagaimana nasib penumpang jika angkutan lain itu tidak bergabung dengan Transbatavia karena busway hanya beroperasi hingga jam 22.00 WIB, Nurachman mengatakan masalah ini sedang dikaji. “Kita akan lihat kondisi di lapangan. Masalah ini perlu pengkajian lebih dalam,” ungkapnya.
Dia mencontohkan, di luar negeri transportasi masal ini beroperasi hingga pukul 24.00 WIB. Sehingga hampir tidak ada penumpang yang terlantar. Karena itu, masalah ini akan dipikirkan lebih lanjut.
Seperti diberitakan, pengoperasian busway koridor II dan koridor III secara tidak langsung akan menyebabkan pengalihan trayek sejumlah operator bus kota. Sebab, seperti koridor I dulu, ada sejumlah trayek yang akan tergusur karena bersinggungan dengan jalur busway koridor II dan koridor III. Trayek yang bersinggungan dengan busway koridor II dan III itu diperkirakan mencapai 29 trayek dengan jumlah 302 unit bus.
Namun, kata Nurachman, pengalihan trayek ini baru dilakukan setelah armada busway koridor II dan III beroperasi sepenuhnya April mendatang. “Kemungkinan operator-operator bus yang tergusur itu akan dijadikan feeder (bus penghubung-red),” ujar Nurachman.
Jumlah trayek yang bersinggungan pada koridor II dan III itu diperkirakan mencapai 50 persen hingga 100 persen. Di koridor dua terdapat 17 trayek yang dilayani 179 bus dan koridor tiga sebanyak 123 bus dengan 12 trayek. Kemungkinan besar, rute yang bersinggungan di bawah 50 persen dari dengan busway akan diubah menjadi feeder.
Keinginan ini disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Organda DKI Jakarta, Herry Rotty, di sela-sela Mukerda I DPD Organda, di Jakarta, Rabu (11/1).
Saat ini, kata Herry, baru empat operator bus yang bergabung dengan Transbatavia.Keempat operator itu, yaitu PPD, Steady Safe, Mayasari Bakti, dan Metro Mini. Seharusnya, lanjut Herry, angkutan lain juga diikutsertakan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
"Angkutan lain seperti Kopaja, mikrolet, Kopami Jaya, serta Koperasi Wahana Kalpika (KPK) harusnya juga ikut bergabung dengan Transbatavia," kata Herry.
Pada kesempakatan yang sama, Kepala Dinas (Kadis) Perhubungan DKI Jakarta, Nurachman mengatakan, tidak tertutup kemungknan angkutan umum lainnya tersebut bergabung dengan Transbatavia. "Tapi, untuk koridor II dan III konsorsiumnya tetap Transbatavia," jelas Nurachman.
Ketika ditanya bagaimana nasib penumpang jika angkutan lain itu tidak bergabung dengan Transbatavia karena busway hanya beroperasi hingga jam 22.00 WIB, Nurachman mengatakan masalah ini sedang dikaji. “Kita akan lihat kondisi di lapangan. Masalah ini perlu pengkajian lebih dalam,” ungkapnya.
Dia mencontohkan, di luar negeri transportasi masal ini beroperasi hingga pukul 24.00 WIB. Sehingga hampir tidak ada penumpang yang terlantar. Karena itu, masalah ini akan dipikirkan lebih lanjut.
Seperti diberitakan, pengoperasian busway koridor II dan koridor III secara tidak langsung akan menyebabkan pengalihan trayek sejumlah operator bus kota. Sebab, seperti koridor I dulu, ada sejumlah trayek yang akan tergusur karena bersinggungan dengan jalur busway koridor II dan koridor III. Trayek yang bersinggungan dengan busway koridor II dan III itu diperkirakan mencapai 29 trayek dengan jumlah 302 unit bus.
Namun, kata Nurachman, pengalihan trayek ini baru dilakukan setelah armada busway koridor II dan III beroperasi sepenuhnya April mendatang. “Kemungkinan operator-operator bus yang tergusur itu akan dijadikan feeder (bus penghubung-red),” ujar Nurachman.
Jumlah trayek yang bersinggungan pada koridor II dan III itu diperkirakan mencapai 50 persen hingga 100 persen. Di koridor dua terdapat 17 trayek yang dilayani 179 bus dan koridor tiga sebanyak 123 bus dengan 12 trayek. Kemungkinan besar, rute yang bersinggungan di bawah 50 persen dari dengan busway akan diubah menjadi feeder.